Raline menahan napas. Detak jantungnya berpacu lebih cepat daripada waktu. Dari celah jendela belakang, ia melihat dua pria berpakaian hitam memasuki rumah, menenteng senjata. Suara langkah kaki mereka berat, bergema di lantai kayu tua.“Dia ke arah belakang!” salah satu berteriak.Tanpa pikir panjang, Raline menunduk, menyelinap keluar lewat pintu kecil yang nyaris lepas engsel. Angin malam menyapu wajahnya. Di luar, halaman hanya diterangi satu lampu redup yang bergoyang tertiup angin. Ia berlari, menyusuri gang sempit, napasnya memburu.Di belakang, terdengar suara tembakan lagi dua kali.DOR! DOR!Ia tak berani menoleh. Tubuhnya gemetar, tapi nalurinya kuat: lari, Raline. Jangan berhenti.Setelah beberapa menit, ia bersembunyi di balik tembok bata di belakang rumah tetangga. Nafasnya terengah, matanya panas menahan air mata. “Bima… astaga…” bisiknya.Getaran ponsel di sakunya membuatnya tersentak. Nama di layar: Raffa.Raline menatapnya beberapa detik sebelum menjawab, suaranya be
Huling Na-update : 2025-10-10 Magbasa pa