“Aku tidak pernah membenci kalian,” ujar Indra.“Terima kasih, Nak.”“Hanya saja, aku tidak bisa datang kesini. Aku tahu, ada yang terus memata-mataiku. Ini demi keamanan kita,” sambung Indra pelan.Bu Nisa memeluk Indra dengan erat, rasanya begitu berat harus terpisah seperti ini dengan anak yang telah dirawatnya sejak kecil.“Bagaimana kabar ibumu?” tanya Bu Nisa.“Beliau baik.”“Kami turut berduka cita atas meninggalnya Bu Ningsih. Maaf kami tidak bisa datang.”“Terima kasih, Pak, Bu. Aku pamit.”Indra tidak bisa berlama-lama disana. Tapi, sebelum dia pergi, Indra menyempatkan masuk ke kamarnya. Kamar yang masih sama, penuh kenangan. Semua barang-barangnya masih ada disana dan tempat yang sama.Belum sampai ke depan pintu, Vika pulang.“Mas Indra…” sapa Vika lemah.Tapi, matanya tidak bisa berbohong, dia sangat senang melihat Indra disana. Namun, tidak berani memeluk.“Hei, kamu baru pulang,” sapa Indra dan menarik Vika ke dalam pelukannya.Rasa sayangnya tidak pernah memudar untuk
Last Updated : 2025-11-16 Read more