Hujan baru saja reda ketika Jifanya menatap bayangannya di cermin kamar mandi. Riasan di wajahnya masih utuh, tapi tidak dengan sorot matanya. Ia meraih bedak dari tas kecil di samping wastafel, berusaha menyamarkan mata sembab yang baru saja menangis. Ia tidak ingin Kenan melihatnya seperti ini, lemah. Ia harus terlihat kuat, setidaknya untuk dirinya sendiri.Awalnya Jifanya merasa senang saat melihat Bayu hadir di acara itu. Tapi harapannya pupus seketika begitu mendengar nada ketus dari pria yang dulu mengisi hatinya. Seketika itu juga, hatinya runtuh. Jifanya memejamkan mata, mencoba menenangkan diri.“Sadar, Jifanya, kamu istri Kenan. Tidak seharusnya menangis karena pria lain,” gumamnya lirih, mencoba menguatkan diri sendiri.Ia kembali ke kursi undangan, duduk di samping Kenan dengan wajah yang berusaha tetap tenang.“Dari mana? Aku cari kamu ke kamar mandi,” tanya Kenan, masih menunduk. Matanya tak sekalipun menatap Jifanya.“Aku keluar sebentar, beli cemilan. Lapar,” jawab J
Last Updated : 2025-11-10 Read more