“Iya, bisa fokus juga untuk mejerat hatimu, Mbak,” Ilham bergumam lirih, hampir tak terdengar. Kata-kata itu meluncur begitu saja, meski Anya entah mendengar atau tidak.“Apa, Ham? Ngomong apa tadi?” tanya Anya dengan kerutan halus di dahinya. Matanya yang terbingkai eyeliner dan maskara hitam menatap Ilham dengan rasa ingin tahu yang bercampur curiga. Ia mencoba menangkap makna dari gumaman yang lolos dari bibir pemuda itu. Namun, telinganya hanya menangkap samar-samar.“Hah? Eh, iya. Jadi, gimana, Mbak? Mbak mau makan di mana nih? Mbak bebas pilih tempat dan menunya. Full biar aku yang bayar. Pokoknya Mbak tinggal duduk manis aja,” Ilham sengaja mengalihkan pembicaraan dengan nada ceria yang dibuat-buat. Jantungnya berdebar kencang, takut Anya mendengar gumamannya yang jujur. Ia berusaha menyembunyikan perasaan gugupnya di balik senyuman lebar.Anya mendengkus lagi, kali ini lebih keras. “Harus hari ini, ya? Kayaknya aku capek banget, deh,” keluh Anya dengan suara lirih yang terdeng
Last Updated : 2025-10-11 Read more