All Chapters of Jodoh Wasiat Istri : Chapter 51 - Chapter 60

52Dua pria mengayunkan tungkai mereka dengan cepat, melintasi jalanan yang banyak orang. Mereka akan bergantian memindai sekitar guna memastikan tidak dikuntit. Keduanya berhenti di depan kedai yang ramai pengunjung. Mereka memasuki tempat itu dan langsung menaiki tangga. Mereka tidak berhenti di lantai 2, melainkan terus menaiki undakan, hingga tiba di lantai 3.Pria berkemeja hitam mengetuk pintu kedua sisi kanan. Seusai mendapatkan jawaban, dia membuka pintu dan memasuki ruangan.Pria kedua ikut masuk, lalu menutup pintu. Dia menyambangi beberapa orang di tempat itu, guna menyalami mereka satu per satu. Selama beberapa menit berikutnya, kedua pria itu menuturkan tentang berbagai kejadian selama sebulan terakhir. Mereka berhenti mengoceh, dan menunggu ketiga pria di kursi seberang itu berdiskusi. "Kalian jangan ke mana-mana. Tetap di Thailand. Sampai suasana lebih aman," tutur Eldan."Ya, Bos," sahut Ricky."Mengenai penguntit, akan diselidiki Stephen," tukas Eldan sembari memand

54Area kebun luas yang berada di tepi kota, dipenuhi banyak orang yang baru turun dari puluhan mobil van. Belasan orang berjaket kulit memasuki bangunan besar, yang merupakan vila milik Bayne Wang. Sedangkan sisanya berpindah ke bungalo di sisi kanan bangunan utama. Para gangster pimpinan Bayne Wang itu mempersiapkan banyak senjata api dan senjata tajam. Mereka memastikan semua senjata itu dalam posisi baik, agar bisa digunakan secara maksimal. Di dalam rumah, para bos tengah mendengarkan ocehan Eldan, yang memaparkan rencana buatannya. Mata-mata Eldan di kantor polisi besar, telah mengirimkan pesan, jika tim interpol tengah bergerak menuju tempat itu.Eldan yang sudah menduga hal itu sebelumnya, sama sekali tidak gentar untuk berhadapan dengan kelompok pimpinan Mike Vachirawich. Sebelumnya, Eldan sudah dua kali bertemu Mike di medan laga. Hingga Eldan sangat yakin jika dia bisa mengalahkan pimpinan interpol tersebut. Sekian menit berlalu. Beberapa orang terlihat memasuki dua mob

56*Grup Proyek Asia*Benigno : @Haikal, masih di Thailand? Aku chat dari sore, tetap centang satu abu-abu. Kapankah menjadi biru? Baskara : Aku lebih suka putih. Kayak hatiku. Suci dan bersih. Uhuk!Ivan : Favoritku, hitam.David : Aku suka hijau. Yasuo : Aku suka semua warna, tapi nggak mau pakai baju pinky. Tristan : Aku punya baju pink, tapi cuma dipake sekali. Elang : Saya juga punya. Itu pun gara-gara istri ngidam bikin foto keluarga pakai baju merah muda. Linggha : Pink masih mending. Baju ungu, tuh. Saya makenya, berasa jadi terong.Rahagi : Aku tahu baju yang dimaksud Mas Linggha. Theo : Aku kayak pernah lihat Mas Linggha pakai kemeja ungu, tapi lupa di mana. Linggha : Itu waktu wedding anniversary, @Theo. Varsa ngotot kami pakai baju couple-an warna itu. Habis foto dan video, dia ngikik nggak berhenti. Dante : Kenapa para istri itu hobi banget ngerjain kita, ya? Fairel : Ho oh. Mana pake ancaman andalan.Januar : Kalau nggak mau pake, Mama ngambek, nih!Satria : Sel

58Haikal mengompres dahi Lula dengan handuk hangat. Dia khawatir melihat kondisi sang istri yang mengalami ngidam parah. Pasalnya, sejak subuh tadi, Lula sudah muntah lima kali, dan suhu badannya meningkat.Haikal mengingat-ingat ucapan Ibu mertuanya, jika Lula mengalami ngidam parah yang sama dengan almarhumah ibunya Lula. Haikal sudah menanyakan tentang itu pada Gayatri, dan sang dokter menerangkan, jika ngudam parah pada perempuan hamil biasanya berkaitan dengan faktor genetika. Almarhumah ibunya Lula mewariskan hal itu pada putrinya, dan Lula juga akan menurunkannya pada anak perempuannya, jika ada.Haikal teringat saat Isnindar hamil, dulu. Dia juga mengalami ngidam, tetapi tidak separah Lula. Isnindar bisa tetap makan dan terus beraktivitas. Dia hanya sekali-sekali muntah, alias tidak setiap hari. Haikal berpindah ke dekat meja rias. Dia duduk di bangku dan mengambil ponsel yang tengah diisi daya. Haikal mengetikkan pesan izin cuti, lalu mengirimkannya pada Alvaro, Chan, dan

60Suasana di ruangan depan terminal keberangkatan khusus jemaah haji ONH plus, siang itu terlihat ramai pengunjung yang merupakan para jemaah dan pengantar. Haikal dan belasan sahabatnya di PBK, turut mengantarkan tim Alvaro yang hendak berangkat menunaikan ibadah haji tahun itu. Haikal menyalami semua anggota tim, sembari berbincang dengan mereka. Haikal termangu ketika menyaksikan Delany menangis sembari memeluk ketiga anaknya secara bergantian. Hati Haikal mencelos saat Zayd tidak mau melepaskan pelukan dari Delany. Rangga segera mengambil alih Zayd dari pelukan Delany. Pria berparas manis itu juga berurai air mata, karena merasa berat melepas kepergian kelompok itu. Haikal mengusap pelan punggung Wirya yang turut sesenggukan sambil mendekap kedua anaknya, Bayazid dan Marwa. Haikal memberikan banyak tisu yang diambil Wirya untuk mengelap wajahnya yang basah."Aku titip anak-anak, Bang. Tolong dilihat sekali-sekali," pinta Wirya dengan suara serak."Ya, W. Ane usahakan sering d