Dia sengaja mengangkat ponselnya dan berputar di sekeliling, seolah-olah ingin membuat aku mendengar suara ramai di sekitar."Kamu dengar, 'kan? Banyak orang, 'kan?""Sudah ya, aku harus melanjutkan kesibukanku, kamu juga harus jaga diri baik-baik, ya, Mia."Morin sangat pintar, dia tahu persis apa yang kuinginkan.Dia memberikan diriku kelembutan, kebersamaan, dan rasa aman.Namun, dia lupa memberiku ketulusan.Aku memanggil namanya, menghalangi dirinya yang akan menutup telepon dengan terburu-buru.Aku menatap wajah sampingnya yang secara alami membawa senyum saat berbicara denganku. Entah kenapa aku tiba-tiba melontarkan pertanyaan."Morin, kamu benar-benar sedang rapat?"Dia segera menjawab ya, lalu agak ragu bertanya ...."Kenapa, Mia?"Aku tidak menjawabnya, hanya berbicara pada diriku sendiri, "Morin, aku akan menikah."Sepertinya dia tidak mengerti maksudku, hanya mengira aku sedang mendesaknya untuk menikah.Tahun itu, pada hari kami diserang penjahat, sebenarnya tepat saat ak
Read more