Share

Bab 2

Author: Tata
Aku bahkan bisa dengan jelas mencium aroma gairah yang terpancar dari tubuhnya.

"Hmm, aku sudah kenyang, agak mengantuk."

Aku menundukkan pandangan sedikit, berusaha membuat ekspresi dan suaraku terdengar setenang mungkin.

Wanita itu sedang menatapku.

Di matanya tersirat rasa cemburu. Dengan kesal dia mengusap lengannya yang tadi terbentur ketika didorong Morin.

Di pakaian yang berserakan di lantai, aku juga melihat sebuah jas dokter dengan bertulisan Rumah Sakit Sarosa.

Di bagian kerah tersemat sebuah label nama, tertulis: [Dokter Bedah Saraf Rosa Brinus].

Aku ingat, waktu itu dokter yang memeriksa pendarahan otakku, salah satunya memang dengan marga Brinus.

"Baik, kalau begitu aku bawa kamu naik ke atas untuk tidur, ya?"

Morin dengan lembut merangkul pinggangku, memapahku perlahan menaiki tangga.

Saat naik, dia masih menggunakan suara lembut, seakan sedang membujuk anak kecil,

"Hati-hati tangganya, satu, dua, tiga ...."

"Mia hebat sekali, nanti malam aku pulang lebih cepat untuk memasak yang enak sebagai hadiah untukmu."

Aku tersenyum getir tanpa suara, bibirku terangkat tipis.

Dulu demi menyelamatkan Morin, kepalaku dihantam keras oleh penjahat. Pendarahan otak menekan saraf penglihatan hingga aku menjadi buta.

Waktu itu, Morin sebagai seorang presiden direktur perusahaan besar, turun tangan sendiri untuk merawat kehidupanku sehari-hari.

Tiga tahun berlalu, dia masih tetap menjaga kebiasaan itu.

Lama-kelamaan, semua orang pun lupa bahwa aku adalah penolong nyawa Morin. Mereka hanya mengingat, betapa baiknya dia memperlakukan aku.

Dia berwajah tampan, kariernya sukses, juga seorang pria lembut yang setia serta penuh cinta.

Semua orang merasa iri padaku. Bahkan aku sendiri pun terjebak di dalamnya, mengira aku adalah wanita paling bahagia.

Kalau bukan karena tiba-tiba penglihatanku pulih kembali, mungkin aku masih akan tenggelam dalam kebohongan manisnya.

Dia menuntunku ke tepi ranjang, menemani diriku yang setengah berbaring di sandaran, sementara tangan lainnya sibuk mengirim pesan melalui ponsel.

Dia tidak tahu bahwa penglihatanku sudah pulih, sama sekali tidak berusaha menghindar dariku. Aku bisa jelas melihat percakapan di layar.

Nama orang itu ditandai dengan sebuah hati berwarna merah muda, dan foto profil lawan bicaranya adalah wajah wanita yang tadi kulihat di lantai bawah.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Malam Panas, Hati yang Membeku   Bab 18

    Yuvan tampak lembut, ucapannya tegas. Pria yang biasanya ditakuti semua orang sebagai Raja Neraka berwajah dingin itu, justru berkali-kali menampakkan senyuman di depanku.Aku tak tahan untuk menjelaskan satu kalimat ...."Tak lama setelah kamu pergi, aku dipindahkan ke panti asuhan lain. Jadi aku bukan nggak mau membalas surat, hanya saja aku nggak menerimanya."Kali ini giliran Yuvan yang tertegun.Namun sesaat kemudian, dari matanya memancarkan cahaya yang makin cerah."Tapi ...."Aku menundukkan mata, cinta lima tahun baru saja berakhir dengan cara yang begitu tragis, aku belum memiliki kemampuan untuk memulai hubungan baru lagi.Yuvan mengerti maksud yang tak kuucapkan.Suaranya tidak tergesa, tidak lambat, bagaikan cahaya mentari yang paling lembut di musim semi."Nggak apa-apa.""Aku rela menunggu, sampai hatimu benar-benar memberi jawaban."Tiga bulan kemudian, di bawah gelombang boikot warganet, dan dengan dorongan Yuvan yang dilakukan secara diam-diam, perusahaan Morin benar-

  • Malam Panas, Hati yang Membeku   Bab 17

    "Kamu Mia?""Akhirnya anakku yang bandel ini sadar juga, sudah dikenalkan dengan begitu banyak gadis, tapi dia nggak mau, aku hampir mengira dia suka laki-laki."Aku tertegun, lalu mendengar Pak Darvin yang tadi masih serius tiba-tiba ikut tersenyum sambil memberi pujian, "Hmm, ternyata kamu gadis yang tahu mana yang benar. Berani mencintai dan berani melepaskan, memang gadis yang baik."Aku kebingungan, hendak menoleh pada Yuvan untuk meminta tolong, tetapi tiba-tiba Tuan Besar Haris berdiri.Sesaat yang lalu dirinya masih bertumpu pada tongkat, membutuhkan bantuan orang untuk menopangnya. Saat ini dirinya malah berdiri tegak dengan kedua tangan disilangkan di belakang dengan semangat membara."Upacara pernikahan itu harus diadakan ulang! Waktu itu kami nggak hadir, itu nggak pantas! Keluarga Giani menikahkan cucu lelakinya, tentu harus lebih megah!""Eh, di sini aku harus menegaskan, Keluarga Giani memang tegas, tapi bukan berarti bertindak sembrono!"Akhirnya, aku nyaris dalam keada

  • Malam Panas, Hati yang Membeku   Bab 16

    Di bawah tatapan Morin yang penuh kebencian, dia perlahan berkata, "Morin, ini adalah istriku.""Selain itu, dibandingkan ini, aku rasa kamu lebih seharusnya melihat ini."Tangan lain Yuvan menggoyangkan ornamen yang tergantung di dadanya, barulah aku menyadari benda itu berkilau, ternyata sebuah kamera mini.Dia mengangkat ponselnya, di layar tepat muncul wujud Morin yang tampak begitu berantakan.Itu adalah sebuah ruang siaran langsung, jumlah penonton daring langsung memecahkan rekor situs internet dan seketika menjadi sangat populer.Komentar para netizen di layar sama sekali tak berhenti.[Kasihan Mia, kemarin di pernikahan Keluarga Giani aku masih heran, bukankah dia pacarnya Morin si maniak pencinta istri itu?][Memuakkan! Morin memang cuma memanfaatkan Mia. Di depan berpura-pura jadi pacar yang baik, harga saham perusahaannya terus naik, ternyata diam-diam bawa wanita lain pulang!][Aku bodoh banget. Aku masih kagum melihat ada cinta sejati di dunia ini! Boikot semua produk per

  • Malam Panas, Hati yang Membeku   Bab 15

    Tubuh Morin menegang, pupil matanya bergetar ...."Mia, aku nggak pernah lupa hari itu saat kamu mengorbankan nyawamu untuk menyelamatkan aku. Kalau kamu sudah tahu semuanya, kamu juga pasti tahu kalau itu adalah anak kita bersama.""Kalau kamu nggak mau dia melahirkan, aku akan segera menyuruh orang menggugurkan anak itu, bolehkah?""Kita mulai lagi dari awal, kita besarkan anak yang benar-benar milik kita berdua. Aku akan membuatnya benar-benar enyah, dia nggak akan pernah muncul lagi ....""Morin!"Jeritan si wanita yang menembus keheningan, memotong ucapan Morin, sekaligus menarik semua tatapan."Kenapa kamu bisa perlakukan aku seperti ini? Aku sudah mengikutimu begitu lama, bahkan rela merawat anak orang lain demi kamu, kenapa kamu bisa tega begitu padaku!"Ekspresi Rosa terdistorsi, menatap Morin dengan tajam.Di belakangnya masih ada dua pengawal yang tampak agak familier. Sepertinya mereka adalah dua orang yang tadi dibawa Yuvan untuk menghalangi Morin.Apa mungkin Yuvan yang m

  • Malam Panas, Hati yang Membeku   Bab 14

    "Mia, kamu nggak perlu bicara, jangan takut, biar Paman sendiri yang menjelaskan perbuatannya."Yuvan sekali lagi ditempatkan Morin ke puncak badai.Dia menatap lurus ke arah Yuvan, matanya penuh dengan kepuasan karena tujuannya sudah tercapai.Siapa sangka, detik berikutnya, Tuan Besar Haris melangkah dengan bantuan tongkat, datang ke ruang depan, suaranya memancarkan wibawa seorang penguasa ...."Biar dia yang bicara."Yuvan tiba-tiba menoleh dan menatapku.Sepasang mata indah itu ternyata dipenuhi dengan kasih sayang tanpa batas.Dalam suasana seakan-akan membeku, setelah lima tahun keyakinanku hancur karena dikhianati, aku tiba-tiba memberanikan diri.Aku menatap lurus ke arah Morin, suaraku dingin menusuk."Morin, kemarin pagi penglihatanku sudah pulih."Wajahnya segera memucat.Aku sama sekali tidak menghiraukannya, melanjutkan ucapanku ...."Aku melihat semua yang kamu dan Rosa lakukan di rumah kita dulu.""Aku melihat tujuanmu memutar musik, aku tahu bahwa saat kamu menemaniku

  • Malam Panas, Hati yang Membeku   Bab 13

    Yuvan menatapku dalam-dalam, baru saja hendak membuka mulut, Rony malah berlari masuk dengan tergesa-gesa."Yuvan, ada masalah di rumah."Ternyata Morin entah sejak kapan segera pergi ke kediaman lama Keluarga Giani, lalu membesar-besarkan pernikahanku dengan Yuvan kepada Tuan and Nyonya Besar Keluarga Giani.Tuan Besar Haris bahkan sangat murka, amarahnya meluap sampai dirinya harus beristirahat di tempat tidur.Meski Morin hanyalah anggota cabang keluarga jauh, dia tetap bermarga Giani. Dulu saat perayaan Tahun Baru, dirinya juga pernah datang ke kediaman lama Keluarga Giani untuk memberi salam. Kebetulan saat itu semua anggota Keluarga Giani sedang berkumpul di rumah, mereka pun menyambutnya.Akhirnya pemotretan gaun pengantin tidak jadi dilakukan, Yuvan membawaku kembali ke kediaman lama.Dulu Morin pernah sekali membawaku ke sini, tetapi ini pertama kalinya aku begitu dekat dengan para senior Keluarga Giani.Begitu melihat kami, Morin segera berdiri, luka di wajahnya yang dipukul

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status