Vincent menyesap anggurnya sekali lagi, sebelum akhirnya meletakkan gelas itu kembali di atas meja. Ia menoleh, tidak lagi ke Evelyne, tapi langsung ke Kael—tatapannya tajam namun tersenyum, seperti pisau bermata dua yang dibalut beludru.“Ngomong-ngomong,” katanya ringan, seolah baru teringat, “bagaimana Anda bisa menikah dengan Evelyne, Tuan Kael?”Sekilas ia melirik ke arah keluarga Laurent yang mendadak menegang.“Aku hanya penasaran,” lanjutnya tanpa jeda, “karena... dari yang kulihat, Anda tidak begitu disambut dengan hangat oleh keluarga ini.”Seperti alarm sunyi, kalimat itu membuat semua orang di meja diam serentak. Bahkan Mariana, yang biasanya paling vokal, mendadak menunduk, pura-pura mengatur sendok dan garpu.Evelyne membuka mulut, hendak menjawab, namun suara serak dingin Agatha mendahuluinya.“Karena itu bukan pilihan kami,” katanya dengan senyum pahit yang dipaksakan. “Suamiku, mendiang Edmond Laurent—kakek Evelyne—memaksa pernikahan ini terjadi. Dia bersikeras... seo
Terakhir Diperbarui : 2025-09-08 Baca selengkapnya