All Chapters of Ngakunya Pengangguran, Ternyata Penguasa Dunia : Chapter 21 - Chapter 30

Evelyne menatap Damian cukup lama. Lalu, perlahan, dia meletakkan sendoknya di atas piring.“Kau benar,” katanya akhirnya, dengan nada yang jauh lebih tenang. “Mungkin aku memang terlalu tegang malam ini. Banyak tekanan. Kurang tidur. Dan kupikir… mungkin saja aku mulai berimajinasi terlalu jauh.”Damian mengangkat alis, sedikit heran dengan perubahan sikap yang begitu cepat, tapi dia tidak mengatakan apa-apa. Hanya mengangguk pelan.Evelyne kemudian tersenyum tipis, tapi senyum itu tak sampai ke matanya.“Tapi tentu saja, aku tetap akan menyelidiki semuanya. Kau tahu aku bukan tipe yang bisa diam saja ketika ada yang tak beres, 'kan?”Damian membalas senyum itu. “Tentu. Itu ciri khasmu. Keras kepala dan penuh kendali.”“Dan satu hal lagi,” sambung Evelyne, kali ini menatap Damian dengan tajam. “Tentang Kael… Aku tahu dia tidak lebih baik darimu. Dan kau benar, pernikahan ini bukan karena cinta.”Damian mencondongkan tubuhnya sedikit ke depan, tertarik.“Tapi,” Evelyne melanjutkan, “J

Pada titik ini, Kael berbicara, yang seketika memecah keheningan."Dua menit... seperti yang kujanjikan."Mendengar itu, Damian menatap Kael dengan ekspresi tidak percaya.Dia mengira bahwa ini hanyalah mimpi. Namun, tidak peduli bagaimana dia mencoba, ini adalah kenyataan.Keluarga Armand telah hancur, benar-benar tidak menyisakan apa pun."Siapa kau sebenarnya, Kael?"Kael tersenyum merendahkan saat dia membalas, "Khusus untukmu, aku akan memberitahu siapa aku yang sebenarnya. Segelintir kecil orang biasa memanggilku... Penguasa Sekte Naga Langit."Sekte Naga Langit?Itu adalah nama yang selama ini hanya beredar di lingkaran terdalam para elite dunia. Dikatakan bahwa sekte ini adalah penguasa sejati dunia. Jika mereka mau, mereka bisa menghancurkan sebuah negara adidaya dalam waktu kurang dari satu jam.Kekuatan mereka tidak terbayangkan, bahkan tak sedikit orang yang menganggap mereka hanyalah dongeng dan legenda.Namun, pada faktanya mereka benar-benar ada, dan sekarang... orang y

Namun, belum sempat telepon tersambung, langkah sepatu hak tinggi bergema di marmer mansion keluarga Laurent. Evelyne masuk ke ruang tengah, wajahnya tampak tenang namun bingung melihat semua orang membeku di depan layar TV."Apa yang terjadi?" tanyanya sambil melepas mantel. "Kenapa semua orang terlihat... panik?"Agatha langsung berdiri dari kursinya, seperti tersengat listrik. Sorot matanya menusuk tajam."Di mana Damian?"Evelyne sedikit terdiam, mengernyit. "Aku tidak tahu... aku meninggalkannya di restoran sendirian. Dia mungkin sudah pergi dari sana."Beberapa sepupu saling pandang. Mariana yang masih memegang ponsel buru-buru menghampiri Evelyne."Kau harus melihat ini sekarang."Ia menarik tangan Evelyne ke arah televisi besar yang masih menyala. Konferensi pers darurat dari Interpol sedang berlangsung. Di layar, wajah Benedict Armand terpampang jelas—diapit tulisan “BURON INTERNASIONAL” dalam huruf kapital merah mencolok.Evelyne mengernyit, matanya membelalak. "Tunggu… itu…

Si pria tua; Thorne, menunduk hormat, menunggu instruksi selanjutnya.Vincent menatap layar laptopnya sekali lagi sebelum perlahan menutupnya. Ia berdiri, berjalan menuju jendela besar di sisi ruangan. Tirai terbuka memperlihatkan kota yang mulai tertidur, diselimuti lampu-lampu redup dan kabut tipis.“Thorne,” ucapnya tanpa menoleh, suaranya tenang namun tajam. “Besok pagi, atur pertemuan dengan seluruh investor dan pihak-pihak kunci yang terlibat dalam proyek energi bersih di wilayah timur.”Thorne mengangkat kepala sedikit. “Dengan hormat, Tuan… semua investor sekaligus? Termasuk keluarga Laurent?”Vincent mengangguk pelan. “Ya. Gunakan kehancuran keluarga Armand sebagai alasan utama. Katakan bahwa kita perlu segera menyusun ulang struktur kepemilikan dan arah kepemimpinan proyek.”Ia berhenti sejenak, sebelum menambahkan, “Pastikan Evelyne Laurent hadir. Dan undang Kael juga.”Thorne menatap punggung Vincent dengan alis mengerut. “Atas kapasitas apa saya mengundang Kael, Tuan? Dia

Lift berhenti dengan bunyi lembut, lalu pintunya terbuka ke lorong yang dilapisi panel kayu gelap mengilap. Di ujungnya, terbentang dua pintu besar berlapis kaca hitam pekat. Corwin membuka salah satunya sambil membungkuk sopan."Silakan masuk. Semuanya sudah menunggu."Agatha melangkah terlebih dahulu, kepala tegak dan percaya diri, diikuti Mariana dan Hector. Evelyne menyusul di belakang dengan langkah ringan namun pasti. Kael? Masih seperti biasa, memasuki ruangan dengan tangan di saku dan pandangan santai—seperti hendak mengobrol di warung kopi, bukan menghadiri pertemuan miliaran dolar.Ruang konferensi utama Albrecht Tower tak seperti ruang rapat biasa. Jendela kaca penuh mengelilingi seluruh dinding, menyuguhkan pemandangan kota yang tampak kecil dari lantai delapan puluh. Awan di luar tampak menggantung rendah, seolah mereka benar-benar berdiri di atas awan.Sebuah meja oval dari marmer hitam memanjang di tengah ruangan. Di sekelilingnya duduk lebih dari sepuluh investor besar