All Chapters of Di Ujung Perpisahan: Chapter 31 - Chapter 40

Tiinnn!Suara klakson panjang dan keras membuat para gerombolan manusia yang membawa kamera dan mic kabel ini terlonjak kaget. Mereka bahkan berhambur memberi jalan pada mobil yang hendak masuk ke dalam pagar."Siapa kalian?" Tatap Ryan marah kepada orang-orang ini. Dia sampai membanting pintu mobil dengan kesalnya."Kami dari wartawan ingin mewawancarai Indah.""Wawancara Indah? Ada keperluan apa?"Salah satu mereka menjelaskan dengan balasan Ryan yang menguliti satu per satu diantara mereka. Ia melihat tak hanya wartawan dari berita televisi saja, tapi juga dari beberapa akun gosip terkenal."Dengar! Ini adalah panti asuhan tempat dimana anak-anak terlantar mendapatkan perlindungan, tapi kalian datang kemari malah membuat keributan dengan membawa kamera menyorot rumah ini! Apa kalian mau saya laporkan ke polisi, hah? Sekarang pergi dari sini sebelum kesabaran saya habis.""Tapi, mas.. kami ingin mewawancarai Indah!""Pergi!" Bentak Ryan kesal. "Jangan pernah memunculkan batang hidun

Tubuh Indah menggigil kedinginan akibat guyuran hujan yang menerpa tubuhnya dengan deras. Bahkan satu titik airnya bisa membuat lebam di sekujur tubuhnya.Wanita ini mengusap pelan lengannya. Tidak ada pukulan atau hantaman benda tumpul, tapi lengan ini kembali penuh dengan memar.Indah terduduk lemas di balik pohon besar yang ada di taman perumahan ini. Sebuah taman buatan yang diperuntukkan para orang kaya berekreasi sejenak.Sejak tadi lampu senter menyala ke sembarang arah, apalagi ada nama yang diteriakkan. Indah yakin Haikal pasti menyuruh ajudannya untuk mengejar dirinya.Gemuruh hujan semakin lebat terdengar. Berkolaborasi dengan suara langkah pijakan rumput yang terdengar.Indah memejamkan mata. Dia sudah berpasrah jika akan ditangkap oleh orang suruhan Haikal. Sekarang tubuhnya sudah lemah tak berdaya.Sampai suara langkah kaki itu makin terdengar. Indah menyenderkan kepalanya di batang pohon yang besar itu. Tak perduli dengan air hujan yang lolos menetes dari rimbunnya deda

"Kau keluarlah dulu sebentar. Aku ingin bicara pada Indah."Biru menatap Indah dan Haikal secara bergantian. Dia ingin menolak tapi tak memiliki kuasa untuk melawan pria berjas rapi ini. Ia pun memutuskan untuk keluar meski Indah menatapnya dengan penuh permohonan."Baiklah. Tapi jika kamu menyakiti Indah, aku nggak akan segan lagi."Haikal hanya tersenyum tanpa menggubris ucapan dari Biru. Lagipula siapa pria ini? Tak lebih dari seujung kukunya.Setelah Biru keluar barulah Haikal menatap adik tirinya lagi. Kali ini tatapan itu berubah menjadi penuh kebencian."Orang suruhanku sudah mencarimu kemana-mana, ternyata kamu bersembunyi disini. Untung saja Biru masih menjadi mata dan telingaku, jadi dia melaporkan jika dirimu sakit dan dibawa kesini." Haikal tersenyum sinis. "Ternyata kamu sakit keras, ya? Leukemia!" Haikal tertawa puas.Indah menatap saudaranya dengan sedih. "Apa kamu pikir aku akan iba dengan sakitmu? Hmm.. harusnya kamu sadar diri, Indah. Kamu sudah sakit keras. Nyawamu

Bak jatuh tertimpa tangga, Biru sedih karena sikap Indah yang semakin menjauhinya. Belum lagi si Riska yang membuat masalah.Dimarahi tapi Riska malah semakin menggila. Biru baru tahu sifat asli wanita itu setelah meninggalkannya. Dia sampai heran sekali kenapa dulu bisa menyukai Riska? Astaga..Dan kini ada masalah baru yang dimuncul. Eh, atau sebuah pemecahan masalah?Haikal memberi kabar bahwa pengajuan peralihan harta milik Indah berhasil. Dalam sekejap Indah menjadi kaya raya. Sialan! Biru kesal sekali ketika Haikal memaki mantan istrinya.Namun, satu hal yang harus Biru konfirmasi. Yaitu status Indah saat ini."Ada Indah?" Tanya Biru pada Nani yang sedang berbincang dengan sepasang suami istri."Sedang pergi. Nak Biru, ya?""Benar, bu.""Tunggu aja diluar. Mungkin sebentar lagi pulang." Jawab Nani yang langsung melanjutkan perbincangannya.Sekitar 20 menit menunggu, Biru akhirnya bertemu lagi dengan Indah. Wanita yang sudah lama tak dikunjunginya. Tapi dia tak pulang sendiri, w

"Mas Biru!" Indah terkesiap karena Biru berlutut di hadapannya.Dengan wajah tertunduk, air mata tampak menitik di wajahnya yang tegas."Bangun, mas!" Ucap Indah terpekik tertahan.Biru sama sekali tak menyahut. Yang dia inginkan saat ini adalah berlutut untuk menebus kesalahannya.Indah yang geram memaksa pria ini bangkit, dia lalu menarik Biru hingga keluar dari rumahnya."Ada apa denganmu, mas?""Aku mencintaimu." Ucap Biru terisak. "Aku sudah belajar mengikhlaskanmu. Tapi tidak bisa, Indah. Aku nggak bisa membohongi perasaan ini.""Aku sudah bersuami.""Aku sudah mengetahui semuanya!" Potong Biru. "Kamu dan Ryan hanya terpaksa menikah."Mata Indah membulat, ketika dia ingin membuka mulutnya, Biru langsung menyela."Kamu ingin mendapatkan warisan itu, kan? Sebab itulah kamu setuju menikah dengannya. Begitu juga dengan Ryan yang meminta kompensasi atas pernikahan kalian. Yaitu, panti asuhan ini. Ternyata tebakanku benar."Indah terperangah bukan main. Darimana pria ini tahu mengenai