"Jika aku diberi kesempatan untuk lahir kembali.. aku tidak ingin menjadi istrimu, mas. Aku tidak mau menjadi orang ketiga diantara hubunganmu dengannya. Kamu pantas bahagia." "Lalu kenapa aku harus jatuh cinta padamu diujung perpisahan kita?" *** Indah sudah putus asa akan hubungannya dengan suaminya. Ia pasrah ketika Biru memberikan talak tiga dan mengakhiri kisah rumah tangga mereka. Tapi kenapa cinta malah terbit di hati Biru ketika perpisahan mereka diujung mata? Sedangkan mereka sudah tak memiliki jalan untuk kembali bersama..
View MoreIndah membeku sembari memegang kertas di tangannya. Sebuah kertas dibubuhi tulisan yang mampu membuat hidupnya yang berwarna menjadi kelam seketika.
Dunianya runtuh. Seakan harapan untuk merengkuh kebahagiaan semakin menjauh. Kenapa bisa begini? Apa memang tidak ada di dalam garis takdirnya kebahagiaan itu untuknya? Kenapa Tuhan seolah-olah meninggalkannya? Indah mengerjap air matanya. Menahan segara perasaan sedih yang menghantam hatinya. Kemana dia harus mengadu? Sakit ini.. apakah ada yang mau menerimanya? Pikiran Indah melayang pada suaminya. Satu-satunya orang di muka bumi ini yang ia percayai. Satu-satunya pria yang ia cintai. Ya, Biru harus mengetahui hal ini. Dia pasti mau menggenggam tangan Indah dan membagi beban ini bersama. Seperti dulu.. Ketika Biru mengulurkan tangannya untuk menyelamatkan Indah dari juram kematian. Yang membuat wanita itu bangkit dan belajar mencintai pria itu sepenuhnya. Dengan setengah semangat, Indah pulang ke rumah yang ditinggalinya bersama Biru. Sudah pukul 7 malam, suaminya pasti menunggu untuk makan malam. Dengan catatan, makan malam saja. Bukan makan malam bersama. Entah kenapa setelah menikah, Indah merasa asing dengan suaminya. Pria itu tak seperti orang yang dikenalnya. Biru berbeda. Begitu juga dengan keluarga besar Biru yang seolah membencinya. Entah apa salah dan dosa Indah sehingga mendapatkan kebencian begitu besar dari mereka. Mobil hitam itu masuk ke perkarangan rumah dan parkir di samping mobil hitam besar lainnya. Syukurlah, Biru ternyata sudah ada di rumah. Mengumpulkan kekuatannya, Indah masuk ke rumah sambil memegang kertas putih yang baru saja didapatkannya dari rumah sakit. Ia lalu melangkah menuju kamarnya. Tepat sekali, rupanya Biru juga menunggunya. "Mas Biru.." sapa Indah lembut dengan senyum khasnya. Memandang wajah tampan suaminya, selimut duka di hatinya perlahan tersibak. "Ada yang ingin ku sampaikan padamu." Ucap Biru datar. Wajahnya kaku, suaranya dingin. "Aku juga. Ada yang ingin ku sampaikan padamu." "Aku duluan." Potong Biru cepat. Ia mengambil sebuah map yang ada di atas nakas dan memberikannya pada Indah. Wanita ini lekas mengambil dan membukanya. Mata Indah langsung berkaca-kaca ketika melihat isi dari map tersebut. "Gugatan perceraian?" Tanya Indah terbata. Biru mengangguk pelan. "Kita akhiri semuanya ini, Indah. Kita tak bisa lagi bersama." "Tapi kita baru enam bulan bersama, mas.." lirih Indah menahan mati-matian air matanya yang ingin tumpah. "Sebab itulah aku menggugatmu sekarang. Aku tidak sanggup lagi jika semakin lama hidup denganmu, Indah. Aku tidak mencintaimu. Kamu sadar sekali hatiku ini kepada siapa berlabuh." Jawab Biru tanpa ekspresi. Indah tertunduk dengan meremas kertas putih yang ia bawa. Ucapan barusan sudah benar-benar menegaskan perasaan Biru padanya. Selama ini, nyatanya.. Indah hanya jatuh cinta sendirian. "Aku tidak ingin terlampau jauh menyakitimu. Mari kita akhiri semua ini." Ucap Biru tegas. Pria ini memandang lekat. "Malam ini, aku membebaskanmu dari pernikahan. Aku talak kamu, aku talak kamu, aku talak kamu." Indah langsung mengangkat wajahnya ketika Biru mengatakan kata talak itu. Tak hanya satu kali. Tapi tiga kali. Ya! Tiga kali Biru mengatakannya. Itu artinya pria ini sungguh ingin berpisah darinya. Tidak ada keraguan dari ucapan Biru. Dia pasti sudah sangat muak dengan pernikahan ini. Indah mengerjap menahan air mata yang terbendung. Ia lalu meneguk ludah. "Baik, mas. Mari kita berpisah." "Secara agama kita tidak memiliki hubungan apa-apa lagi. Tapi secara hukum, aku pastikan akan menyelesaikan semuanya secepatnya. Dan juga.. kamu boleh tinggal disini sampai kita berpisah. Sebelum kamu menemukan tempat tinggalmu yang baru." Indah mengangguk mengerti. Selain talak tiga, Biru juga sudah mengusirnya. "Baik, mas. Aku akan mencari tempat tinggal dan segera pergi dari sini." Biru menginginkan perpisahan maka Indah akan memberikannya. Dia tahu diri jika sudah tak diharapkan. Sekarang, biarlah Indah berjuang sendiri melawan kerasnya dunia. Walau ia tahu, jalan yang akan ia hadapi ke depan tidaklah mudah. Halo, stary dream kembali dengan cerita baru.. silahkan berlangganan dan tunggu updateannya, ya.. selamat membaca ^^"Mbak.. kita tidur diluar aja." Ajak Marni pada Indah. "Disini panas."Tubuh Indah sudah bersimbah peluh. Siang tadi panas sekali, padahal dia sudah berharap Tuhan mengirimkan hujan malam ini. Tapi rupanya sengat matahari dikirim melalui perantara bulan.Indah mengangguk setuju. Dia lalu ikut Marni tidur diluar bersama pelayan yang lain. Tepatnya di teras belakang rumah."Disini lebih sejuk dibanding di dalam."Indah bisa merasakan hembusan angin menerpa dirinya. Ia pun mengambil tempat tidur di bagian ujung karpet ini."Kita pasang obat nyamuk dulu." Ujar Marni.Obat nyamuk dipasang, kini tak ada lagi yang akan mengganggu tidur mereka. Indah pun ikut merebahkan diri dan tidur di lantai yang beralaskan karpet tipis itu."Mbak Indah.. bener ya mbak udah dicerai sama mas Biru?" Tiba-tiba saja Marni menanyakan hal itu."Iya." Jawab Indah tercekat."Kasihan sekali, mbak. Kalau aku jadi mbak Indah, mana mau aku kemari." Apalagi untuk dijadikan pembantu. Astaga! Padahal Indah ini orang yan
Biru sudah tak berminat bergabung dengan yang lain yang sedang berbincang di ruang keluarga. Padahal sudah ada calon pengantin yang akan menikah, tapi Biru lebih memilih masuk ke kamarnya. Badannya terasa gemetara setelah berhadapan dengan Indah tadi. Astaga! Kenapa dia jadi bisa merasakan sakit dari pancaran mata wanita itu? Seperti hanya ada keputus asaan dari salam sana. Lupakan soal itu. Lebih baik Biru beristirahat karena hari sudah malam. Apalagi besok akan banyak acara menjelang pernikahan yang harus dihadiri. Begitu juga dengan Indah yang kembali ke kamar gudangnya. Beberapa kali Indah membolak balik tubuh ini untuk menjemput mimpi, tapi mata ini masih enggan tertutup. "Panas sekali.." Indah beringsut bangun dari tidurnya. Ia menatap sekeliling kamar yang hanya berluaskan 2x3 meter ini. Sempit. Pengap karena tak ada ventilasi udara. Indah mengambil bantalnya dan keluar dari kamar. Nah, terasa sejuk dari luar sini. Akhirnya, Indah memutuskan untuk tidur di permadani y
Indah ikut menoleh ketika wanita dengan senyuman manis itu mendekat dan merangkul Biru. Pria yang secara hukum negara masih sah menjadi suaminya.Rupanya, Rizka juga hadir disini. Menunggu kedatangan Biru serta menyapa Davina dengan hangat.Wajah mertuanya nampak sumringah. Terlihat sekali jika Davina memang merestui hubungan Biru dan Rizka. Tanpa menebak Indah pun tahu, jika sudah resmi bercerai nanti, mereka berdua pasti akan segera menikah."Apa kabar mbak Indah?"Indah menoleh ke belakang ketika disapa oleh seseorang. Ternyata bi Marni. Bibi yang bekerja sebagai pelayan di rumah budhe Nur."Baik, bi. Bibi apa kabar?" Sapa Indah balik dengan senyumannya."Baik juga. Mana barangnya, mbak? Biar bibi bantu bawain."Bersama Marni, Indah menurunkan koper serta oleh-oleh buatan tangannya. Mereka bersama memasuki rumah milik Nur.Sedangkan di dalam, para keluarga sudah berkumpul dan bercengkrama. Termasuk Rizka yang tak memiliki status dalam keluarga ini ikut berbaur dengan hangat."Jadi
Biru tak bergeming menatap tissue yang berserakan di atas meja sana. Tujuannya adalah satu, mengemasi pakaiannya untuk pergi ke Lampung. Saat pria itu sampai di kamar, ia lekas membuka lemari. Tanpa menoleh pun dia tahu siapa yang berada di belakangnya."Mas butuh bantuan?" Sudah diduga, Indah lah yang setia mengikuti mantan suaminya dari belakang."Tidak perlu."Biru mengambil pakaian secara asal dan menaruhnya ke dalam koper. Namun, ia kesulitan mengunci koper tersebut karena pakaian yang ditaruhnya bertumpuk dan berantakan. Dia menyerah ketika Indah kembali menawarkan bantuan."Sudah, mas." Ucap Indah ketika dia berhasil mengunci koper milik Biru.Biru hanya berdeham. Dahinya sedikit mengernyit."Koperku jadi bau ikan." Cetusnya yang membuat Indah tersentak."Oh, maaf, mas.. aku tadi cuci tangannya nggak bersih."Indah tadi sedang mengadon pempek sebelum ada insiden mimisan. Jadi, wanita ini hanya mencuci tangannya secara cepat saja.Tanpa mau memandang Indah, Biru main berbalik
Sinar mentari mulai masuk menembus jendela yang tertutup oleh tirai berwarna oranye itu. Mata Indah terbuka perlahan. Kepalanya berat. Pasti karena ia baru bisa tertidur ketika menjelang subuh.Semalaman pekerjaannya hanya menangis. Terus mengasihi takdir hidupnya yang begitu buruk.Indah beringsut bangun dari tidurnya. Namun ia langsung menundukkan kepala ketika sesuatu keluar lagi dari hidungnya.Darah segar berwarna merah menodai seprai yang Indah pakai. Sudah berbulan-bulan ini Indah selalu mimisan, dan ketika dia memeriksakan dirinya, Indah malah menelan kenyataan pahit. Jika dirinya terdiagnosis Leukemia.Wanita ini mengambil tissue yang ada di atas nakas samping tempat tidur dan menyumbat hidungnya. Setelah itu, dia bangkit meraih tas untuk mengambil obat yang ada di dalam sana.Indah menoleh. Gelas yang ada di atas nakasnya kosong. Kalau begitu, Indah lebih baik turun ke dapur dan meminum obatnya disana.Langkah kaki terdengar menuruni anak tangga, namun Indah terkejut ketika
Selesai memberikan deklarasi perpisahan, Biru pulang ke rumah ibunya. Mereka sudah resmi berpisah secara agama, itu artinya tak mungkin lagi bagi Biru dan Indah untuk tinggal bersama. Setidaknya Biru masih berbaik hati dengan mengizinkan Indah tinggal di rumahnya."Kamu benar-benar menggugat cerai istrimu?" Devana, Ibu Biru bertanya.Biru mengangguk. Di wajahnya tak ada ekspresi sedih maupun bahagia. Berbeda dengan Devana yang tersenyum senang."Syukurlah. Dari awal memang kalian tidak perlu menikah. Jangan karena dia orang kaya jadi dia ingin memilikimu seutuhnya. Ingat siapa itu Indah, nak. Hanya seorang anak yang tidak jelas. Kekayaan yang ia dapat juga bukan karena haknya."Masih ingat betul Devana wanita yang menjadi menantunya itu. Seorang anak konglomerat yang membuat Devana awalnya jatuh hati.Tak hanya itu, Indah juga seorang dokter. Walaupun tak pernah bekerja menyentuh pasien dan memilih menjalani hidup dengan tidak bekerja. Tapi secara pendidikan, Indah tak bisa diragukan.
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments