Pagi itu, sinar matahari menembus jendela besar kamar Dania. Ia berdiri di depan cermin sambil merapikan rambut. Perutnya yang makin membuncit membuat langkahnya kadang terasa berat, tapi ia tetap menatap pantulan dirinya dengan senyum samar. Ada semangat baru yang ingin ia bawa hari ini, meski di balik itu, masih ada trauma yang sesekali muncul. Setelah sarapan sederhana, Dania mendapati rumahnya sepi. Kedua kakaknya, Axel dan Davin, rupanya sudah berangkat pagi-pagi sekali. Ia menghela napas, lalu mengambil tas dan berjalan keluar. Di halaman, seorang satpam menghampiri dengan bunga segar yang masih rapi terbungkus. “Titipan untuk Non Dania,” ucapnya sopan. Dania sempat mengernyit. Hatinya langsung menebak itu dari Samudra, pria yang akhir-akhir ini selalu muncul dalam hidupnya. Namun begitu ia melihat kartu kecil di sela bunga, ekspresinya langsung berubah dingin. Nama Reno tertulis jelas di sana. “Buang saja, Pak,” tegas Dania. Satpam itu terkejut. “Loh, kenapa, Non?” “
Huling Na-update : 2025-09-25 Magbasa pa