All Chapters of NAYANIKA: Gadis Pengganti di Malam Pertama : Chapter 21 - Chapter 30

Tubuh Abiyaksa luruh ke atas sofa rumah yang ia tinggali bersama sang istri. Tatkala ia, yang baru saja sampai di sana. Ketika berada di rumah, rasanya malah kembali hampa. Ada tidak ada istrinya itupun, rasanya malah sama saja. Entah inginnya apa untuk sekarang. Apa mungkin, ia butuh liburan?? Atau susul saja istrinya itu nanti, saat akhir pekan datang. Karena sebenarnya juga, tidak tenang bila membiarkan istrinya di luar sana seorang diri. Biarpun katanya ada tim-nya juga di sana nanti. Tapi kalau menyusul, apa tidak akan mengganggu pekerjaan istrinya itu juga?? Ah, serba salah. Jenuhnya seorang diri di rumah sebesar ini. Lebih baik sekarang, ganti pakaian dulu dan kembali lagi ke rumah sakit. Karena tadi ia tidak sempat lakukan juga, karena terburu-buru pergi ke rumah Nayanika.Pakaian yang lebih rapi dan wangi sudah melekat di badan. Abiyaksa pun kini, nampak sudah kembali meraih kunci mobilnya lagi, dari atas nakas dan turun ke l

Abiyaksa berada di ruangannya sekarang. Seperti biasa, ia akan dan harus menangani pasien-pasien yang sudah mulai mengantri, dari setengah jam yang lalu, setelah sempat tertunda, karena menangani anak dari salah satu pasiennya juga.Kini, saatnya ia mengurusi pekerjaan wajibnya di rumah sakit ini dan kembali mengecek ibunya Nayanika, sekaligus memastikan, bila wanita yang satu itu tidak pergi kemana-mana, saat semua pasien yang mengantri, sudah ia tangani semuanya.Sore menjelang malam.Abiyaksa memasuki ruang perawatan. Wanita paruh baya itu sedang terlelap, saat selesai makan maupun meminum obat. Sementara anak bungsunya, sedang duduk di sofa dan anak sulungnya, juga berada di atas ranjang pasien sambil bersandar menatap sang ibu dengan tatapan kosong. Namun, ketika melihat Abiyaksa yang masuk dan berjalan mendekat, Nayanika segera duduk dan menarik selimutnya, hingga menutupi perut."Ibu kalian sedang tidur ya?" ucap Abiyaksa dan dua kakak beradik i

Nayanika menurunkan tangan, yang sedang menggenggam ponsel dengan sebuah tegukan saliva juga. Dia diam termenung dan memikirkan kembali, apa yang Meisya katakan padanya tadi. Bukan takut ancaman, karena dia sudah sangat jujur dan memang hanya demi ibunya, bisa sampai melakukan komunikasi yang cukup intens bersama dengan suami sahabatnya itu.Tetapi, yang ia takutkan, Meisya malah jadi menghalang-halangi, saat pengobatan akan dilakukan oleh suaminya itu, terhadap ibunya yang padahal sudah mengalami kemajuan. Bagaimana nanti, kalau Meisya larang suaminya untuk datang ke sini?? Bagaimana dengan proses penyembuhan ibunya, kalau Meisya bukannya mendukung, malah dengan sengaja menghasut suaminya agar berhenti?Nayanika duduk di sofa dan kini tengah mengusap-usap wajahnya sendiri, ditengah ketakutan, yang sedang melandanya saat ini. Sementara Meisya, sudah kembali masuk ke dalam dan melihat suaminya, yang masih terlelap di atas ranjang. Kalau sudah bangun, ia pastika

Nayanika sudah kembali dengan segelas teh diatas nampan, yang ia taruh cangkirnya di meja dekat Meisya."Ini, Mei. Silahkan diminum," ucap Nayanika."Kayaknya itu masih panas deh, Nay," ucap Meisya sembari mendekap dengan lebih erat, lengan suaminya ini sendiri. Dia juga duduk bergeser, sampai tubuhnya benar-benar menempel dengan Abiyaksa."Nggak kok, Mei. Tadi udah aku kasih air dingin sedikit," ucap Nayanika, yang memang ingin wanita yang satu ini, segera pergi dari hadapannya. Moodnya jadi tidak bagus, berkat kedatangannya ke sini. Bahkan, perutnya terasa tidak nyaman juga, karena melihat dia, yang seperti sengaja sekali bergelayutan di tubuh ayah anaknya ini."Ok. Aku coba dulu deh," ucap Meisya yang langsung menyeruput teh, yang Nayanika sajikan di depannya."Rasanya kurang enak. Terlalu manis. Kamu pakai gula biasa ya?? Harusnya, kamu tuh pakai low sugar, Nay. Mas Abi aja, biasanya pakai low sugar. Kalau gula biasa itu, dia...,"

"Hai, Nay," kalimat sapaan, yang diucapkan oleh pria, yang semalam sudah berbaik hati, untuk mengantarkannya pulang ke rumah, sehabis ia bekerja."Bumi? Kok kamu ke sini?" tanya Nayanika dan pria itu malah terlihat mengeluarkan senyuman masam."Kok kamu bilang begitu sih? Aku jadi ngerasa, kehadiran aku nggak diharapkan jadinya," ucap Bumi."B-bukan. Aku tuh cuma kaget. Kok kamu mau datang ke sini, tapi nggak kabarin aku dulu," ujar Nayanika."Oh ya? Kamu udah cek handphone kamu belum? Soalnya tadi pas aku chat itu, cuma ceklis satu," ucap Bumi.Nayanika mengambil ponsel dari dalam saku celananya dan melihat layar handphone-nya."Oh iya, kuota aku abis kayaknya nih," ucap Nayanika."Jadi?? Aku boleh masuk, atau cuma disuruh berdiri di luar aja nih?" sindir Bumi."Em... ya bolehlah, kalau cuma sebentar," ucap Nayanika seraya bergeser dan membiarkan Bumi masuk."Ayo, silahkan duduk. Em, kamu mau minum apa