All Chapters of NAYANIKA: Gadis Pengganti di Malam Pertama : Chapter 41 - Chapter 50

Nayanika berjongkok di dalam toilet dan diam di dalam sana sambil termenung. Mau pergi dari tempat yang sudah seperti neraka ini. Tetapi, ia takut bila keluar maka Meisya akan kembali menyeretnya ke dalam masalah lagi seperti tadi. Tapi, tidak mungkin juga ia berada di dalam sini terus menerus. Apa mungkin pulang sendiri saja sekarang juga? Tapi tidak perlu mengatakan hal apapun kepada Bumi. Telepon saja nanti saat sudah sampai di rumah. Ya, begitu saja sudah menjadi keputusan yang tepat.Nayanika mengintip dari celah pintu toilet yang ia buka sedikit. Ia cari-cari dimana keberadaan Meisya dan setelah merasa situasi aman terkendali, Nayanika segera berlari keluar dan di tengah pelariannya, ia malah tidak sengaja menabrak seseorang yang baru saja pulang sehabis bekerja seharian tadi."Nayanika? Kamu datang ke sini juga rupanya," ucap pria yang senyumannya sangat khas. Sekali melihat saja, sudah mampu membuat Nayanika sulit untuk menatapnya."Kamu

Bola mata Meisya membulat sempurna. Dia menatap jaket yang sang suami berikan untuk wanita lain itu."Mas! Kenapa kamu malah kasih jaket kamu sih!?" omel Meisya seraya berjalan dengan kaki yang menghentak kencang ke lantai."Pakaian yang kamu berikan terlalu minim. Nayanika kedinginan. Kasihan kan, apa lagi dia sedang hamil," ucap Abiyaksa."Em, kalau gitu nggak usah aja," ucap Nayanika yang berusaha untuk lebih sadar diri."Sudah nggak apa-apa. Pakai. Nanti kamu bisa kembalikan, saat kunjungan rutin saya ke sana," ucap Abiyaksa yang menahan jaketnya untuk terlepas dari tubuh Nayanika.Meisya berdengus kesal. Ingin rasanya menjambak wanita yang kelihatan lugu ini. Tapi ia yakin, di dalam hatinya pasti dia sedang menari-nari, karena merasa telah mengalahkannya."Iya, Mas. Terima kasih," ucap Nayanika."Pulang dan istirahatlah di rumah. Tadi kamu bersama siapa ke sini?" tanya Abiyaksa."Sama Bumi! Biar aku telepon

Nayanika terdiam kaku dan kemudian memutar bola matanya ke arah Bumi, yang tengah menatap tangan Nayanika, yang tengah berada di atas perutnya itu sendiri.Nayanika segera menjauhkan tangannya, saat menyadari apa yang Bumi lihat tadi. Kelopak matanya tertutup sejenak dan rutukan di dalam batinnya pun menggema.'Oh ya ampun! Kamu apa-apaan sih, Nay! Kenapa bisa nggak sadar kalau lagi sama Bumi sekarang!' jerit batin Nayanika."Eum, cacing-cacing di perutku juga suka sama buburnya," ucap Nayanika kemudian. Bukan ingin mengelabui Bumi. Sama sekali tidak. Tapi ini adalah aibnya, tidak sepantasnya ia umbar-umbar juga kan? Keluarganya sendiri saja tidak tahu, masa Bumi yang merupakan orang lain ini harus tahu keadaan ia yang sebenarnya."Oh... aku kira apa," ucap Bumi sambil tersenyum lagi dan kali ini terlihat lebih lepas dan juga lega. Sempat bingung juga tadi kan, dengan kelakuan Nayanika yang mendadak aneh."Nay, kita jalan yuk!" ajak Bumi ketika Nayanika sudah mulai menyantap makananny

Nayanika bangun perlahan, lalu turun juga dari brankar dengan dibantu oleh Bumi. Kemudian, setelah menyelesaikan segala macam administrasi dan lainnya, baru lah mereka pergi dari rumah sakit tersebut.Bumi menyetir dengan resah. Ingin bertanya, tapi ia merasa jadi orang yang terlalu ikut campur dengan masalah orang lain. Tapi dia juga penasaran dan ingin sekali tahu, kenapa bisa hal ini terjadi. Mungkin Nayanika terlalu malu untuk bercerita. Karena seingatnya juga, tidak ada laki-laki yang pernah mendatanginya. Atau ini adalah ulah mantan pacarnya? Laki-laki itu tidak mau bertanggung jawab dan meninggalkan Nayanika begitu saja.Pantas, Nayanika selalu menolaknya terus. Mungkin juga karena hal ini. Karena dia sedang hamil dan entah oleh siapa itu."Maaf," ucap Nayanika, yang merasa harus meluruskan kesalahpahaman yang terjadi diantara ia dan Bumi. Biarpun tidak memiliki hubungan, ia merasa perlu memberikan penjelasan."Aku nggak bermaksud nipu kamu. Aku udah bilang kan, kalau kita ini

Esok malamnya.Pria yang selalu datang ke tempatnya bekerja, kini datang lagi ke sini. Biasanya, dia yang menyapa Nayanika duluan. Tetapi sekarang, Nayanika lah yang lebih dulu mengajaknya berbicara."Em, jaketnya masih di rumah, Mas. Belum sempat aku cuci," ucap Nayanika yang sedang mengeluarkan barang belanjaan Abiyaksa dari dalam keranjang."Iya. Nggak apa-apa kok. Aku kan udah bilang kemarin. Aku ambil saat jadwal kunjungan ke sana," timpal Abiyaksa."Ada lagi yang lain, Mas?" tanya Nayanika yang sudah hampir menscan semua barang belanjaan Abiyaksa ini."Oh iya, susu promil yang esensis kalau nggak salah ya. Saya mau itu satu. Untuk Meisya, supaya nutrisinya terpenuhi," ucap Abiyaksa.Wajah Nayanika berubah datar. Dia menscan dulu semua barang belanjaan Abiyaksa dan mengambilkan yang satu itu."Yang ini ya, Mas?" tanya Nayanika."Ah iya yang itu. Tolong berikan dua ya? Sekalian untuk stok," pinta Abiyaksa."Oh iya, baik," ucap Nayanika sambil memaksa bibirnya untuk tersenyum.Naya