Todos os capítulos de Karena Nafkah, Istriku Mati Rasa: Capítulo 11 - Capítulo 20

Hari yang ditunggu tiba, Huda dan Andara menjemput Randa di sebuah pesantren yang terletak di bagian utara kota ini.Dengan penuh rasa bahagia, Andara memeluk putranya yang masih berusia 8 tahun itu dengan penuh kasih sayang."Mama rindu sekali, nak.." air mata Andara kembali jatuh tanpa diperintah."Kakak juga rindu, ma." Balas Randa. Anak ini bertambah tinggi. Padahal usianya baru 8 tahun tapi tinggi badannya hampir mencapai tinggi Andara."Ayo kita pulang!" Tegur Huda ketika menyaksikan kemesraan ibu dan anak ini."Salimi papamu." Pinta Andara.Randa datang dan menyalimi Huda. Tak seperti ibunya, Randa tidak mau memeluk papanya. Di malah kembali menggandeng tangan Andara.Sesampainya di rumah, Randa makan dengan lahap. Hari ini dia memasak ayam goreng bumbu kesukaan anaknya. Tidak banyak hanya 3 potong saja. Masalahnya Huda mengatakan bahwa ayam 2 kilo yang di belinya kemarin harus hemat sampai 2 bulan."Gimana rasanya, sayang?" Tanya Andara."Enak, ma!" Jawab Randa bersemangat.

"Mas.. itu.." Matilah! Tiara gugup bukan main. Aksi bejat mereka tadi terlihat oleh seorang pria bertubuh kekar."Tenang dulu, Tiara." Huda pun sama saja. Dia sampai menarik nafas beberapa kali. "Aku menyusul orang itu dulu."Tiara mengangguk. Huda pun keluar dari kamar mandi dan berlari mengejar pria yang menangkap basah mereka.Pria itu tampak melenggang santai dan menuju sebuah butik.Set! Langkah Huda terhenti. Ternyata pria itu tak sendiri, dia menemui seorang wanita paruh baya bernama Rumai. Ya. Pria yang dimaksud adalah Gilang."Bagaimana ini?" Tangan Huda mengepal erat.Bolak-balik tubuh Huda mencari ketenangan sampai akhirnya ia dipanggil oleh seseorang."Huda!"Huda yang terkejut lantas menoleh. Rupanya Rumai yang memanggil."Tante..""Kamu disini juga?" Tanya Rumai tersenyum."Iya, tante juga?" Tanyanya balik sembari menatap Gilang."Iya. Nih Gilang cerewet banget suruh tante beli baju. Kamu sama siapa disini?""Sendirian." Jawab Huda tersendat. Dia sampai gemetaran saking

Andara mengusap noda merah yang ada di kerah baju suaminya, menciumnya sekilas dengan indera penghidu. Terasa bau khas, sebuah bau berat dari lipstik."Dia selingkuh.." gumam Andara penuh pertanyaan.Dia lalu mencoba mencari lagi sesuatu yang mencurigakan dari jas milik suaminya, merogoh saku dan memeriksanya secara teliti."Sedang apa kamu?" Tanya Huda keheranan. Pria itu baru saja keluar dari bilik mandi menggunakan handuk."Apa ini, mas?""Apa?" Emosi Huda mulai naik. Andara ini memang selalu bisa membuatnya kesal.Andara menunjukkan sebuah noda merah yang ada di kerah baju yang dia pakai. Lantas saja, Huda terlonjak kaget."Ini.." Huda sampai terbata, ia mengambil kemeja tersebut dan melihat noda merah yang tercetak disana. "Saos.""Saos?""Iya, tadi aku makan dengan nggak hati-hati. Jadi saosnya tumpah mengenai kerah kemeja.""Kerah kemeja bagian dalam?" Alis Andara sampai terangkat ketika mendapatkan jawaban itu."Iya.." jawab Huda tegas seolah ingin meyakinkan istrinya. "Aku ng

"Iya. Aku berani! Detik ini juga aku ingin kita berpisah!" Tegas Andara. Huda terkejut luar biasa melihat mata Andara yang berapi-api. Istrinya yang selama ini tampak tenang, kembali meriakkan airnya. "Kamu ingin berpisah dariku?" "Aku lelah dengan sikapmu itu, mas. Kamu egois, mementingkan dirimu sendiri dan tidak mau mendengarkan orang lain. Keputusanmu selalu mutlak. Siapapun yang berbicara akan kamu hakimi. Aku sudah lelah.." lirih Andara dengan mata yang berkaca-kaca. "Kamu bilang aku egois, Dara? Jika aku sudah egois, dari dulu aku sudah meninggalkanmu." Huda lalu menatap sinis. "Memang kamu bisa apa jika berpisah dariku? Kamu cuma ibu rumah tangga biasa, Dara. Tidak berpendidikan! Yang kamu tahu hanya memasak dan mencuci saja." "Aku tidak berpendidikan katamu?" Andara menatap dengan percaya. Sepertinya, Huda lupa siapa Andara ini sebenarnya. "Aku seorang sarjana, mas. Dan aku pernah bekerja di sebuah perusahaan besar. Tapi kehidupanku terguncang setelah menikah denganm

Setibanya di rumah sakit yang dimaksud, Gilang langsung pergi ke igd untuk menanyakan hasil cek darah Andara. Petugas igd pun mengarahkan pria tersebut menuju laboratorium.Namun, sayang.. karena Gilang bukanlah wali dari pasien, petugas tersebut tak bisa memberikan hasil labor tersebut."Saya hanya ingin tahu saja, mbak. Bagaimana hasilnya?" Jika mereka tak mau memberikan hasilnya tidak masalah, asal rasa penasaran Gilang ini terpenuhi."Maaf, kami tidak bisa mengatakannya, pak. Ini adalah kerahasiaan medis." Ucap petugas itu sopan.Gilang hanya bisa menarik nafas panjang. Dengan kecewa, Gilang kembali ke mobilnya."Cepat sekali periksanya, pak." Seru Reza ketika melihat manajernya masuk ke mobil. Tadi Gilang beralasan sedang sakit dan memeriksakan diri di rumah sakit ini "Iya. Sudah selesai.""Sekarang kita mau kemana lagi, pak?""Langsung ke kantor saja." Gilang memberikan perintah pada sopirnya.Sudah dua minggu ini, Reza bekerja sebagai sopir manajer perusahaan timah. Sejak kep