Aku mendengar suara dari luar tangga dan akhirnya berkata, "Fabian, kita sudah selesai. Kamu juga lepaskan saja aku."Suara gemetaran Fabian berkata, "Nggak, Clara, kita nggak akan pernah selesai."Aku tidak berencana tinggal permanen di kota ini, jadi aku hanya tinggal di hotel.Entah bagaimana Fabian bisa tahu nomor kamarku. Saat ingin keluar untuk makan malam, aku melihat dia duduk di lantai, menunggu di depan pintu kamarku.Dia mendongakkan kepala, seperti seekor anak anjing yang memelas.Aku tiba-tiba teringat ketika aku berusia 17 tahun. Fabian ingin mengikutiku kuliah desain agar kami bisa selalu bersama, tapi ayahnya bersikeras dia kuliah jurusan keuangan.Fabian bertengkar hebat dengan ayahnya karena hal ini. Di tengah malam musim dingin, dia kabur dan membuat seluruh keluarganya cemas.Akhirnya, aku menemukannya di taman bermain yang sering kami kunjungi.Dia saat itu seperti anak anjing yang mengundang iba, mengenakan pakaian tipis dan meringkuk menyedihkan.Dia tersenyum pa
Read more