Selama menikah dengan Fabian selama enam tahun, dia punya simpanan. Simpanannya itu sangat cantik dan mudah menciut ketakutan jika dibentak sedikit saja. Karena itulah Fabian tidak pernah kehilangan kesabaran menghadapinya. Namun, simpanan itu tidak patuh dan sengaja mencari masalah denganku. Fabian pun marah besar dan menghukumnya habis-habisan. Keesokan harinya, wanita itu mengirimi aku foto lehernya yang dipenuhi bekas gigitan merah-merah. [Kak, Pak Fabian galak banget, aku jadi takut.]
View MoreFabian terpukul berat. Dia menggumamkan kata "nggak" berulang kali. Tapi pada akhirnya, dia sendiri pun tidak mampu membantah.Karena semua itu adalah fakta yang tidak terbantahkan."Clara, aku tahu aku berengsek, tapi cuma kamu satu-satunya yang pernah kucintai. Aku cuma gelap mata sesaat dan tergoda ...""Jangan salahkan orang lain, Fabian. Kamu nggak sehebat itu atau sebersih itu. Kamu sendiri yang nggak bisa mengendalikan diri. Aku sudah minta pengacaraku menulis ulang surat perjanjian cerainya. Kamu harus tanda tangan. Kita bisa berpisah secara damai."Setelah mengatakan semuanya, aku berbalik dan masuk kamar tanpa meliriknya lagi.Surat perjanjian cerai itu dikirim keesokan harinya, tapi Fabian langsung merobeknya."Aku nggak akan tanda tangan, Clara. Nggak masalah kalau aku nggak bisa mendapatkanmu kembali dalam tiga tahun. Biarpun tiga tahun atau tiga puluh tahun lagi, akan kubuktikan kalau aku sudah berubah.""Clara, tolong beri aku kesempatan lagi. Kita dulu sangat dekat, dan
Aku mendengar suara dari luar tangga dan akhirnya berkata, "Fabian, kita sudah selesai. Kamu juga lepaskan saja aku."Suara gemetaran Fabian berkata, "Nggak, Clara, kita nggak akan pernah selesai."Aku tidak berencana tinggal permanen di kota ini, jadi aku hanya tinggal di hotel.Entah bagaimana Fabian bisa tahu nomor kamarku. Saat ingin keluar untuk makan malam, aku melihat dia duduk di lantai, menunggu di depan pintu kamarku.Dia mendongakkan kepala, seperti seekor anak anjing yang memelas.Aku tiba-tiba teringat ketika aku berusia 17 tahun. Fabian ingin mengikutiku kuliah desain agar kami bisa selalu bersama, tapi ayahnya bersikeras dia kuliah jurusan keuangan.Fabian bertengkar hebat dengan ayahnya karena hal ini. Di tengah malam musim dingin, dia kabur dan membuat seluruh keluarganya cemas.Akhirnya, aku menemukannya di taman bermain yang sering kami kunjungi.Dia saat itu seperti anak anjing yang mengundang iba, mengenakan pakaian tipis dan meringkuk menyedihkan.Dia tersenyum pa
Tiga tahun kemudian, program belajarku selesai dan aku pulang dari luar negeri untuk mengikuti kompetisi desain.Kebetulan, kompetisinya diadakan di kota asalku. Saat aku menginjakkan kaki di tanah tempatku lahir dan tumbuh besar, aku tiba-tiba merasa seperti tiba di dunia lain.Kupikir, aku tidak akan pernah bertemu Fabian lagi seumur hidup.Tak kusangka, reuni kami akan datang secepat ini.Dia tamu spesial dalam kompetisi ini.Aku berdiri di atas panggung, memperkenalkan karyaku, sementara dia duduk di antara penonton. Tatapannya yang tajam membuatku merasa tidak nyaman.Setelah menunggu lama hingga penghujung acara, aku ingin cepat-cepat pergi untuk menghindar darinya. Tapi, tangan seseorang menarikku ke tangga.Lalu, aku melihat wajahnya.Fabian menahanku di antara tubuhnya dan dinding.Matanya merah dan otot wajahnya gemetar. Suaranya terdengar serak."Clara, kamu masih ingat pulang? Tiga tahun, Clara. Tiga tahun penuh aku mencarimu.""Apa kamu punya hati? Kamu nggak pernah menghu
Dia berdiri berjinjit dan mencondongkan tubuh ke depan untuk mencium Fabian.Tatapan Fabian dingin. Dia menarik tangan Clara yang melingkari lehernya dan bicara sedikit demi sedikit, "Kamu menghubungi Clara lagi?"Melissa terpaku sejenak. Setitik rasa bersalah muncul di matanya.Tapi, mana mungkin dia mengakuinya? Fabian tidak akan mengampuninya kalau tahu dirinya telah memprovokasi Clara.Dia masih ingat betapa menyakitkan tamparan itu.Di hari itu juga, Fabian meminta putus. Untungnya, dia punya akal untuk menangis menyedihkan dan memberi Fabian obat perangsang. Kalau tidak, entah kehidupan seperti apa yang akan dia jalani sekarang.Karena itu, dia tidak mungkin bisa mengakuinya."Nggak, Pak Fabian, kenapa kamu curiga sama aku?""Aku masih ingat peringatanmu waktu itu. Mana mungkin aku berani hubungi Kak Clara lagi? Nggak pernah, sumpah."Fabian menyaksikan tingkah wanita itu yang sangat dibuat-buat. Hatinya tiba-tiba dilanda rasa jijik.Dari mana asalnya dia sampai merasa Melissa mi
Fabian akhir-akhir ini merasakan gelisah yang sulit dijelaskan. Perasaan ini pernah muncul pada hari ketika Melissa pergi menemui Clara.Melissa dapat merasakan lamunannya dan menggerutu tidak senang, "Pak Fabian, kamu masih saja melamun. Kangen Kak Clara? Ya sudah, pergi saja temui dia. Aku tahu aku nggak penting bagimu."Fabian tersadar dan mengusir kekhawatiran tak berdasarnya. Kapal pesiar ini di tengah laut dan Clara ada di dek memandangi bintang-bintang. Istrinya tidak akan pergi dan tidak mungkin bisa pergi.Wanita di bawahnya begitu memikat sehingga Fabian segera tenggelam kembali dalam bercintanya.Saat dia selesai dan pergi mencari Clara, dua jam sudah berlalu.Namun, Clara tidak kelihatan di dek. Rasa panik muncul kembali dalam pikiran Fabian.Mungkin Clara pergi ke kamar.Fabian bergegas kembali ke kamar. Dia mencari di dalam dan di luar kamar, tapi tetap tidak ada bayangan Clara.Jantung Fabian berdebar kencang. Dia biasanya tenang dan terkendali, tapi dia saat ini sangat
Darahku seperti berbalik arah dalam tubuhku dan pikiranku kosong.Ternyata Fabian tidak membelikannya khusus untukku, melainkan hanya sesuatu yang sudah dibuang Melissa.Kucing itu merintih dan melompat ke tanah.Aku menunduk, memandang helai bulu kucing di tanganku.Fabian sudah memesan tiket dan kamar deluxe king-size.Aku melihat tanggalnya, tanggal 3 bulan depan, artinya tujuh hari lagi.Jika lamaranku diterima, aku akan berangkat ke luar negeri tanggal 3 bulan depan.Malam harinya, Fabian masih cukup perhatian menuangkan segelas susu untukku.Aku dapat melihat hasrat di matanya dan tiba-tiba merasa mual. Aku pun tidak sengaja menumpahkan susunya saat hampir kupegang.Cairan putih itu membasahi seprai, tapi Fabian dengan cemas memeriksa apakah aku terluka."Clara, kamu nggak apa-apa? Tanganmu kena?"Mataku merah dan tenggorokanku kering."Nggak apa-apa."Fabian menghela napas lega dan dengan sabar membersihkan barang-barang yang terkena tumpahan.Memandanginya sibuk keluar masuk, a
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments