Share

Tanpa Penyesalan di Musim Cinta yang Gugur
Tanpa Penyesalan di Musim Cinta yang Gugur
Author: Mandy

Bab 1

Author: Mandy
Selama menikah dengan Fabian selama enam tahun, dia punya simpanan.

Simpanannya itu sangat cantik dan mudah menciut ketakutan jika dibentak sedikit saja.

Karena itulah Fabian tidak pernah kehilangan kesabaran menghadapinya.

Namun, simpanan itu tidak patuh dan sengaja mencari masalah denganku. Fabian pun marah besar dan menghukumnya habis-habisan.

Keesokan harinya, wanita itu mengirimi aku foto lehernya yang dipenuhi bekas gigitan merah-merah.

[Kak, Pak Fabian galak banget, aku jadi takut.]

Aku memandangi bekas merah-merah di sekujur leher dalam foto itu dan terdiam.

Kemarin, seorang wanita bernama Melissa datang menemuiku dan mengaku sebagai pacar Fabian. Dia berharap aku berhenti jadi penghalang di antara mereka.

Saat itu, reaksi pertamaku adalah kebingungan, baru setelah itu aku sadar bahwa Fabian telah berselingkuh.

Wanita itu bicara dengan dagu sedikit terangkat dan mata berbinar-binar, seperti anak yang selalu dimanja tanpa batas.

Aku masih belum sepenuhnya sadar dari kebingunganku ketika dia menyiramkan secangkir kopi hangat ke wajahku.

"Heh, dengar nggak? Ceraikan Fabian. Aku mau menikah sama dia."

Cairan coklat itu menodai gaun putihku yang masih baru. Wajahku basah kuyup, membuatku tampak sangat berantakan.

Meski begitu, wanita itu masih belum puas. Dia menyentuh perutnya dengan bangga, mengabaikan lirikan aneh dari semua orang di sekitarnya.

"Aku hamil dan nggak mau anakku lahir tanpa status. Kalau bukan karena ini, aku juga nggak mau hubungi kamu."

"Aku tahu kamu dan Fabian teman dekat sejak kecil dan sudah menikah enam tahun. Tapi kalian sudah terlalu lama bersama. Fabian cuma punya rasa sayang sebagai keluarga sama kamu, bukan cinta."

"Kalau kamu tahu diri dan mau pergi sendiri, aku bisa minta dia kasih kompensasi yang banyak. Kalau kamu nggak tahu diri, aku cuma bisa minta dia mengusirmu."

Fabian? Mengusirku?

Seketika, aku tertawa.

Wanita itu menuding wajahku. “Sudah gila, ya? Apanya yang lucu?”

Aku memandangi raut wajahnya. Dia sangat polos seperti boneka, tapi dia tidak punya otak.

Aku menertawakannya. "Dek, Fabian tahu nggak yang kamu lakukan sekarang?"

Wajah wanita itu memerah karena marah, tapi dia masih menuding dan mengumpat.

Aku mengalihkan pandangan dan menatap Fabian yang melangkah mendekati kami di belakangnya.

Wajah Fabian kelam. Dia menarik tangan wanita itu dan menampar wajahnya dengan keras.

Wajah wanita itu langsung memerah dan bengkak. Ada setitik darah keluar dari sudut bibirnya.

Dia menatap Fabian dengan mata berkaca-kaca, penuh rasa tak percaya dan memelas.

"Pak Fabian, kamu ... kamu menamparku?"

Air mata berlinang di wajah cantiknya, tapi Fabian tetap tidak bereaksi. Hanya menyuruhnya pergi dengan tatapan dingin.

Wanita itu tampak kesal dan memalingkan mukanya yang terus dipegangi.

Setelah kepergiannya, Fabian mengambil tisu dengan raut sedih. Dia berlutut dan menyeka bekas kopi dari wajahku dengan lembut.

"Sayang, jangan dengarkan dia. Dia bohong. Aku nggak ada hubungan apa-apa sama dia."

Aku menunduk dan menatap matanya lekat-lekat. Warna matanya gelap tak berdasar, tanpa tanda-tanda rasa bersalah.

Mataku terasa memanas, aku membelai wajahnya.

"Fabian, jujur padaku, siapa dia?"

Bibir Fabian sedikit bergetar, dan sudut-sudut matanya basah.

Dia menolak bicara, jadi aku terus bertanya sampai mukaku memerah dan napasku terengah-engah.

Dia kebingungan dan mulai panik.

"Maaf, Clara. Maafkan aku. Pukul saja aku. Marahi aku, hukum aku sesukamu. Jangan menangis, kamu nggak boleh menangis."

Dia juga ingat aku tidak boleh sampai menangis.

Aku menertawakan diriku sendiri, jantungku terasa nyeri.

Fabian ketakutan dan menerobos lampu merah sepanjang jalan menuju rumah sakit.

Dia berteriak memanggil-manggil dokter tanpa peduli penampilannya. Aku menatap kepanikan dalam matanya dan tiba-tiba teringat masa lalu.

Saat aku berusia lima tahun, aku diculik.

Penculik itu menodongkan pisau ke leherku dan meminta tebusan kepada ayahku. Aku sangat ketakutan hingga menangis sekeras-kerasnya sampai tidak bisa bernapas. Setelah diselamatkan, aku jadi bisu selama beberapa waktu.

Selama itu pula, Fabian datang bermain denganku setiap hari. Dia menemaniku dengan penuh perhatian dan menceritakan kisah-kisah lucu kepadaku. Aku mengabaikannya, tapi dia tidak peduli.

Suatu hari, dia bertengkar dengan teman sekelasnya. Lawannya adalah anak yang gemuk, menekan Fabian sampai dia hampir mati lemas.

Aku begitu ketakutan dan memanggil guru.

Setelah itu, aku perlahan bisa bicara kembali.

Fabian bahkan lebih bahagia daripada aku. Dia memancing emosi anak gemuk itu setiap hari hanya agar aku bicara lebih banyak lagi.

Aku baru tahu beberapa tahun kemudian bahwa mereka berkelahi karena anak gemuk itu mengataiku bisu. Fabian tidak membiarkan siapa pun menyakitiku, meski hanya hal kecil seperti mengataiku bisu.

Aku akhirnya bisa bicara normal lagi, tapi aku masih tidak boleh menangis. Jika menangis, aku bisa sesak napas dan kemungkinan terburuknya adalah kematian.

Fabian pun menjadi lebih berhati-hati. Dia berjanji akan selalu membuatku tertawa dan tidak akan pernah membiarkanku menangis.

Tapi, aku sekarang dilarikan ke ruang gawat darurat karena dia.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Tanpa Penyesalan di Musim Cinta yang Gugur   Bab 8

    Fabian terpukul berat. Dia menggumamkan kata "nggak" berulang kali. Tapi pada akhirnya, dia sendiri pun tidak mampu membantah.Karena semua itu adalah fakta yang tidak terbantahkan."Clara, aku tahu aku berengsek, tapi cuma kamu satu-satunya yang pernah kucintai. Aku cuma gelap mata sesaat dan tergoda ...""Jangan salahkan orang lain, Fabian. Kamu nggak sehebat itu atau sebersih itu. Kamu sendiri yang nggak bisa mengendalikan diri. Aku sudah minta pengacaraku menulis ulang surat perjanjian cerainya. Kamu harus tanda tangan. Kita bisa berpisah secara damai."Setelah mengatakan semuanya, aku berbalik dan masuk kamar tanpa meliriknya lagi.Surat perjanjian cerai itu dikirim keesokan harinya, tapi Fabian langsung merobeknya."Aku nggak akan tanda tangan, Clara. Nggak masalah kalau aku nggak bisa mendapatkanmu kembali dalam tiga tahun. Biarpun tiga tahun atau tiga puluh tahun lagi, akan kubuktikan kalau aku sudah berubah.""Clara, tolong beri aku kesempatan lagi. Kita dulu sangat dekat, dan

  • Tanpa Penyesalan di Musim Cinta yang Gugur   Bab 7

    Aku mendengar suara dari luar tangga dan akhirnya berkata, "Fabian, kita sudah selesai. Kamu juga lepaskan saja aku."Suara gemetaran Fabian berkata, "Nggak, Clara, kita nggak akan pernah selesai."Aku tidak berencana tinggal permanen di kota ini, jadi aku hanya tinggal di hotel.Entah bagaimana Fabian bisa tahu nomor kamarku. Saat ingin keluar untuk makan malam, aku melihat dia duduk di lantai, menunggu di depan pintu kamarku.Dia mendongakkan kepala, seperti seekor anak anjing yang memelas.Aku tiba-tiba teringat ketika aku berusia 17 tahun. Fabian ingin mengikutiku kuliah desain agar kami bisa selalu bersama, tapi ayahnya bersikeras dia kuliah jurusan keuangan.Fabian bertengkar hebat dengan ayahnya karena hal ini. Di tengah malam musim dingin, dia kabur dan membuat seluruh keluarganya cemas.Akhirnya, aku menemukannya di taman bermain yang sering kami kunjungi.Dia saat itu seperti anak anjing yang mengundang iba, mengenakan pakaian tipis dan meringkuk menyedihkan.Dia tersenyum pa

  • Tanpa Penyesalan di Musim Cinta yang Gugur   Bab 6

    Tiga tahun kemudian, program belajarku selesai dan aku pulang dari luar negeri untuk mengikuti kompetisi desain.Kebetulan, kompetisinya diadakan di kota asalku. Saat aku menginjakkan kaki di tanah tempatku lahir dan tumbuh besar, aku tiba-tiba merasa seperti tiba di dunia lain.Kupikir, aku tidak akan pernah bertemu Fabian lagi seumur hidup.Tak kusangka, reuni kami akan datang secepat ini.Dia tamu spesial dalam kompetisi ini.Aku berdiri di atas panggung, memperkenalkan karyaku, sementara dia duduk di antara penonton. Tatapannya yang tajam membuatku merasa tidak nyaman.Setelah menunggu lama hingga penghujung acara, aku ingin cepat-cepat pergi untuk menghindar darinya. Tapi, tangan seseorang menarikku ke tangga.Lalu, aku melihat wajahnya.Fabian menahanku di antara tubuhnya dan dinding.Matanya merah dan otot wajahnya gemetar. Suaranya terdengar serak."Clara, kamu masih ingat pulang? Tiga tahun, Clara. Tiga tahun penuh aku mencarimu.""Apa kamu punya hati? Kamu nggak pernah menghu

  • Tanpa Penyesalan di Musim Cinta yang Gugur   Bab 5

    Dia berdiri berjinjit dan mencondongkan tubuh ke depan untuk mencium Fabian.Tatapan Fabian dingin. Dia menarik tangan Clara yang melingkari lehernya dan bicara sedikit demi sedikit, "Kamu menghubungi Clara lagi?"Melissa terpaku sejenak. Setitik rasa bersalah muncul di matanya.Tapi, mana mungkin dia mengakuinya? Fabian tidak akan mengampuninya kalau tahu dirinya telah memprovokasi Clara.Dia masih ingat betapa menyakitkan tamparan itu.Di hari itu juga, Fabian meminta putus. Untungnya, dia punya akal untuk menangis menyedihkan dan memberi Fabian obat perangsang. Kalau tidak, entah kehidupan seperti apa yang akan dia jalani sekarang.Karena itu, dia tidak mungkin bisa mengakuinya."Nggak, Pak Fabian, kenapa kamu curiga sama aku?""Aku masih ingat peringatanmu waktu itu. Mana mungkin aku berani hubungi Kak Clara lagi? Nggak pernah, sumpah."Fabian menyaksikan tingkah wanita itu yang sangat dibuat-buat. Hatinya tiba-tiba dilanda rasa jijik.Dari mana asalnya dia sampai merasa Melissa mi

  • Tanpa Penyesalan di Musim Cinta yang Gugur   Bab 4

    Fabian akhir-akhir ini merasakan gelisah yang sulit dijelaskan. Perasaan ini pernah muncul pada hari ketika Melissa pergi menemui Clara.Melissa dapat merasakan lamunannya dan menggerutu tidak senang, "Pak Fabian, kamu masih saja melamun. Kangen Kak Clara? Ya sudah, pergi saja temui dia. Aku tahu aku nggak penting bagimu."Fabian tersadar dan mengusir kekhawatiran tak berdasarnya. Kapal pesiar ini di tengah laut dan Clara ada di dek memandangi bintang-bintang. Istrinya tidak akan pergi dan tidak mungkin bisa pergi.Wanita di bawahnya begitu memikat sehingga Fabian segera tenggelam kembali dalam bercintanya.Saat dia selesai dan pergi mencari Clara, dua jam sudah berlalu.Namun, Clara tidak kelihatan di dek. Rasa panik muncul kembali dalam pikiran Fabian.Mungkin Clara pergi ke kamar.Fabian bergegas kembali ke kamar. Dia mencari di dalam dan di luar kamar, tapi tetap tidak ada bayangan Clara.Jantung Fabian berdebar kencang. Dia biasanya tenang dan terkendali, tapi dia saat ini sangat

  • Tanpa Penyesalan di Musim Cinta yang Gugur   Bab 3

    Darahku seperti berbalik arah dalam tubuhku dan pikiranku kosong.Ternyata Fabian tidak membelikannya khusus untukku, melainkan hanya sesuatu yang sudah dibuang Melissa.Kucing itu merintih dan melompat ke tanah.Aku menunduk, memandang helai bulu kucing di tanganku.Fabian sudah memesan tiket dan kamar deluxe king-size.Aku melihat tanggalnya, tanggal 3 bulan depan, artinya tujuh hari lagi.Jika lamaranku diterima, aku akan berangkat ke luar negeri tanggal 3 bulan depan.Malam harinya, Fabian masih cukup perhatian menuangkan segelas susu untukku.Aku dapat melihat hasrat di matanya dan tiba-tiba merasa mual. Aku pun tidak sengaja menumpahkan susunya saat hampir kupegang.Cairan putih itu membasahi seprai, tapi Fabian dengan cemas memeriksa apakah aku terluka."Clara, kamu nggak apa-apa? Tanganmu kena?"Mataku merah dan tenggorokanku kering."Nggak apa-apa."Fabian menghela napas lega dan dengan sabar membersihkan barang-barang yang terkena tumpahan.Memandanginya sibuk keluar masuk, a

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status