Begitu masuk rumah, Raka langsung menunduk hendak menciumku, kedua tangannya tidak henti merayap di tubuhkuNamun, begitu mencium aroma parfum Maya yang masih menempel di tubuhnya, rasa mual seketika menyerangku. Aku menepis tangannya halus."Sudahlah, aku baru saja selesai membereskan rumah. Badanku penuh keringat, belum sempat mandi," ucapku.Sekilas tatapan jijik melintas di matanya, meskipun dia menutupinya dengan cepat dan pura-pura berkata dengan sabar."Terima kasih, Sayang. Lain kali, biarkan pembantu yang mengurus rumah saja," ucap Raka."Kamu itu istriku. Aku bahkan belum cukup memanjakanmu, mana mungkin aku membiarkanmu melakukan pekerjaan rumah," lanjut Raka.Setelah berkata begitu, dia melepas pelukannya dan bergegas masuk ke ruang kerja, berdalih masih ada urusan kantor.Hingga larut malam, barulah dia kembali ke kamar. Aku membalikkan tubuh, pura-pura sudah tertidur.Saat dia sudah terlelap, aku membuka mata. Layar ponsel Raka menyala, sebuah notifikasi pesan muncul. Ak
Read more