All Chapters of JEJAK HASRAT: Chapter 111 - Chapter 120

Zaenab diberi tahu bahwa sang pemilik perusahaan, Tomi, akan melakukan wawancara dengannya. Ketika Tomi tiba di ruang tunggu, Zaenab hampir tak bisa menyembunyikan betapa tampannya pria itu. Ia berdiri dengan percaya diri, tersenyum kepada Zaenab, dan mengulurkan tangan."Halo, saya Tomi. Senang berkenalan dengan Anda, Zaenab."Zaenab tersenyum dan merasa sedikit grogi ketika ia berjabat tangan dengan Tomi. "Halo, Pak Tomi. Saya Zaenab, dan saya sangat senang berada di sini."Wawancara berjalan lancar, dan Zaenab merasa bahwa ia bisa menjawab semua pertanyaan Tomi dengan percaya diri. Mereka berbicara tentang pengalaman dan keahlian desain Zaenab, serta proyek-proyek yang pernah ia kerjakan. Tomi tampak sangat tertarik dan terkesan dengan portofolio Zaenab.Setelah beberapa saat, Tomi berdiri, tersenyum, dan mengulurkan tangan lagi. "Terima kasih, Zaenab. Anda memiliki bakat yang luar biasa. Saya senang bisa mengenal Anda. Kami akan memberitahu Anda hasilnya dalam beberapa hari."Zaen

Tomi sering membawakan makanan favorit kedua orang tua Zaenab, mengunjungi mereka di rumah, dan berbicara tentang pekerjaan dan cita-cita Zaenab. Dalam beberapa kunjungan, ia berhasil mendapatkan hati kedua orang tua Zaenab dengan kebaikan hati dan perhatian yang tulus.Mereka mulai melihat Tomi sebagai sosok yang patut dicontoh oleh Zaenab. Dalam beberapa kesempatan, Bapak Ahmad dan Ibu Siti bahkan mengekspresikan harapan mereka bahwa Tomi dan Zaenab akan memiliki masa depan bersama. Mereka memang ragu sejak lama tentang hubungan Zaenab dengan Budi, yang mereka anggap tidak setara dengan prestasi dan kedudukan Tomi.Zaenab, yang selalu bekerja keras untuk membuktikan dirinya di mata orang tuanya, mulai merasa tertekan oleh situasi ini. Ia tidak ingin mengkhianati Budi, yang telah bersamanya selama bertahun-tahun, tetapi juga tidak ingin mengecewakan kedua orang tuanya yang begitu bahagia dengan hubungannya dengan Tomi.Tomi terus mengejar Zaenab, meskipun ia tahu perasaan Zaenab terh

Tomi pun mulai paham dan ia sangat girang sekali melihat gelagat sang istri. Sambil tersenyum nakal Tomi pun terus memancing sang istri untuk mau terbuka dengan apa yang sedang dirasakan Zaenab.“Kamu mulai merasakan nikmatnya nikah ya sayang , heheh!” ucap Tomi sambil mengangkat wajah Zaenab yang nampak wajahnya mulai bersemu merah tanda ia sangat malu untuk mengakuinya.Har-hari berikutnya, perubahan sikap Zaenab semakin terasa. Ia mulai merasa seperti ketagihan akan keintiman dengan Tomi, bahkan kala Tomi masih di kantor Zaenab tak segan-segan berpura-pura kirim pesan lewat ponsel untuk sekedar menanyakan kalo Tomi pulang jam berapa.“Emangnya kenapa kamu nanya aku pulang jam berapa?” tanya Tomi kembali memancing apa yang sebenarnya ada di benak Zaenab sang istri.Zaenab pun hanya membalas di pesan whatsapp dengan mengirim ikon cium dan tanda love.Tomi pun tak sabar mendapat respon itu, ia pun segera menelpon Zaenab dan dengan suara perlahan mereka pun saling berbicara.“Kamu lagi

Tomi berusaha menjaga ketenangan dan mencoba memediasi konflik itu, tetapi situasi semakin memanas. Mereka akhirnya memutuskan untuk pergi dari restoran dan kembali ke villa mereka.Di dalam mobil, Zaenab menangis dalam diam. Tomi memegang tangannya dengan lembut. "Sayang, aku tahu ini sulit bagimu, tetapi kita tidak boleh membiarkan Budi mengganggu liburan kita."Zaenab menghapus air mata dari matanya. "Aku hanya ingin waktu bersamamu, Tomi, tanpa gangguan apapun."Tomi mencoba menghiburnya. "Kita masih punya waktu yang tersisa di sini, Sayang. Mari kita nikmati sisa liburan ini bersama-sama."Mereka berdua akhirnya bisa mengatasi ketegangan yang terjadi tadi. Mereka kembali ke villa dan berusaha untuk menikmati sisa akhir pekan mereka bersama.Pengalaman tak terduga dengan Budi dan Linda telah menguji hubungan mereka, tetapi mereka memutuskan untuk tidak membiarkan hal itu mengganggu liburan mereka. Mereka menyadari bahwa yang terpenting adalah waktu yang mereka habiskan bersama, da

Di sisi lain, Amran juga merasa perlu untuk berbicara dengan seseorang yang bisa memahami perasaannya. Dia kembali ke kantor Nadia. "Dokter Nadia, pertengkaran dengan Siska semakin lama semakin buruk. Saya merasa terjebak dalam keadaan ini."Nadia mengangguk dengan penuh simpati. "Pertengkaran dalam pernikahan memang bisa sangat merusak. Tetapi, apakah Anda sudah mencoba untuk berbicara dengan Siska secara terbuka? Mungkin ada hal-hal yang belum dia ungkapkan kepada Anda."Amran mengangguk dan berjanji akan mencoba. Namun, dia juga merasa terpikat oleh kecantikan dan kepintaran Nadia. Setiap pertemuan mereka semakin membuatnya terpesona.Sementara itu, Siska mulai menghabiskan lebih banyak waktu dengan Dimas. Mereka mulai berkumpul di luar kafe, pergi ke tempat-tempat yang mereka anggap sebagai tempat pelarian dari masalah pernikahan mereka masing-masing. Perasaan mereka semakin kuat, dan keduanya tahu bahwa mereka harus membuat keputusan.Suatu hari, Amran akhirnya memutuskan untuk m