LOGINJejak Hasrat menghadirkan kumpulan kisah cinta penuh gairah dari berbagai latar belakang kehidupan. Setiap cerpen membawa pembaca pada pengalaman romantis yang berbeda—kadang manis, kadang menegangkan, namun selalu membangkitkan sensasi yang sulit dilupakan. Dari ruang rapat seorang CEO yang berkuasa, kehangatan seorang janda yang mencari pelipur lara, hingga rahasia asmara duda yang kembali bersemi. Dari hubungan terlarang antara mertua dan menantu, hingga kisah sederhana namun membara antara satpam, tentara, dokter, hingga pengusaha—semuanya dirangkai menjadi cerita-cerita yang berani, menggoda, dan memikat. Setiap tokoh membawa kisahnya sendiri: hasrat yang terpendam, cinta yang terlarang, maupun rindu yang membara. **Jejak Hasrat** tidak sekadar menyajikan cerita romantis, melainkan juga menghadirkan fantasi-fantasi yang bisa membuat pembaca ikut larut, seolah berada di tengah gejolak perasaan para tokohnya. Nikmati beragam kisah yang menggoda imajinasi, penuh kejutan, sekaligus menghadirkan kepuasan batin bagi mereka yang berani membacanya. Jejak Hasrat—satu langkah untuk menelusuri jejak cinta dan gairah yang tak terlupakan.
View MoreAda dua orang yang bersahabat yaitu Rina dan Robi. Mereka telah bersahabat sejak jaman kuliah dulu. Sayangnya Rina telah menikah dan dijodohkan oleh ortunya dengan anak dari teman ayahnya di kantor yaitu Rudi. Padahal Rina tak begitu menyukai meski Rudi sudah mapan dan baik cuma karena memang tak ada rasa cinta.
Makanya pernikahan mereka terasa hambar sampe-sampe saat Rina melayani hasrat suaminya itu di kamar pun ia lakukan dengan tanpa rasa kepuasan dirinya. Rina cuma menjalankan tugas sebagai istri saja. Rina pun mencoba mencari pelampiasan kegundahannya itu dengan curhat kepada sang sahabat yaitu Robi. Mereka berda sering bertemu di cafe favorit dekat kampus dulu saat mereka masih sama-sama di bangku kuliah.
Pertemuan Rina dan Robi di kedai kopi favorit mereka berlangsung seperti biasa. Mereka duduk di sudut yang tenang, berbagi cerita dan tawa. Namun, belakangan ini, Rina semakin sering mengungkapkan perasaannya kepada Robi, termasuk masalah privasi dalam hubungan suami istri dengan Rudi.
Sambil mengela nafas Rina berucap, “Robi, aku benar-benar merasa seperti dalam penjara. Pernikahan ini semakin membuatku terjebak.”
Robi dengan wajah prihatin, “Rina, apa yang terjadi? Kamu tahu aku selalu di sini untuk mendengarkanmu.”
Sambil menatap secangkir kopi di hadapannya Rina berkata, “Aku tahu, Robi. Dan itu yang membuatku merasa lebih baik, bisa berbicara denganmu.”
Robi tersenyum, “Sahabat sejati selalu mendengarkan, Rina.”
Rina melanjutkan, “Rudi, dia adalah pria yang baik. Tapi aku tidak mencintainya, Robi. Orangtuaku menginginkan pernikahan ini, dan aku hanya menurutinya.”
Robi mengangguk), “Aku mengerti bahwa kamu melakukannya untuk orangtuamu, tapi pernikahan tanpa cinta itu seperti penjara. Kamu harus bicara dengan Rudi, Rina. Jangan biarkan dirimu terjebak dalam perasaan yang tidak bahagia.”
Rina berbisik, “Robi, ini bukan satu-satunya masalah. Aku merasa seperti aku tidak pernah mendapatkan kepuasan saat kami berdua di kamar. Aku mencoba berbicara dengan Rudi, tapi aku takut melukainya.”
“Rina, aku mengerti itu adalah masalah yang serius. Kamu perlu mencoba berbicara terbuka dengan Rudi. Ini tentang kebahagiaanmu juga,” ucap Robi dengan mimik prihatin.
Setelah itu percakapan mereka berlanjut malam harinya lewat aplikasi W******p.
Rina mengirim pesan, “Robi, bisakah kita bertemu lagi besok? Aku butuh seseorang untuk diajak berbicara.”
Robi membalas pesan, “Tentu, Rina. Aku akan di sana. Apa yang terjadi?”
“Aku hanya ingin berbicara denganmu tentang semuanya,” balas Rina lagi.
Robi mengirim pesan lagi, “Aku selalu di sini untukmu, Rina.”
Pertemuan berikutnya, Rina merasa semakin nyaman berbicara dengan Robi tentang masalah yang ada dalam pernikahannya. Mereka bahkan membahas masalah yang sangat pribadi.
Waktu berlalu, dan Rina terus merasa nyaman berbicara dengan Robi tentang semua masalah dalam pernikahannya. Pertemuan mereka di kedai kopi menjadi tempat di mana Rina bisa membuka hatinya tanpa rasa takut atau malu. Robi selalu mendengarkan dengan sabar dan memberikan nasihat yang baik.
Robi menyeduh secangkir kopi, “Bagaimana perkembanganmu dengan Rudi, Rina?”
Rina tersenyum getir, “Kami mencoba untuk lebih terbuka satu sama lain, Robi. Tapi aku masih merasa seperti ada tembok di antara kami. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan.”
Robi membungkuk dekat, “Rina, jangan pernah merasa sendirian dalam hal ini. Kamu akan menemukan jalan keluar bersama-sama, seperti yang selalu kita lakukan.”
Rina meraih tangan Robi, “Terima kasih, Robi. Kamu adalah sahabat terbaik yang bisa kumiliki.”
Robi tersenyum, “Dan kamu juga sahabat terbaikku, Rina.”
Rina dan Robi terus mendukung satu sama lain dalam perjalanan hidup masing-masing. Rina tahu bahwa meskipun pernikahannya mungkin rumit, dia memiliki sahabat sejati yang selalu siap mendengarkan dan memberikan dukungan. Dan sementara Rina mencari cara untuk mengatasi masalahnya, dia tahu bahwa Robi akan selalu ada di sisinya, memandanginya dengan mata penuh kasih dan kepercayaan, siap mendukungnya dalam setiap langkah yang dia ambil.
Pada suatu malam, Rina menelpon lewat WA ke Robi ketika sang suami sedang menginap di rumah ortunya karena ada urusan persiapan pernikahan sodara dari keluarga Rudi. Percakapan mereka pun semakin intim dan bahkan Robi mulai bertanya hal-hal yang sensitif ke Rina dengan harapan Rina bisa mendapatkan kepuasan dari chat mesra mereka malam itu.
“Rin, kamu biasanya melayani suami jam segini kan, heheh, maaf sekedar nanya!” ucap Robi seolah kepo banget dengan urusan ranjang Rina.
“Hihih, koq tau aja sih Rob?” balas Rina sambil tertawa memencet tombol WA di ponselnya.
“Biasanya dia yang minta duluan ya, Rin?” tanya Robi lagi semakin berani
“Yaa...gitulah...kan laki-laki rata-rata begitu!” balas Rina sambil senyum-senyum
“Trus, kalo malam ini dia gak pulang gimana tuh?”
“Gimana? Gimana maksudnya?” tanya Rina yang masih menebak-nebak kemana arah pertanyaan Robi itu.
“Ya untuk kamu dapet kepuasan, Rin!” ujar Robi akhirnya terus terang.
“Hihi, kamu benar-benar mau tau ya?” balas Rina sambil tertawa lagi di depan layar ponselnya.
“Iya Rin, kan aku jadi kepo banget setelah kamu sering curhat betapa kamu gak dapet kepuasan dari suamimu itu!” ujar Robi menjelaskan alasan kenapa ia bertanya tentang hal yang sensitif itu.
Tidak lama kemudian tiba-tiba ada pesan WA masuk ke Robi berupa gambar dan Robi terbelalak ketika membuka gambar yang dikirim Rina ternyata adalah Penis Buatan yang cukup besar, panjang dan berurat.
“Hahhh...Serius, Rin?” tanya Robi setengah tak percaya
“Ya iyalah, aku kan gak dapet enak dari suami, ya aku cari kepuasan lewat bantuan alat ini aja, heheh!” balas Rina dengan antusias.
“Emangnya enak Rin pake itu?” tanya Robi lagi semakin penasaran.
“Yahhhh...ini kan salah satu pelampiasanku! Terpenting bisa ada saluran! Meski....” Rina tak menyeleaisan ucapannya.
“Meski apa Rin?”
“Meski gak seenak pake yang aslinya, hihih!” ucap Rina lagi sambil tergelak di depan ponselnya.
“Emangnya punya suamimu kecil atau gimana?” tanya Robi semakin berani dan blak-blakan.
“Sedang sih, tapi kalo sudah tegang, efeknya gak lama, begitu masuk langsung selesai, Payah!” ucap Rina kini dengan nada mulai sedih lagi.
“Yah ampun, kesian kamu ya Rin!” ucap Robi dengan suara terdengar sangat prihatin dengan nasib sahabatnya itu.
“Pernah sih aku ajak ke dukun urut untuk kejantanan dia, tapi gak ngefek Rob!” ujar Rina menjelaskan.
“Sayang banget yah, padahal bodimu aduhai banget!” ujar Robi menilai bentuk tubuh sahabatnya itu.
“Ehhh...Robi, kira-kira punyamu lebih besar dari punya suamiku atau alatku ini?” pertanyaan Rina itu kali ini membikin Robi terkejut tapi Robi juga senang karena pancingannya ke Rina mulai kena.
“Kamu mau liat?”
“Hihih, kalo kamu bersedia sih!”
“Bentar....!” balas Robi dan Rina pun dengan berdebar menunggu kiriman gambar dari Robi.
“Ayo Amir, aku sudah gak sabar ingin merasakan keganasan dan kepekasaanmu di ranjang!” ucap Sania dengan suara agak mendesah sambil ia mulai melepaskan satu per satu pakaian yang menutupi tubuhnya saat itu.“Aku siap Bu Sania!” timpal Amir yang matanya melotot menatap sang bos yang mulai menelanjangi dirinya sendiri di hadapan Amir. Amir pun segera melepaskan semua pakaiannya. Sehingga kini keduanya telah sama-sama telanjang.“Awww....kamu langsung ngaceng tuh!” teriak Sania sambil menutup mulutnya sedangkan mata melotot menatap kontol ngaceng Amir yang telah tega berdiri dengan perkasanya.Amir pun semakin berdegup kencang jantungnya karena kini ia telah bisa melihat tubuh polos sang bos yang ternyata tak kalah seksi dibanding Tante Linda.“Wahhh...tubuh ibu indah sekali...seperti tante Linda kemarin!” cetus Amir yang semaki terangsang melihat dua buki
“Owh gituhh..syukurlah aku ikut senang dengarnya!” timpal Sania meski dalam hatinya ia mulai bertekad untuk ingin mencoba bercinta dengan Amir ingin membuktikan ucapan Tante Linda tadi.“Sudah dulu yahhh....aku mau nyusul Amir di kamar mandi, aku pengen ngajak dia ngentot lagi di sana, hihi!” ucap tante Linda tanpa malu-malu kepada Sania dan Sania yang mendengarnya malah makin penasaran dengan kemampuan Amir adalam bercinta.Setelah mematikan ponselnya Tante Linda pun mengetuk pintu kamar mandi dimana Amir sedang mandi dan membersihkan dirinya di dalam sana.Akhirnya di kamar mandi itu Amir laagi-lagi terjebak oleh hasrat sang Tante cantik dan seksi itu untuk kembali bercinta sambil basah-basahan dan lagi-lagi Tante Linda dibuat puas maksimal oleh Amir.Sesudahnya Tante Linda mengeluarkan segempok uamh dalam amplop coklat tebal berisi puluhan uag ratusan ribu tanda bonus dari
Tante Linda pun mulai melakukan gerakan erotisnya dengan menggoyangkan pinggulnya seolah mengulek rudal tegang milik Amir yang telah menancap begitu dalam ke liang vaginnya yang telah basah itu.“Eshhh...ahhhh..owhhh...ahhh..ngaceng banget kontolmu sayanggg..arghhh!” wajah Tante Linda mendongak ke atas dengan mata merem melek dengan pantatnya yang teus bergerkaa maju mundur mendorong dan memasukan rudal milik Amir yang terus tegak berdiri berulangkali melesak masuk melewati bulu-bulu jembut di sekitar lubang kenikmatan milik Tante Linda.“Arhhh...ahhh...owhhh...pelan-pelann..buu....ahhh..ngiluuu..eshhh..ahhhh!” tangan Amir mencoba menahan pergerakan liar dan ganas tubuh tante Linda di selangkangannya itu. Amir merasakan campuran rasa dengan goyangan pantat Tante Linda itu, ada rasa ngilu namun lebih mendominasi rasa nikmatnya yang ia rasakan.Lama-kelamaan kedua tangan Amir mulai nakal dan berani
Beberapa saat kemudian, Linda menawarkan ide untuk pindah ke kamar hotelnya, agar mereka bisa berbicara lebih leluasa tanpa gangguan. Amir setuju dengan senang hati, tidak menyadari rencana Sania yang diam-diam membantu mereka berdua.Linda (sambil tersenyum genit): "Bagaimana kalau kita melanjutkan obrolan ini di kamar saya? Lebih tenang dan privat."Amir (tersenyum malu-malu): "Kenapa tidak? Aku setuju."Mereka berdua meninggalkan kolam renang, menuju kamar Linda dengan langkah penuh kegembiraan. Di kamar itu, mereka melanjutkan percakapan mereka dengan lebih dalam. Linda terus menunjukkan ketertarikannya pada Amir, dan perlahan tapi pasti, kehadiran Linda mulai mengisi kekosongan dalam hati Amir.Sementara itu, di luar kolam renang, Sania memperhatikan dengan senyuman puas. Ia bahagia melihat bahwa Amir akhirnya menemukan seseorang yang dapat mengisi kekosongan dalam hidupnya.
“Ahhh...Sial juga aku, ternyata para wanita itu memperhatikanku juga yah!” ucap Amir sambil menggerutu. Tapi, akhirnya Amir malah timbul rasa bangga karena penampilannya ternyat cukup menarik perhatian bagi beberapa wanita cantik dan seksi di kolam itu yang nampaknya cukup tertarik padanya.Dalam keheningan malam, tiba-tiba terdengar suara tawa dan candaan dari sudut kolam. Amir melihat bahwa Bu Sania, sang bos, pun juga turut serta dalam pesta tersebut bersama pacarnya, Soni. Mereka berdua tampak menikmati malam dengan penuh keceriaan dan terlihat sangat mesra.Sania (sambil tertawa): "Kamu tahu, Soni, kita seharusnya melakukan ini lebih sering. Liburan ini luar biasa!"Soni (sambil mencium Sania di pipi): "Ya, benar sekali, Sayang. Terima kasih telah mengajakku ke sini."Amir terdiam sejenak, tercengang melihat keberanian pasangan bosnya yang tampil begitu bebas di depan umum. Dia meras
Amir menarik napas dalam-dalam saat memandangi kolam renang yang kini bersinar jernih. Cahaya matahari pagi memantul indah di permukaan air, mengungkap keindahan mewah hotel tempatnya bekerja. Dengan senyuman penuh semangat, dia memulai rutinitasnya sebagai petugas pemeliharaan kolam renang di hotel bergengsi itu.Hari itu, seperti biasa, para tamu kaya mulai berdatangan untuk menikmati kesegaran kolam renang privat. Amir sibuk menyisir dan membersihkan kolam, memastikan semuanya dalam kondisi prima. Di sudut kolam, dia melihat sekelompok wanita cantik sedang berjemur.Amir (mengutuk pelan): "Huh, selalu saja mereka yang bikin konsentrasiku hilang." Sambil matanya melirik tajam kepada tubuh-tubuh setengah telanjang dari para wanita seksi yang berada di sekitaran kolam renang itu.Tanpa sadar rudal Amir sering ngaceng setiap ia bekerja di kolam renang iu terutama saat sedang banyak pengunjung wanita dengan pakaian renang












Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments