All Chapters of Penyesalan CEO Cantikku yang Dingin: Chapter 121 - Chapter 130

"Bos, pedang koin kuno ini adalah pusaka turun-temurun dari perguruanku selama ratusan tahun. Setiap koin di sini adalah koin asli dari masa pemerintahan Kaisar Saron, era Intam. Selain itu, pedang ini sudah pernah digunakan untuk menumpas banyak roh jahat. Ini adalah artefak tingkat satu. Aku jual 200 juta saja. Nggak mahal, 'kan?""Pusaka apaan? Pendeta, jangan bohong deh. Kalau kamu benar-benar mau jual, aku cuma mau beli dengan harga koinnya. Koin dari era Intam aku hargai 160 ribu per keping. Ada berapa di situ, ya aku bayar 160 ribu kali jumlahnya."Pemilik lapak itu memandang rendah benda yang disebut pusaka itu dan tetap bersikeras hanya akan membeli berdasarkan harga koin biasa.Pendeta tua itu kesal, lalu beralih ke lapak lain untuk menawar. Namun, pedagang di lapak berikutnya malah lebih meremehkannya.Dia tertawa sinis dan berkata, "Orang bilang, barang itu mahal karena langka. Kalau kamu cuma bawa beberapa koin dari era Intam, aku mungkin masih mau beli. Tapi kamu bawa seb

"Di tempat ini sepertinya sudah pernah terjadi lebih dari satu kasus, 'kan?" Bradford mengernyit, bertanya dengan nada serius. Aura jahat di sekitar begitu pekat, jelas tempat ini tidak tenang.Reswara mengangguk pelan. "Benar. Sudah empat orang tewas di sini, satu demi satu. Hanya saja waktu itu semua berita itu ditekan oleh Crown Group, supaya nggak sampai tersebar."Bradford mendengus dingin. "Aaron memang begitu. Takut kalau kabar itu menyebar, proyeknya tertunda dan harga tanah turun. Dasar pengusaha tanpa hati nurani."Mereka berdua melangkah masuk ke kawasan proyek, menuju area tempat para pekerja tinggal. Di sana berjajar deretan bangunan dari baja ringan, mirip barak kumuh.Karena Crown Group tiba-tiba dinyatakan bangkrut dan proyek Kawasan Industri Teknologi Fuca dihentikan, para pekerja kehilangan pekerjaan dan gaji yang belum dibayarkan. Mereka pun tak punya tempat lain, terpaksa bertahan hidup di sini."Pendeta, akhirnya kamu kembali juga! Apa pedang uang itu sudah berhasi

"Di acara lelang itu ada relik suci?" Bradford sedikit terkejut.Robby berkata, "Ya, makanya aku ingin kamu ke sana bersama Dahlia. Kalian lihat langsung di tempat nanti apakah relik suci itu benar-benar asli. Kalau memang asli, biar Dahlia yang membelinya.""Kamu sendiri nggak pergi?" tanya Bradford.Robby tersenyum pahit. "Dengan identitasku sekarang, sepertinya aku nggak pantas muncul di tempat seperti itu."Bradford mengangguk. "Baiklah, malam ini aku akan ke sana. Suruh saja Dahlia menemuiku di lokasi nanti."Robby terkekeh-kekeh. "Oke, nanti aku suruh Dahlia menghubungimu."Setelah menutup telepon, Bradford berpikir sejenak, lalu menekan nomor lain dan menelepon Marva."Pak Clayden, ada perintah apa?" tanya Marva dengan sikap sopan seperti biasa."Pemerintah Kota Herburt hari ini mengadakan lelang, kamu tahu?""Aku tahu," jawab Marva. "Aku juga ada dalam daftar undangan, tapi sekarang aku sedang di Kota Zarmat, jadi nggak sempat datang. Nanti aku akan menyuruh salah satu wakil di

Selesai berbicara, Sherine langsung mengambil tasnya, melompat dengan riang, dan melambaikan tangan kepada Bradford sebelum pergi.Acara lelang malam itu dijadwalkan mulai pukul 7.30. Waktu masih cukup panjang, jadi Bradford kembali ke kamar tidurnya, duduk bersila di atas tempat tidur, dan mulai bermeditasi.Sekitar pukul 6.30 malam, melihat Kimmy belum juga meneleponnya, Bradford akhirnya memutuskan keluar sendiri. Dia memesan taksi dan menuju ke Hotel Luxe tempat acara lelang itu digelar.Tak lama setelah dia berjalan cukup jauh, Kimmy baru menelepon, mengatakan kalau dirinya sudah sampai di kawasan Vila Golden Bay dan akan menjemput Bradford ke hotel."Aku sudah berangkat, nggak usah jemput aku lagi. Kita ketemu saja langsung di hotel," kata Bradford.Kimmy buru-buru meminta maaf, "Maaf ya, Pak Clayden, aku yang terlambat.""Nggak apa-apa. Aku juga nggak ada kerjaan di rumah, jadi berangkat duluan saja," sahut Bradford sambil tersenyum, lalu menutup telepon.Tak lama kemudian, taks

"Apa yang kamu katakan?" Bradford mengerutkan alis, meraih lengan Franklin.Franklin menatap Johan yang sudah masuk ke lobi hotel, lalu melepaskan tangan Bradford dengan kasar dan berkata dengan nada yang sangat buruk, "Lepaskan aku! Aku nggak punya waktu buat bicara omong kosong sama kamu!"Setelah itu, dia melangkah cepat ke dalam hotel.Bradford menatap punggung Franklin dengan dingin, wajahnya muram. Anak Salsa ini mewarisi sifat Salsa dan Ronald sepenuhnya. Sejak Bradford mengenal Franklin, pria ini selalu terlihat dingin dan jarang menghadiri acara keluarga. Saat butuh uang, dia baru ingat menghubungi Elaine. Saat ada masalah, dia baru ingat menghubungi Jauhar.Sekarang setelah bekerja di Dragon Group, Franklin semakin tinggi hati, tak menganggap siapa pun, bahkan ulang tahun ke-80 Sekar pun diabaikan!Bradford sudah resmi bercerai dengan Elaine, tetapi melihat sikap Franklin seperti ini, tetap saja dia marah. Bakti pada orang tua saja tidak dimiliki, bagaimana bisa sukses di Dra