All Chapters of Penyesalan CEO Cantikku yang Dingin: Chapter 131 - Chapter 140

"Mana aku tahu?" jawabnya dengan nada kesal. William benar-benar tidak tahu kenapa Bradford tiba-tiba menamparnya.Melihat hal itu, Elaine berkata pelan, "Aku tahu alasannya."Semua orang langsung menoleh ke arah Elaine. Dia pun menjelaskan, "Soalnya Pak Bradford melihat Pak William menggenggam tanganku dan nggak mau lepas, bahkan sempat menyentuh beberapa kali."Wajah William langsung berubah kelam. Dia menatap Elaine dengan penuh kebencian karena tidak menyangka Elaine akan berani membongkar kelakuan kotornya di depan begitu banyak orang!Dia menggertakkan gigi, marah, "Lalu kenapa? Aku cuma megang tangan Bu Elaine sedikit lebih lama, apa salahnya? Apa hubungannya sama si Bradford itu?"Beberapa orang di sekitar yang ingin menjilat William juga ikut menyahut, "Benar juga! Bu Elaine cantik, wajar saja kalau Pak William ingin berjabat tangan lebih lama. Memangnya apa urusannya dengan orang bernama Bradford itu?""Tentu saja urusan Pak Bradford!" timpal Kimmy dengan dingin. "Kamu pantas

Bradford menyipitkan mata, lalu dengan cepat menangkap tangan Velovita yang melayang ke arahnya. Dengan sekali dorongan, wanita itu langsung terpental ke belakang.Velovita jatuh tersungkur ke lantai, kacamata dan topinya terlepas. Hidungnya yang hasil operasi dan ditinggikan dengan implan pun membentur kursi hingga langsung miring."Ah! Kamu berani memukulku? Hidungku!"Velovita menjerit marah sekaligus panik. Dia buru-buru merapikan hidungnya, lalu bangkit dengan amarah membara dan berusaha menyerang Bradford lagi. Melihat hal itu, Bradford sama sekali tidak memberi ampun. Dia mengangkat kakinya dan menendang Velovita hingga terjungkal lagi.Keributan keduanya segera menarik perhatian banyak orang. Kimmy yang baru saja kembali dengan dua botol air mineral pun bergegas menghampiri dengan wajah cemas.Melihat dirinya tak mungkin menang melawan Bradford dan tahu bahwa Kimmy adalah kenalan pria itu, Velovita yang sudah dipenuhi amarah langsung berbalik menyalurkan kekesalannya. Tangannya

"Halo, namaku Kimmy."Kimmy menatap Dahlia dengan rasa ingin tahu, lalu memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangan. Dahlia pun menyambutnya dengan senyum sopan dan kedua wanita itu saling berjabat tangan di depan Bradford.Bradford yang duduk di antara mereka hanya bisa tersenyum kecil. Dua aroma harum yang berbeda menyeruak bersamaan, membuat suasana di sekitarnya terasa agak mesra. Kedua tangan yang saling berjabatan itu sama-sama putih dan halus, membuat pemandangan di depan matanya sungguh menawan.Di sisi lain aula, Tasya mendorong pelan lengan Elaine dan berbisik di telinganya, "Bu Elaine, lihat deh, di samping Bradford sekarang ada satu lagi cewek cantik."Elaine yang tadinya sedang berbincang dengan seorang direktur perusahaan besar, sontak menoleh ke arah yang ditunjuk Tasya. Pandangannya tepat jatuh pada pemandangan di mana Kimmy dan Dahlia sedang berjabat tangan di depan Bradford, sambil berbincang dengan tawa ringan.Kening Elaine langsung berkerut.Kimmy dan Dahlia tida

"Terima kasih." Sherine mengangguk sopan.Asisten itu segera melanjutkan, "Bos kami, Pak Matthew, sangat mengagumi Anda, Bu Sherine. Dia ingin mengundang Bu Sherine untuk minum segelas bersama."Sherine mengikuti arah tangan asisten itu dan melihat Matthew dari kejauhan. Pria itu sedang tersenyum lebar sambil melambai ke arahnya dengan gaya yang sangat percaya diri.Melihat kepala botaknya yang berkilat, tubuh pendek gemuknya, dan wajah berminyak yang penuh senyum menjijikkan, Sherine refleks mengerutkan alis. Dia menolak dengan sopan, "Maaf sekali, saya sedang kurang sehat, jadi nggak bisa minum alkohol. Tolong sampaikan permintaan maaf saya kepada Pak Matthew."Ekspresi asisten itu langsung berubah. "Bu Sherine, Pak Matthew itu ketua dari Grup Merly, salah satu dari sepuluh konglomerat terbesar di Kota Herburt. Menolak undangan seperti ini ... bukankah terlalu nggak sopan terhadap beliau?""Grup Merly?"Ekspresi Sherine sedikit berubah. Tentu saja dia tahu grup itu ... salah satu per

Bradford memang suka membuat masalah. Sebelumnya dia sudah memukul William di luar, lalu memukul Velovita, dan sekarang demi membela Sherine, dia kembali menghajar Matthew. Padahal Matthew bukan orang biasa, mana bisa seenaknya memukul orang seperti itu? Sekalipun Elaine sendiri yang turun tangan, dia tetap takkan bisa meredam amarah Matthew.Di barisan pertama, wakil presdir Dragon Group, Johan, juga menyaksikan semuanya dengan mata kepala sendiri. Dia menatap serius sambil berkata kepada Franklin di sampingnya, "Mantan kakak iparmu itu benar-benar nekat. Bahkan berani memukul Matthew. Kamu sebaiknya menjauh dari orang seperti itu. Dia hanya akan membawa petaka."Franklin buru-buru mengangguk penuh hormat. "Terima kasih atas peringatannya, Pak Johan. Tenang saja, aku dan Bradford sudah nggak ada hubungan apa pun. Dulu nggak ada dan ke depannya pun nggak akan ada."Sementara itu, seorang pria paruh baya yang duduk di samping Johan juga mengerutkan kening. "Apa yang dipikirkan anak muda