"Kami mohon maaf atas kelalaian kami. Bolehkah kami mengganti dengan ruang pribadi lain?"Dalam keadaan normal, Selina mungkin akan membiarkannya berlalu.Tapi, melihat Frank dan teman-temannya berbisik-bisik di dalam ruangan, dia tiba-tiba merasa enggan untuk mengalah.Dia menatap Revan. "Memang benar ruang ini yang kamu pesan?"Revan melirik pelayan, yang dengan terburu-buru menjawab, "Benar, ruang pribadi ini memang dipesan Pak Revan."Selina mengangguk pelan, tersenyum kepada pelayan. "Tolong, minta tamu-tamu nggak diundang ini segera meninggalkan ruangan kami."Pelayan itu tampak kesulitan.Revan mendengus dingin. "Kenapa? Ada masalah?"Frank buru-buru menyela, "Selina, kita teman sekelas. Nggak perlu ribut-ribut, 'kan? Cuma masalah ruangan pribadi. Kenapa harus dibesar-besarkan?"Jadi, mereka yang masuk ke ruangan yang salah, malah dirinya yang disalahkan?Selina tertawa marah. Sebelum dia bisa bicara, Revan melangkah dan berdiri di antara Selina dan Frank. Dia menatap Frank deng
Read more