Melihat kemarahannya, Revan menyisipkan sehelai rambut dari dahinya ke belakang telinga dan bertanya sambil mendesah, "Aku suamimu. Kalau kamu nggak mau melahirkan anakku, mau melahirkan anak siapa?""Bukan suamiku lagi sebentar lagi," balas Selina memalingkan muka, tidak mau menatapnya. Nada suaranya tajam. "Nggak masalah anak siapa saja, asal bukan anakmu."Tangannya menggenggam semprotan merica mini di tas, sedikit menenangkan diri.Jari-jari panjang Revan menelusuri garis rahangnya, hidungnya, menyentuh pipinya dengan penuh kasih sayang. "Kalau begitu, tunggu sampai kamu mau."Selina tertawa marah.Revan terbiasa berkuasa, tidak terbiasa ditolak.Jika apa yang Selina katakannya tidak sesuai dengan keinginan, pria itu hanya akan menganggapnya merajuk dan akan terus membujuk sampai dia mau menyerah dan patuh.Dulu, Selina rela mengalah dan menurut karena cinta.Tapi sekarang, tidak bisa lagi.Selina mendorong Revan menjauh, berkata dingin, "Revan, kamu nggak paham kata-kataku? Aku in
Read more