Lima Tahun Sia-Sia, Nona Selina Pergi Tanpa Menoleh

Lima Tahun Sia-Sia, Nona Selina Pergi Tanpa Menoleh

By:  QianaUpdated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Not enough ratings
100Chapters
7views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Selama lima tahun pernikahan, Revan Nirwana memperlakukan Selina Yudhan dengan kelembutan yang tak tertandingi. Namun begitu pendengaran Selina pulih, dia baru tahu, pernikahan dan perhatian yang diberikan padanya hanya sebuah tipu daya. Lima tahun lalu, ternyata Revan sendiri yang merusak reputasinya sampai dia diputus oleh tunangannya. Selina pun patah hati dan bertekad untuk bercerai. Namun, Revan datang memohon dengan mata merah dan pilu. "Aku minta maaf. Aku akan menyerahkan diriku padamu dan menebus kesalahanku dengan sisa hidupku. Tolong, beri aku satu kesempatan lagi!" Selina tersenyum sinis. "Revan, apanya yang berharga dari sisa hidupmu?" Revan tidak mau bercerai, tapi Selina tak gentar. Dia membuat keributan besar hingga akhirnya mendapat yang dia inginkan. Setelah perceraian, Selina merebut kembali harta keluarganya, kembali berkarier, dan dikelilingi banyak pengagum. Di pesta perayaan penandatanganan proyek, pria paling berkuasa di kota menghentikan Selina di sudut tangga. Dia menggenggam pinggang ramping itu sambil menggoda dengan mesra, "Sudah saatnya kamu memberiku status resmi. Biar mantan suamimu yang keras kepala itu menyerah secepatnya!"

View More

Chapter 1

Bab 1

Di kamar tidur, cahaya lampu berkedip temaram.

Setelah kemesraan yang mendalam, Selina terbaring dengan wajah merona dan mendekap erat dalam pelukan Revan. Jiwa dan raganya masih gemetar lirih.

Lima tahun setelah pernikahan, Selina dan Revan semakin mesra dan bahkan lebih dekat dari saat mereka berbulan madu. Ini adalah tamparan keras kepada mereka yang pernah mengejek dan menghina Selina.

Hanya satu yang disayangkan. Sejak kejadian lima tahun lalu, Selina menjadi tuli dan tidak bisa mendengar suara Revan lagi.

Melalui berbagai tes, dokter menegaskan bahwa masalahnya bukan gangguan organ, tapi karena faktor psikologis.

Untung saja, kondisinya semakin membaik setelah menjalani terapi psikologis. Pendengarannya sudah bisa pulih dengan segera.

Lima tahun lalu, Revan melawan segala rintangan dan bertekad tetap menikahinya. Jika tidak, Selina mungkin sudah tidak punya keberanian untuk bertahan hidup.

Apalagi berjalan keluar dari bayang-bayang trauma dan merangkul kebahagiaan lagi.

Jari Revan bermain-main dengan rambut di sekitar telinga Selina yang basah karena keringat. Tapi dia mendadak berhenti setelah memandang sekilas pada pesan yang baru masuk di ponselnya.

"Ada apa?" Menyadari perubahannya, Selina menengadah dan bertanya dengan cemas.

Suaranya agak serak karena dia tidak suka bicara.

Dia enggan bicara di hari-hari awal ketuliannya.

Baru setelah bimbingan dan motivasi dari Revan yang sangat sabar, dia memupuk keberanian untuk bicara lagi.

"Ada masalah di kantor, aku harus ke sana." Revan mencium keningnya, tampak tidak ingin berpisah. Suaranya bernada meminta maaf. "Aku nggak bisa bantu kamu mandi."

Pipi Selina memerah dan dia bergumam malu-malu, "Nggak apa-apa. Aku bisa sendiri."

Revan sangat memanjakan dirinya dan tidak pernah membiarkannya melakukan pekerjaan rumah. Bahkan mandi setelah bercinta pun menjadi tanggung jawabnya.

Selina sangat dimanjakan sampai hampir lupa cara merawat dirinya sendiri!

Revan mencium matanya dan sudut bibirnya lagi, lalu mengingatkannya dengan cemas, "Habis mandi langsung tidur. Jangan tunggu aku pulang."

Dia sengaja bicara perlahan agar Selina dapat membaca ucapannya melalui gerakan bibir.

Selina bisa membaca bibir. Revan memanggilkan guru khusus untuk mengajarinya.

Sungguh suami yang sangat baik!

Dipenuhi rasa bahagia, Selina pun mengangguk patuh.

Revan mengusap rambutnya dengan penuh kasih sayang sebelum bangkit dan pergi mandi di kamar tamu.

Setelah berganti pakaian, dia turun ke bawah mengenakan setelan rapi dan pergi dengan mobilnya.

Selina juga sudah selesai mandi dan berdiri diam di balik tirai, menyaksikan mobil suaminya menghilang dari pandangan. Barulah dia kembali ke tempat tidur.

Setelah pernikahan mereka, Revan secara resmi mengambil alih perusahaan keluarganya, Grup Nirwana. Perlu waktu lama baginya untuk menaklukkan para eksekutif dan pemegang saham lama yang suka memberontak. Setelah itu, dua tahun terakhir ini, dia sibuk melakukan restrukturisasi perusahaan.

Selina merasa kasihan melihatnya selalu sibuk tanpa henti.

Karena kejadian lima tahun lalu, dia tidak bisa mengambil alih saham perusahaan warisan ibunya. Sekarang, membantu Revan pun tidak bisa.

Selina mendesah ringan dan berbaring, segera tidur dengan patuh.

Satu-satunya hal yang bisa dia lakukan sekarang adalah menjaga kesehatannya dengan baik agar tidak membuat Revan khawatir!

Tengah malam.

Saat tertidur pulas, suara-suara samar tiba-tiba mencapai telinga Selina.

Kedengarannya seperti suara mobil memasuki vila.

Selina mengerjapkan mata. Setelah dua detik, dia terbelalak dan duduk tegak.

Dia sungguh terkejut.

Terdengar suara pintu terbuka di lantai bawah dan suara ketukan sepatu kulit di lantai.

Lama kelamaan semakin jelas.

Selina perlahan mengangkat tangannya, menyentuh telinganya dengan rasa tidak percaya.

Pendengarannya pulih?!

Hanyut dalam kegembiraan, dia melompat dari tempat tidur dan ingin segera menceritakan kabar baik ini ke Revan. Akan tetapi, sebuah ide nakal tiba-tiba muncul dalam benaknya.

Dibuat kejutan saja!

Selina berbaring kembali di tempat tidur, tidak dapat menahan senyuman di bibirnya.

Revan pasti akan sangat senang jika tahu pendengarannya pulih!

Mungkin karena sudah lama tidak mendengar suara apa pun, telinga Selina sekarang jadi sangat peka.

Dia mendengar langkah kaki Revan yang semakin dekat dan suaranya bicara di telepon.

Di tengah keheningan malam, suara rendah Revan bagaikan nada-nada cello yang merdu dan menenangkan, menyentuh hati terdalamnya.

Suara Revan bahkan lebih indah dari yang dia bayangkan!

Jantung Selina berdegup kencang, lalu tiba-tiba berdebar lebih liar lagi hingga hampir melompat keluar dari tenggorokannya.

"Ada aku di sini. Selina nggak akan menghancurkan pernikahanmu dengan Ardian!"

"Asalkan kamu bahagia, aku rela memberikan nyawaku untukmu. Menikah dengan wanita yang nggak kucintai itu bukan apa-apa."

"Mana mungkin sama? Aku mencintaimu karena aku benar-benar menginginkan yang terbaik untukmu. Aku memperlakukan Selina dengan baik biar dia nggak meninggalkanku. Lama-lama, Ardian pasti menyerah sepenuhnya."

"Tenanglah, jangan menangis lagi. Hubungi aku kapan saja kalau ada masalah. Aku akan selalu ada untukmu. Nggak ada yang lebih penting darimu!"

Mata indah Selina membelalak dan pupil matanya bergetar hebat tak terkendali.

Apa yang dibicarakan Revan?

Dia pasti salah dengar.

Pintu terbuka dan langkah kaki semakin mendekat.

Napas Selina tercekat.

Dia mencengkeram seprai erat-erat dan menggigit bibirnya sekeras mungkin. Dia tadi nyaris tidak mampu mengendalikan gemetaran di tubuhnya.

"Jangan takut. Aku sudah hapus sendiri semua jejak insiden lima tahun lalu. Kalaupun Ardian curiga dan mau menyelidiki ulang, dia nggak akan mendapat apa-apa."

"Aku masih punya foto-foto asli Selina, tapi aku menyimpannya cuma untuk saat-saat genting."

"Apa pun yang kamu khawatirkan, biar aku yang urus. Sudah malam, ayo tidur yang tenang. Nanti kuceritakan kisah pengantar tidur!"

Revan melepas dasinya dan berjalan ke sisi lain tempat tidur sambil bercerita dengan suara lembut.

Dia naik ke tempat tidur.

Selina yang "tertidur pulas" tiba-tiba membalikkan badan.

Suara bercerita Revan terpotong di tengah jalan.

Dia melirik Selina yang berbaring membelakanginya. Setelah memikirkannya sebentar, dia bangkit dan berjingkat menuju kamar tamu.

Pintu tertutup pelan.

Selina membuka matanya.

Segala yang ada di hadapannya tampak kabur.

Dia mengangkat tangan dan menyentuh kelopak matanya.

Ujung jarinya basah. Selina pun menyadari bahwa dia menangis dalam diam entah sudah berapa lama.

Jika Revan tadi memperhatikannya sebentar, dia pasti akan menyadari sesuatu yang berbeda.

Tapi tidak.

Seluruh perhatiannya tertuju pada orang yang ada di telepon, adik perempuannya, Cindy Nirwana.

Revan adalah pria yang terobsesi mencintai adiknya sendiri. Dia selalu menuruti permintaan adiknya dan tidak tega membiarkan Cindy menderita sedikit pun.

Perhatiannya kepada Cindy sama besarnya dengan yang dia tunjukkan kepada Selina.

Seperti yang pernah dikatakan Revan, Selina dan Cindy adalah dua orang yang sama-sama dekat di hatinya.

Dua-duanya sama-sama penting, tapi tentu ada satu yang lebih diutamakan.

Nyatanya, Selina bahkan tidak mendapat keutamaan sedikit pun.

Hanya sebuah bidak catur dalam permainannya untuk melindungi kebahagiaan Cindy.

Kesedihan dan amarah yang pedih meluap dalam diri Selina. Bibirnya digigit sampai koyak dan rasa amis seperti karat menyebar di lidahnya.

Dia bangkit dan menuju kamar mandi.

Di momen seperti ini, yang paling penting adalah tetap berpikir jernih!

Air dingin mengalir di tubuhnya, tapi tetap tidak bisa mengalahkan rasa dingin yang menusuk dalam tulangnya.

Darahnya seolah membeku.

Perkataan Revan terngiang tanpa henti di telinganya.

Kata-kata itu berubah menjadi ribuan pisau tajam yang menusuk jantungnya, kemudian mencabik-cabik daging dan jiwanya.

Luka masa lalu yang baru saja mengering di hatinya tiba-tiba tersobek lagi. Hatinya dipenuhi lubang dan jiwa raganya hancur lebur.

Siksaan itu hampir membuatnya mati rasa.

Insiden bertahun-tahun lalu yang membuat dia hancur sepenuhnya, mungkin adalah ulah Revan sendiri!

Pernikahan mereka dan semua yang terjadi dari saat itu sampai sekarang, semua hanyalah tipuan!

Revan menikahinya dan memanjakannya tanpa batas, tapi sama sekali bukan karena cinta.

Semua itu dilakukan untuk mengikatnya, mencegahnya menjalin perasaan kembali dengan Ardian, agar tidak merusak pernikahan antara Cindy dengan Ardian.

Ardian adalah teman masa kecil dan tunangan Selina.

Setelah insiden lima tahun lalu, keluarga Ardian membatalkan pertunangan, dan dia menikah dengan Revan.

Kurang dari setahun kemudian, Ardian menikah dengan adik perempuan Revan, Cindy.

Seluruh kekuatan Selina lenyap seketika. Dia bersandar lemah di dinding, hampir tidak sanggup menopang tubuhnya.

Dia tidak menyangka, saat pendengarannya kembali, dia akan menerima "kejutan" yang begitu besar dari Revan.

Air dingin mengguyur, menghantam tubuhnya seperti tusukan seribu jarum.

Hingga rasa sakit mencapai puncaknya, dia justru kembali sadar sepenuhnya.

Untuk apa kebahagiaan kalau cuma kebahagiaan palsu?

Dia akan bercerai dan melepaskan diri dari kurungan yang Revan samarkan sebagai cinta.

Sebelum itu, dia akan memanfaatkan identitasnya sebagai istri Revan untuk menguak kebenaran masa lalu dan menegakkan keadilan untuk dirinya sendiri!

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
100 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status