All Chapters of Lima Tahun Sia-Sia, Nona Selina Pergi Tanpa Menoleh: Chapter 51 - Chapter 60

Seluruh tubuh Selina membeku.Cara Revan menekannya saat ini memang mirip dengan foto lima tahun lalu.Jadi, Soraya juga tahu bahwa Revan adalah pria dalam foto itu!Keluarga Nirwana, Keluarga Samudera, bahkan Keluarga Yudhan, mereka semua terlibat.Menyadari reaksi aneh Selina, Revan tiba-tiba membeku.Selina tidak bisa mendengar, bagaimana mungkin dia bereaksi?Revan memandangnya dengan curiga, tapi dia lalu melihat bibir Selina memutih karena digigit keras, seolah sedang menahan sesuatu.Dia pun bertanya dengan cemas, "Kamu kenapa?"Selina terlihat sangat tidak nyaman, menggigit bibirnya sambil berbisik, "Minggir dulu."Revan akhirnya melepaskannya. Saat dia berdiri tegak, dia melihat Selina meringkuk, memegangi perut bagian bawahnya dengan kedua tangan. Wajahnya berkerut karena sakit.Seolah teringat sesuatu, dia menghitung dalam pikirannya dan berbisik, "Sudah tanggalnya?"Pertanyaan Revan begitu mendadak, tapi Selina mengerti. Dia menjawab dengan gumaman kecil, seolah terlalu kes

Revan menunggu tidak jauh dari pintu, memegang cangkir berisi minuman jahe dan gula merah yang baru dibuat.Uap panas yang naik melembutkan garis-garis tajam di wajah pria itu. Di balik kabut itu, Revan tampak lembut dan penuh kasih sayang, dengan cinta yang begitu mendalam.Dia menawarkan minuman itu pada Selina dan ingin mengambil kantong kertas itu. "Sini, kubuangkan."Selina menyembunyikan kantong itu di belakang punggungnya dan menolak. "Nggak, aku bisa sendiri."Telapak tangan Revan pun kosong, dan dia terdiam sesaat, lalu menarik tangannya kembali dengan tenang.Dia menawarkan cangkir itu lebih dekat lagi. "Mau minum?"Selina meliriknya, mengambil cangkir itu tanpa kata, tapi hanya memegangnya tanpa meminumnya.Dia menatap cangkir itu beberapa saat sebelum akhirnya menatap Revan dengan ekspresi serius. "Revan, lima tahun lalu, kenapa kamu ingin menikah denganku?"Sebuah bayangan curiga melintas di mata Revan, tapi dia menyembunyikannya dan menjawab perlahan, "Aku sudah bilang sa

Selina hanya bisa masuk dapur pada hari-hari khusus atau saat membuatkan ikan kerapu goreng untuk nenek Revan.Meski dia mengerti niat Revan adalah untuk melindunginya, Selina tetap merasa kecewa....Satu jam kemudian.Seisi rumah dipenuhi aroma ikan kerapu goreng.Selina mengemas ikan yang baru matang itu, membereskan dapur, dan hendak membuang sampah ketika ponselnya tiba-tiba bergetar.Selina buru-buru mencuci tangan dan membukanya.[Ikuti tutorial ini untuk mengaktifkan sistem ganda di ponsel.][Instal aplikasi ini di sistem baru.]Selina tercengang.Baru juga diminta, sudah selesai secepat itu?Dia bahkan belum membayar!Selina mengikuti tutorial untuk mengaktifkan sistem ganda di ponselnya dan menginstal aplikasinya di sistem baru.Setelah semuanya selesai, dia mengirim pesan kepada dirinya sendiri dari sistem baru, lalu beralih kembali ke sistem asli.Benar saja, ada pesan baru di kotak masuknya dari pengirim tanpa nama.Selina bertanya lebih lanjut.Selina: [Kalau penerimanya

Selina berkata dengan tenang, "Nenek cuma tanya kabarku saja."Melihat tatapan Revan tertuju pada kotak kayu itu, dia langsung menyodorkannya. "Ambil saja kalau kamu mau."Mendadak, Revan mengulurkan tangan dan mengambil kotak itu dengan sedikit kasar.Selina tidak bisa menahan bibirnya untuk tersenyum sinis.Revan menyadari reaksi kecilnya itu dan menjelaskan sambil mendesah, "Terlalu banyak orang di sini. Aku bantu simpankan dulu, nanti kukembalikan kalau sudah di rumah."Selina hanya menjawab, "Oh."Ini adalah hadiah dari Nenek, dan nilainya tidak terletak pada harganya.Pada pukul tujuh, Soraya dan Cindy akhirnya kembali.Mereka berbelanja sepanjang sore dan membeli banyak barang.Cindy juga sudah melupakan kekesalannya tentang Ardian yang membawa wanita lain ke acara perjamuan.Dia adalah istri sah Ardian, dengan dukungan penuh ibu mertua dan keluarganya.Bisa apa wanita-wanita di luar itu?Siapa yang berani bersaing dengannya?Namun, melihat Selina muncul di rumahnya, ekspresi Ci

Suara Soraya lembut, tapi dengan selipan peringatan halus.Selina menunduk, senyum tipis terlukis di bibirnya.Dia sengaja menyebutkan bahwa seseorang telah memperingatkannya bahwa insiden itu disengaja.Soraya dan Cindy tidak terkejut, tapi hanya menekannya.Yang satu menyalahkan korban, yang lain mengancam dan mengintimidasi.Intinya, ingin dia berhenti mempermasalahkan hal ini.Sayang sekali.Dia sudah tidak peduli lagi tentang apa yang akan terjadi pada Grup Nirwana dan Revan."Aku percaya Revan bisa memberiku penjelasan," bisik Selina menatap mata Soraya.Mendengar kata-kata itu, Soraya dan Cindy bertukar pandang, tampak lega."Tapi..." Selina tiba-tiba berpaling kepada Cindy. Suaranya ringan seperti bulu. "Pesan itu menyebutkan tentang Ardian. Aku penasaran, apa dia mengirim pesan ke Ardian juga?"Cindy membeku seketika, tidak bisa mempertahankan pura-puranya lagi. Dia mencari alasan untuk pergi ke kamar mandi dan naik ke lantai atas membawa ponselnya.Dia menelepon Ardian berula