All Chapters of Dimanjakan Sentuhan Panas Adik Ipar : Chapter 41 - Chapter 50

Muara terkejut. Ia merasakan tekanan dari putrinya, kali ini Celyna tidak main-main dengan perkataannya. Maura menahan napas, sudut matanya memerah. Ada kesedihan yang tidak dapat dipahami.“Sekarang kamu sudah berani balik mengancamku.”Maura tersenyum miring, lalu menghela napas.Celyna yang duduk di depan meja rias, menghela napas. Lalu kembali melanjutkan merias wajahnya. Usai merias wajahnya, Celyna menatap layar ponsel. Seluruh media, terus membicarakan ayahnya. Tiara juga mengirimkan pesan, jika Celyna tidak nyaman dengan berita di luar, dia tidak perlu datang.[Aku akan datang.]Celyna membalas pesan Tiara. Setelah Celyna siap, dia keluar dari kamarnya. Bi Sumi menghampiri Celyna.“Bapak sudah menunggu di bawah.”“Kaizen?”Bibi mengangguk pelan mengulas senyuman kecil di wajahnya. Celyna menuruni anak tangga dan melihat Kaizen sudah berdiri di sana dengan setelan rapi. “Kupikir kamu tidak akan pergi.”“Jika aku tidak pergi, rumor pernikahan politik akan semakin mengencang.

Ada keheningan dalam panggilan itu. Suara mereka tercekat, seolah waktu terhenti.“Oke,” sahut Caelan akhirnya merespon. “Sudah waktunya kamu melawan mereka Celyna. Aku percaya kamu bisa.”Kata-kata itu memberikan semangat untuk Celyna.“Caelan, terima kasih.”“Untuk?”Celyna mengatupkan bibirnya sesaat. “Soal Nenek, aku sudah tahu semuanya. Kamu pura-pura menjadi Kaizen.”“Aku tidak sedang pura-pura, Celyna. Setelah kamu bercerai dengan Kaizen, aku akan menikahimu secara sah.”Kata-kata itu membuat hati Celyna meleleh. Seolah ada harapan untuknya bisa mendapatkan kebahagian.Ia menurunkan pandangannya, ia tahu semua ini salah. Awalnya Celyna ingin membalas dendam kepada Kaizen. Tapi, ia juga jatuh pada sentuhan panas mantan kekasihnya, pria terlarang yang kini telah menjadi adik iparnya.“Cae, kamu berhak mendapatkan gadis yang lebih baik, dan lebih pantas di luar sana.”“Tidak ada yang lebih pantas, selain dirimu, Celyna.”Degup dadanya semakin terasa kuat. Celyna meraba dadanya, pe

Celyna memeluk Caelan. “Jangan lakukan lagi, ini tidak benar.”“Kamu yakin ingin berakhir sampai di sini. Bagaimana, kalau aku tidak mau?”Celyna mengecup bibir Caelan.“Aku tidak tahu, bagaimana kamu bisa masuk ke dalam rumah ini. Tapi, ini kesempatanmu untuk pergi. Jika Davis tahu, dia—”Caelan dan Celyna menyatukan kedua tangan mereka.“Dia sudah pergi. Mungkin akan kembali besok pagi, aku tidak bisa membiarkan dia menyentuhmu malam ini.”“Aku tahu, dia sedang bersandiwara sepertiku Cae. Dia sudah tahu, jika aku mengandung anaknya, saham kakekmu akan menjadi miliknya. Lalu, bagaimana denganmu?”“Aku hanya mencintaimu, Celyna.”Caelan kembali mengecup tengkuk Celyna, membuat napasnya memburu. Gairah liar yang merasuki tubuhnya tidak dapat dihindari, dia menginginkan lebih dari sentuhan panas.“Cae, kamu tidak takut aku balik memanfaatkanmu?”“Lakukan, Cel, selama itu bisa membuat kamu bahagia. Asal kamu tidak pernah kembali padanya.”Celyna menghela napas. “Tolong lindungi nenekku.

Matanya sesaat berkaca-kaca. Banyak hal yang belum sempat ia wujudkan di masa kecil. Terkadang Celyna merasa iri, teman-temannya memiliki tempat pulang. Di mana penuh kehangatan, ada makan ibu. Berbeda dengan rumahnya, meskipun megah, tapi terasa dingin dan asing.Celyna hampir tidak memiliki kesempatan untuk makan bersama orang tuanya. Mereka sibuk dengan urusan lain di luar. Di meja makan besar, hanya ada Eric dan dirinya. Sekalinya ada, Maura hanya akan memfokuskan perhatiannya kepada Eric saja.Saat makan bersama, Maura akan mengambilkan semua makanan yang disukai oleh Eric, tetapi ketika Celyna menginginkan makanan yang sama. Maura menatapnya dingin dan memintanya mengambil sendiri, lalu akan mengatainya manja padahal sudah besar.Mengingat kenangan masa kecilnya membuat Celyna menghela napas. Saat sakit, Eric selalu disuapi oleh Maura. Berbeda dengan Celyna yang sakit. Maura tidak pernah melakukannya, dan selalu bibi pengurus rumah yang melakukannya.Dan untuk waktu yang panjan

Caelan sempat menatap Celyna singkat, sebelum akhirnya kembali fokus menyetir.“Cae, aku—”“Lupakan.” Potong Caelan. “Masa lalu tidak dapat diubah. Namun, masa depan bisa lebih baik. Dan aku memberimu kesempatan untuk kembali padaku, Celyna. Begitu juga denganku, tolong beri aku kesempatan kedua.”Celyna menghela napas.“Aku tidak ingin membahas ini sekarang.”“Aku bisa memberimu waktu, Celyna. Aku juga tidak akan memaksamu bercerai, jika tidak mau. Kamu memiliki hak, tapi aku masih berharap kamu bisa kembali padaku.”Celyna meneguk salivanya. Dia tidak tahu harus mengatakan apa, jemari tangannya masih tersemat cincin pernikahan.“Cae, tepati janjimu. Nenek—”“Sebisa mungkin aku akan berusaha sekuat tenaga. Namun, orang tuamu mengawasi nenekmu sangat ketat. Atau kamu ingin aku membawanya kabur, bagaimana kalau kita kabur bersama.”“Jangan bercanda.”Caelan melirik Celyna. “Aku serius.”Celyna menghela napas. “Sebaiknya kamu fokus menyetir saja. Tidak perlu banyak bicara.”Caelan cembe