Lahat ng Kabanata ng Dimanjakan Sentuhan Panas Adik Ipar : Kabanata 31 - Kabanata 40

Celyna datang ke rumah mertuanya. Malam ini akan ada makan malam keluarga, sebagai perayaan bergabungnya Caelan di perusahaan.Celyna datang lebih awal, ia mengendarai mobilnya sendiri memasuki perumahan mewah milik keluarga Kendrick. Celyna turun dari mobil, menteng tasnya dan masuk ke dalam rumah.Pengurus rumah menyapanya dengan hangat.“Nenek dimana?” tanya Celyna.“Nyonya tua ada di kamar sedang istirahat.”“Ibu mertuaku?” tanya Celyna.“Nyonya ada di lantai atas, dia sedang melakukan perawatan kecantikan di ruangan spa.”Celyna mengangguk, lalu dia melangkahkan kakinya untuk masuk ke ruangan spa. Ada dua orang staf yang saat ini sedang memijat tubuh ibu mertuanya.“Ma, aku datang.”Sophia membuka matanya dan meminta semua orang keluar. Ia duduk dan menatap Celyna.“Aku dengar kamu mengundang para sosialita ke rumahmu. Baguslah kalau kamu mau berbaur dengan mereka. Dengan begitu kamu tidak akan mempermalukan keluarga Kendrick.”Celyna tersenyum tipis. Sofia berdiri dan memakai ha

Ia benar-benar lelah. Kini ia tidak hanya bidak catur orang tuanya, sang mertua menuntut dirinya untuk tetap menjadi istri yang baik di tengah perselingkuhan suaminya. Dan yang membuat hati Celyna sakit, selama ini ibu mertuanya sudah tahu anak kesayangannya menodai pernikahannya, tetapi dia masih diam saja dan tidak mengatakan apapun.Selama ini dia berusaha menjadi istri yang baik, dan akhirnya tetap gagal. Kata orang, jika kamu menikahi pria yang tepat maka hidupmu akan selamat. Rumah tanggamu akan sempurna.Ujian dalam hidup terlalu banyak. Hidup bergelimang harta, mertua baik. Namun, belum memiliki keturunan. Sudah mapan tetapi belum menikah, memiliki istri cantik, suami tampan. Tapi, tukang selingkuh dan gila uang dan flexing. Hidup ini penuh warna dunia yang tidak dapat ditebak.Celyna tidak pernah tahu dia menikahi pria yang tepat atau tidak. Di dunia ini ada yang benar-benar tahu, apakah kita sudah menikahi pria yang tepat. Semua itu akan terjawab setelah menikah, bahkan pria

"Mengerikan?” tanya Caelan menaikkan sebelah alisnya. Celyna mengangguk pelan. “Seperti iblis!”“Setampan ini?” Caelan terkekeh tak percaya. Celyna yang berlutut di depan meja mencondongkan wajahnya. “Kamu memang tampan, itu tidak berubah.”Caelan tersenyum. Bukan senyuman pura-pura, dia benar-benar tersenyum. Lalu menatap mie.“Jangan terlalu sering makan mie.”Celyna menghela napas. “Sebulan hanya dua kali. Sebenarnya aku juga ingin makan seblak,” katanya terus terang.Meskipun sudah menikah dengan keluarga konglomerat, tapi Celyna tidak berubah. Dia tetap lebih senang masakan rumahan, dia tidak suka pamer apalagi posting barang mewah di akun sosial medianya. Meskipun selalu memakai pakaian bagus, Celyna terkadang tampil lebih sederhana.Dia lebih senang membeli sesuatu dengan uang yang dihasilkan olehnya. Karena hasilnya akan terasa berbeda, ada kenangan di balik apa yang dia beli. Ada usaha dan perjuangan, bahkan pengorbanan. Sejak dikirim ke rumah neneknya, tidak pernah ia memin

Kaizen tercekat, dia mengerutkan dahinya.“Belum kembali katamu?” Kaizen melotot.“Kemana dia pergi, jalang sialan. Kau selalu membuatku pusing.” Kaizen menatap semua pekerja di rumahnya. “Diantara kalian semua, apa tidak ada yang tahu Celyna pergi kemana. Selama ini apa yang kalian pekerjakan, kalian bahkan tidak tahu dia kemana.”Amarah Kaizen menggema di dalam ruangan. Para pekerja di rumahnya menunduk, Kaizen kembali naik ke atas. Langkah kakinya terhenti tepat di depan pintu kamar Celyna, yang memiliki akses dan sidik jarinya. Kaizen memegang gagang pintu cukup kuat.“Sumi!” teriaknya penuh amarah.Pengurus rumah bernama Sumi menghampiri dengan napas terengah-engah, usai mendengar suara tuannya memanggil.“Ya, Pak.”“Panggil tukang kunci sekarang. Hari ini juga aku akan menghancurkan pintu kamar ini.”“Ba—baik Pak.”Satu jam telah berlalu, Kaizen mundur mandir begitu kesal.“Cepat lakukan,” kata Kaizen kepada tukang kunci yang baru saja datang.Sebelum tukang kunci itu membuka ak

Beberapa waktu berlalu, Celyna tiba di rumah jam 8 malam. Melewati jam makan malam. Bi Sumi menyapa kepulangannya.“Bapak sudah menunggu di meja makan.”“Kai, menungguku?” tanya Celyna.Bi Sumi hanya mengangguk. Celyna mengayunkan kakinya pelan, menuju ruang makan.‘Tidak biasanya dia menungguku hanya untuk makan malam. Dia pasti memiliki rencana lain, aku tidak boleh tertipu oleh sikapnya sekarang. Dia juga belum menyetujui permintaanku.’Celyna melihat meja makan di tata dengan sempurna. Dihiasi oleh bunga segar dan juga lilin. Kaizen berdiri menatap Celyna.“Kamu sudah pulang.”Celyna menatap hidangan di atas meja.“Aku yang memasak semua ini. Spesial untukmu.”‘Aku tidak bertanya, dan aku juga tidak peduli. Kau pikir aku akan terharu dan memujimu.’Celyna duduk berhadapan dengan suaminya, setelah sekian lama akhirnya Celyna bisa makan bersama dengan Kaizen. Namun, perasaannya tidak lagi sama. Tidak menginginkan lagi pengakuan, karena Celyna tahu Kaizen menginginkan sesuatu darinya