Ada kesedihan di sorot mata mereka. Namun, keduanya berusaha tetap tenang. Mau diingat berapa kalipun, perpisahan mereka memang sangat pahit. Keadaan yang memaksa mereka berpisah, dua jiwa yang sedari awal hadir untuk disatukan. Namun, selalu berakhir pada sebuah perpisahan.“Cae, aku akan di sini menunggumu.”Caelan memeluk Celyna, dan memejamkan matanya sesaat, lalu menundukkan kepala seraya mengelus punggung Celyna.“Cinta tidak pernah salah, Celyna. Hanya saja kita berada di waktu yang salah. Selama kamu bersedia, aku akan tetap maju Celyna.”Air mata Celyna jatuh dari pelupuk matanya, ia hadir tidak terduga dan hanya menambah sesak. Celyna tidak mengatakan apapun, selain terdiam. Caelan melepaskan pelukannya dan mengecup kening Celyna.“Sekarang kamu istirahat. Kamu bisa mandi, jika kamu mau.”“Kamarnya,” kata Celyna.Caelan menunjuk ke arah pintu di seberang sana. “Kamu bisa tidur di sana, aku akan tidur di ruang kerjaku.”Caelan mengayunkan kakinya ke arah ruang kerja. “Cae, a
Huling Na-update : 2025-10-25 Magbasa pa