***Pagi itu, matahari nyorot tipis lewat tirai kamar. Arumi meringkuk, masih setengah sadar. Tangannya meraba ke samping, berharap ada tubuh hangat Dayandra di sana. Tapi kosong.Mata Arumi melek lebar, buru-buru duduk. “Mas!” panggilnya agak panik.Hening. Nggak ada suara sahutan.Arumi nengok jam di meja kecil. Jarumnya nunjuk jam tujuh. Dia garuk kepala, rambut awut-awutan. Ya ampun, aku ketiduran semalem. Kenapa nggak bangunin aku sih, Mas?“Astaga,” gumamnya sambil ngacak rambut sendiri. Dia lompat ke kamar mandi, cuci muka buru-buru, biar nggak terlalu keliatan ‘gembel’ kalau ketemu orang rumah.Sementara itu, di ruang tamu, suasana lain lagi. Asila udah duduk manis dengan dress rapi, secangkir teh di depan meja. Corla ada di sampingnya, wajahnya serius, mata menyipit penuh perhitungan.“Tante yakin? Gimana kalau Dayandra nanti curiga sama kita?” bisik Asila, agak ragu.Corla santai, senyumnya licik. “Tenang aja. Dia nggak bakal curiga. Apalagi sekarang dia jauh di luar negeri.
Last Updated : 2025-09-20 Read more