All Chapters of Gairah Terlarang Sepupuku: Chapter 121 - Chapter 130

Sky menunggu dengan perasaan gelisah. Sambil duduk termenung pikirannya tidak jauh-jauh dari Jagad.Di mana kekasihnya itu sekarang?Kenapa tidak datang menjemput seperti yang sudah dijanjikannya pada Sky?Apakah dia baik-baik saja?Sky mengusap wajah. Ia berusaha menepis Jagad dari pikirannya lalu kembali fokus pada laptop.Beberapa saat kemudian email dari Asha masuk.Sky menegakkan duduk. Jantungnya langsung berdegup kencang. Ia buru-buru membukanya, berharap kabar baik, kabar yang memberinya jalan keluar.[Sky, gue udah ada pengacara buat lo. Gue udah ceritain masalah lo. Dia bakal bantu urus semuanya. Lo tenang ya.]Sky membaca baris-baris itu berulang kali, seolah takut maknanya berubah.Ada secercah harapan yang menyelinap di dadanya. Meski kecil tapi cukup untuk membuat air matanya menggenang.Ia menatap layar yang mulai buram oleh telaga air mata.Tangan kirinya menggenggam erat ujung meja, sementara tangan kanannya menekan bibirnya sendiri agar tidak mengeluarkan suara.Asha

Waktu terasa berjalan sangat lambat.Sejak Asha pergi siang tadi, Sky tidak bisa tenang. Jarum jam seperti tidak bergerak. Ia bolak-balik dari jendela ke pintu, lalu ke tempat tidur lagi, hanya untuk memastikan dirinya masih berada di ruangan yang sama.Langit perlahan memudar. Semburat jingga menampakkan keindahannya, menandai datangnya malam yang ia tunggu sekaligus ia takuti.Setiap suara yang terdengar di luar kamar membuat jantungnya melonjak. Setiap suara pintu yang terbuka membuat napasnya tercekat. Sky tahu, begitu Leo pulang, semuanya bisa berakhir. Sky memandang jam di dinding. Pukul 19.42.Tinggal kurang dari dua puluh menit lagi.Sky memeluk perutnya yang mulai membesar, seolah ingin melindungi sesuatu yang jauh lebih berharga dari dirinya sendiri. 'Tolong, Tuhan ... kali ini aja selamatkan aku.'Lampu-lampu di luar menyala terang. Langit malam tampak bersih, hanya dihiasi cahaya tipis dari bulan separuh. Dari jendela kamarnya yang terkunci rapat, Sky kembali melihat ke

Sementara itu di rumah Leo kehebohan sedang terjadi. Ayana dan Lyra juga sudah di sana. Keduanya tiba setelah mendapat kabar dari Leo. Hilangnya Sky membuat orang-orang tersebut kalang-kabut.Di ruang tengah yang luas, Leo berdiri dengan rahang mengeras, matanya merah menyala menatap Aldi yang terduduk di lantai dengan keadaan tidak berdaya. Kepala bagian belakang Aldi dibalut kain putih penuh noda darah yang sudah mengering."Gue tanya sekali lagi, Aldi," suara Leo berat dan dingin. "Gimana bisa lo dipukul di rumah gue sendiri, di bawah hidung lo, dan istri gue kabur kayak maling?!"Aldi menunduk dalam, tangan kirinya bergetar menahan sakit di belakang kepala. "Saya nggak tahu, Pak. Tadi ada orang datang, ngaku pengantar air. Katanya disuruh bawa galon buat acara syukuran. Saya kira itu pesanan Bapak, jadi saya bukain pagar. Pas saya balik ke depan, orang itu--""Langsung mukul lo dari belakang?" potong Leo dengan tatapan penuh emosi. "Dan lo cuma bisa pingsan kayak anak kecil?!"Ald

Suara debur ombak terdengar dari kejauhan, bersahutan dengan kicauan burung laut. Sinar matahari merayap masuk lewat celah dinding kayu, menembus debu yang menari di udara.Kelopak mata Sky terbuka lamat-lamat. Di sebelahnya, Jagad masih tidur, satu lengannya melingkar di perut Sky. Napas lelaki itu terdengar tenang. Sementara Sky hanya diam memandangi atap daun rumbia di atasnya. Beberapa bagian bocor, sehingga ada titik-titik cahaya kecil yang menembus masuk.Ia menghela napas panjang. Bau kayu lembap dan asap sisa tungku semalam masih memenuhi ruangan. Matanya beralih ke kasur tipis tempat mereka tidur yang terasa tidak nyaman dan berdebu. Tidak ada sprei, hanya kain panjang yang dijadikan alas.Sky bangkit perlahan agar tidak membangunkan Jagad. Ia duduk di tepi kasur, menatap kakinya yang kotor oleh pasir dan tanah. Di ujung ruangan ada ember berisi air sumur. Ia berjalan ke sana, mengambil sedikit air untuk mencuci muka. Dinginnya membuat kulitnya bergidik."Astaga, dingin bang

Perasaan bahagia, sedih, dan juga haru kini menyelimuti hati Sky. Bahagia karena akhirnya hari yang ia impi-impikan sejak lama datang juga. Dan sedih karena semua jauh dari bayangan. Tidak pernah sekali pun terlintas di pikiran Sky, bahkan dalam mimpi buruk sekalipun, ia akan berada di tempat ini. Di pulau terpencil, tanpa listrik dan Internet serta jauh dari peradaban.Malam pengantin mereka bukannya dihabiskan di honeymoon suite hotel mewah, melainkan dengan membakar ikan di belakang gubuk.Sky sibuk mengusir nyamuk yang tidak henti menggigitnya. Sedangkan Jagad meniup-niup bara api agar merata dan ikan matang dengan sempurna."Ih, banyak banget nyamuknya!" Sky menggerutu kesal sambil menepuk dengan keras lengannya.Jagad sontak memandang pada Sky yang duduk beralaskan sandal jepit di belakangnya. "Tunggu di dalam aja ya, biar nggak digigit nyamuk."Sky menggeleng tidak mau. "Aku di sini aja nemenin kamu, Mas."Jagad meninggalkan ikan sejenak. Ia mendekat menghampiri perempuan yang