All Chapters of Objek Hasrat Tuan yang Memiliki Segalanya: Chapter 41 - Chapter 50

"Maksudnya... apa?" Rendra bertanya akhirnya, suaranya serak namun kali ini lebih dipenuhi kebingungan daripada godaan. Tangannya yang tadi erat di punggung Elea perlahan mengendur, dan dia menatap Elea dengan mata yang mencoba membaca niat di balik permintaan itu.“Aku cuma mau waktu sendiri malam ini.” Elea menegaskan permintaannya. Ekspresi sok polos di wajahnya tidak membantu sama sekali untuk meredakan ketidaknyamanan Rendra. “Aku mau tidur di kamar sendiri. Nggak apa-apa, kan?”Rendra menghela napas dengan berat. Menyandarkan kepalanya ke sandaran sofa sambil memejamkan matanya sejenak, mencoba meredakan rasa frustrasi yang muncul. Dia baru saja diluluhlantakkan oleh tingkah menggoda Elea beberapa saat sebelumnya, tapi perempuannya ini malah dengan entengnya meminta jarak.Fakta menyebalkannya, Elea mungkin sengaja memberikan kesenangan dengan bersikap manja, memberinya ciuman dengan begitu sukarela kepadanya demi permintaannya dikabulkan. Padahal setelah sekian lama, dia akhi

Sejujurnya, Elea tidak menyangka seorang Rendra mau diajak kulineran ke tempat-tempat yang jauh dari kesan mewah dan elegan — dua hal yang selalu melekat dalam gaya hidup pria itu. Lokasi-lokasi yang mereka kunjungi adalah kawasan penuh warung tenda dan gerobak kaki lima, lengkap dengan aroma campuran asap bakaran, minyak goreng, dan berbagai bumbu rempah yang menyeruak di udara. Sangat kontras dengan restoran fine dining tempat Rendra biasa menikmati hidangan eksklusif yang tertata rapi di piring porselen mahal.Belum lagi, menu yang mereka cicipi adalah jajanan yang penuh dengan micin, saus, dan segala sesuatu yang belum terjamin kebersihannya — jauh dari makanan yang dibuat dari kualitas premium seperti yang biasa pria itu makan. Elea tidak bisa menahan senyum gelinya saat melihat Rendra yang begitu hati-hati setiap kali dia menyodorkan jajanan ke depan mulutnya. Elea mengajak Rendra mencoba semua jajanan yang dia beli, dari mulai cilok, telur gulung, cilor, cilung, bakso tusuk,

Elea tidak mengerti.Kenapa gairah Rendra terhadap dirinya tidak pernah ada habisnya? Hari ini saja dia sudah begitu kelelahan menghadapi nafsu pria itu. Setelah di kolam renang, dia dibawa ke kamar mandi. Digendong dengan posisi kejantanannya tenggelam di dalam miliknya. Bahkan tidak hanya didiamkan, Rendra menumbuk penyatuan dengan menggerakkan tubuh Elea yang berada dalam gendongannya naik turun selagi kakinya melangkah menuju kamar mandi.Elea pikir setelah Rendra membersihkan tubuhnya dan mereka menyantap makan malam bersama yang sudah disiapkan, pria itu akan membiarkannya beristirahat.Nyatanya perkiraannya salah.Meja makan justru menjadi tempat Rendra kembali menggaulinya. Elea yang hanya memakai jubah tanpa memakai apa pun lagi di dalamnya mempercepat pria itu melakukan kembali aksi cabulnya.Dan ternyata tidak hanya sampai sana saja. Sekarang, ketika Elea sudah mencapai orgasme, Rendra yang belum mendapatkan puncak nikmatnya membawa Elea kembali ke kamar. Dengan kejantan

Dalam mimpi sekalipun, Elea tidak pernah membayangkan bisa melihat sosok Rendra berlutut seperti ini di hadapannya. Bahkan menangis untuknya. Selama ini, Rendra adalah sosok yang berdiri di puncak, memegang kendali atas segalanya, termasuk dirinya. Tapi sekarang… sekarang dia ada di hadapannya, dengan lutut di lantai, genggamannya yang begitu erat, dan mata yang memohon.Sesuatu di dalam diri Elea terasa bergetar.Dia ingin tetap kuat, ingin tetap pada pendiriannya. Tapi bagaimana mungkin? Bagaimana mungkin dia mengabaikan air mata Rendra yang jatuh, sesuatu yang bahkan mungkin tidak pernah disadari oleh pria itu sendiri?Seharusnya ini tidak mengubah segalanya. Seharusnya ini tidak boleh menjadi alasan untuk membatalkan keputusannya. Tapi semakin lama dia menatap Rendra, semakin keras suaranya sendiri berbisik dalam hati — benarkah dia sanggup meninggalkan pria ini?“Mas, bangun,” Elea berusaha menarik tangan Rendra yang masih menggenggam tangannya erat. Dia tidak bisa melihat Rendr

Saat Rendra mengatakan, dia tidak butuh izin siapa pun untuk bersama Elea, maka itu kebenarannya.Dia tidak peduli dengan restu ibunya. Dia hanya perlu memastikan ibunya tidak akan bisa menyakiti Elea barang sedikit pun. Dia tahu ibunya, tahu betapa kejamnya cara wanita itu menjaga harga diri dan kehormatan keluarga. Jika Elea dianggap sebagai ancaman dan noda di keluarga mereka, ibunya pasti tidak akan ragu melakukan segala cara untuk menyingkirkannya. Dan Rendra pun akan melakukan segala cara untuk melindunginya.Begitu pula dengan anggota keluarga lainnya. Mereka akan melihat ini sebagai celah, sebagai kesempatan untuk menjatuhkannya, untuk mencabut haknya sebagai pewaris sah. Namun, ironisnya, justru itulah yang Rendra inginkan.Selama ini, dia mengira dirinya menginginkan kekuasaan — takhta yang telah dipersiapkan untuknya sejak lama. Namun, pada akhirnya, dia baru menyadari bahwa semua itu hanyalah beban yang dipaksakan ke pundaknya, sesuatu yang tidak pernah benar-benar dia in