Objek Hasrat Tuan yang Memiliki Segalanya의 모든 챕터: 챕터 51 - 챕터 60

Celine mengepalkan tangan erat. Rahangnya mengetat kaku. Melihat kepergian Rendra yang baru saja meninggalkan peringatan tajam agar jangan pernah menemui lagi perempuan itu apalagi mengusiknya. Perempuan bernama Elea itu, perempuan yang bahkan jauh di bawah levelnya tapi bisa-bisanya membuat seorang Rendra Adiguna Kartanegara mau bertindak sejauh ini.Pria yang selama ini dia kenal dingin, tak tersentuh, dan selalu menjaganya ekspresinya tetap moderat, tapi hari ini justru bertindak mengikuti perasaan — sesuatu yang bahkan bahkan pernah Celine duga tidak pria itu miliki. Hari ini Celine menemukan fakta bahwa pria itu bisa mencintai, rupanya.Namun, rasanya begitu konyol sekaligus menjijikkan kenyataan bahwa cinta itu jatuh kepada seorang perempuan biasa, yang bahkan tidak seharusnya berada dalam lingkaran mereka. Siapa sangka pria yang selama ini terlihat begitu agung menjatuhkan hatinya kepada seorang pelayan.Hari ini, pria yang selama ini begitu berkelas menunjukkan kemarahan ha

Rendra sedikit membungkuk, kedua tangannya bertumpu pada bibir wastafel, menatap pantulan dirinya di cermin. Tetesan air dari rambutnya yang masih basah meluncur turun, mengalir melewati garis rahangnya yang tegas.Matanya yang tajam mengamati lekat wajahnya sendiri. Melihat wajah yang sudah dua minggu ini kehilangan cara untuk tersenyum apalagi untuk melembut, menunjukkan kehangatan. Wajah di cermin itu kembali pada tampilan dulu sebelum mengenal Elea — yang tidak pernah tahu jika senyum bisa banyak jenisnya, tidak hanya senyum yang sekadar formalitas.Satu tangannya yang bertumpu di bibir wastafel terangkat perlahan, menyentuh bagian pipinya yang kemarin malam menjadi sasaran telapak tangan kecil Elea berlabuh dengan keras.Perempuan itu menamparnya. Sebelum meninggalkannya dengan kemarahan yang menyala-nyala.Tamparannya tidak cukup kuat untuk meninggalkan rasa sakit, tapi anehnya luka akibat tamparan perempuan itu bertahan sampai sekarang.Bukan luka fisik. Melainkan luka yang leb

Baik Nina maupun Haris, mereka berdua tidak pernah melihat tuannya tampak mengkhawatirkan seperti ini. Tubuhnya yang kekar bugar berubah kurus dan semakin kurus seiring waktunya. Pipinya cekung, menonjolkan garis rahangnya yang terlihat semakin tajam dan keras. Kondisi tubuh dan wajahnya sangat menunjukkan jika pria itu tidak makan dan tidur dengan baik. Namun, di luar semua itu, tuannya masih terlihat seperti tuan yang mereka kenal.Begitu tenang, tanpa emosi yang berlebihan, tak tergoyahkan, seolah tidak ada yang runtuh di dalam dirinya.Padahal tanpa bercerita pun, mereka mengetahui dengan baik betapa tuannya itu tergila-gila dengan perempuan yang kini meninggalkannya.“Tuan, anda harus makan. Sudah lima hari ini anda hanya meminum kopi.” Di balik suaranya yang penuh kesopanan, Haris menyimpan kekhawatiran karena sang tuan tidak makan apa pun selain minuman berkafein tersebut. Padahal sebelumnya, sang tuan bisa memasukan makanan meskipun hanya sedikit.“Kamu saja yang makan, Hari

Cinta Beracun| Bonus ChapterDua tahun berlalu. Dua tahun berlalu sejak Rendra menemukan Elea kembali. Perempuan itu ternyata masih berada di dalam negeri. Tinggal di sebuah pedesaan dengan lingkungan yang membuat Rendra cukup tentram melihat Elea tumbuh di lingkungan barunya. Pedesaan yang ditinggali Elea adalah sebuah desa yang sunyi dengan hamparan sawah hijau dan udara yang jauh lebih bersih dibandingkan kota-kota besar. Selama dua tahun pula, Rendra hanya mampu mengamati dari kejauhan. Tidak pernah sekalipun dia berani menampakkan diri. Setiap hari, dia hanya menjadi bayangan di kejauhan — mengamati Elea dari sela-sela pepohonan atau dari dalam mobil yang diparkir cukup jauh dari rumah kecil yang kini ditempati perempuan itu.Elea tinggal di sebuah rumah kayu jati dengan potongan modern — sederhana, tetapi terlihat kokoh dan nyaman. Rumah itu berdiri di atas tanah yang cukup luas, dengan perkarangan yang dipenuhi tanaman hijau serta bunga-bunga beraneka ragam.Sebuah pemandang

Rendra terdiam di depan pintu ruang rawat inap vvip Elea. Ucapan dokter yang memeriksa Elea kembali teringang. “Dia mengalami demam dan asam lambungnya naik cukup parah. Kemungkinan besar karena kelelahan, stres, dan pola makan yang tidak teratur. Dia juga sepertinya kurang tidur dan terlalu banyak mengonsumsi kafein. Untuk saat ini, kami akan memberinya cairan infus dan obat untuk menstabilkan kondisinya. Untuk saat ini, ibu Elea perlu istirahat total.” Rendra menghela napas dengan berat. Jadi ternyata, selama ini kondisi Elea tidak sebaik yang terlihat. Menarik napas panjang untuk sekali lagi, Rendra meraih gagang pintu ruangan di hadapannya, diam sesaat, sebelum akhirnya membukanya. Namun, begitu pintu terbuka, dadanya seketika mencelos. Ranjang itu kosong. Elea tidak ada di sana. Dengan panik, Rendra melangkah cepat ke dalam ruangan, matanya liar mencari sosok yang seharusnya terbaring di ranjang. Kecemasan menyesaki dadanya, berbagai kemungkinan buruk berputar dalam kepala