Elara bersandar di tepi ranjang, jarinya agak kaku saat meraih surat itu.Ternyata Nathaniel masih punya kebiasaan menulis surat… Betapa besar keberaniannya, hingga seolah mengabaikan hidup dan mati.Saat di Sundara, setiap kali pergi menjalankan misi yang begitu berbahaya, Nathaniel tak pernah meninggalkan sepatah kata pun sebagai wasiat…Dia bilang itu tidak membawa hoki. Dia punya orang yang dia sayangi, jadi dia harus kembali dalam keadaan hidup.Tubuhnya sedikit bergetar. Elara bahkan merasa tak berani membuka surat itu.Pelan-pelan, dia menekuk kedua kakinya, memeluk tubuhnya sendiri erat-erat, dan menangis tersedu-sedu."Elara, kamu sebenarnya seberapa berharap aku mati, hah…"Selama bertahun-tahun di Sundara, setiap kali Nathaniel terluka dan kembali, Elara selalu menjadi orang yang mengobati lukanya.Namun, dinginnya Elara dan wajahnya yang tanpa ekspresi selalu membuat Nathaniel merasa antara ingin tertawa dan menangis."Tapi aku tidak bisa mati, Elara. Kalau aku mati, bagaim
Read more