Lahat ng Kabanata ng Cinta Mekar di Tengah Kehampaan: Kabanata 31 - Kabanata 40

"Kalau dia mau menikah, biarkan saja orang tua itu yang menikahinya," potong Nathaniel, menghentikan ucapannya. "Sekarang, mari kita bicara hal yang sebenarnya penting.""Kebetulan sekali, uang yang kamu minta aku selidiki ternyata mengalir ke perusahaan Keluarga Marvella. Dana itu yang menyelamatkan mereka dari krisis keuangan dua tahun lalu, itu perusahaan milik tunanganmu sendiri." Suara di seberang telepon terdengar sarat dengan makna tersembunyi.Berbagai perusahaan di bawah naungan Keluarga Marvella, mulai dari Farmasi Marvella, Cahaya Medika, hingga Sancta Aesthetic, semua berdiri kokoh berkat tangan dingin Christina Marvella, putri sulung Rinto.Konon, Christina adalah sosok genius bisnis yang langka. Dengan kemampuannya sendiri, dia berhasil menarik Farmasi Marvella yang hampir bangkrut keluar dari jurang kehancuran, sekaligus meletakkan fondasi kokoh bagi Keluarga Marvella di dunia perdagangan. Tak hanya itu, dia juga mengembangkan Cahaya Medika, pusat pemeriksaan kesehatan s

"Tapi aku…" Evelyn bingung, tidak tahu harus berbuat apa."Lakukan saja apa yang kukatakan," bisik Christina di telinga Evelyn.Melihat itu, wajah Evelyn makin memerah dan tegang.Namun, itu bukan salahnya…Kalau harus disalahkan, ya salah Elara saja yang memang sedang sial.Di dunia ini, terlalu banyak orang yang mati dengan tidak adil. Elara bukan satu-satunya.…Di apotek.Elara sedang merapikan rak obat ketika Darren datang.Belakangan ini, sepertinya dia punya banyak waktu luang."Elara, sudah makan?" tanya Darren sambil menyerahkan wafel favorit Elara yang baru matang. Aromanya begitu menggoda.Elara terdiam sejenak, menatap Darren. "Aku tidak lapar."Sebenarnya dia sangat lapar, tetapi dia tidak ingin makan makanan yang Darren sediakan."Elara, terus diam bukan solusi. Aku memang sedang belajar isyarat tangan, tapi aku tetap berharap kamu mau bicara. Bagaimana kalau kita pergi menemui Andre?"Darren menenangkan dengan suara pelan, seolah Elara masih menjadi istrinya, hanya saja

Elara terdiam sejenak menatap Nathaniel. Sudut matanya memerah, dan air mata mengalir tanpa bisa dia kendalikan.Jika seseorang harus selalu terlihat kuat, saat ada yang datang untuk membantunya, rasa sakit dan ketidakadilan yang selama ini dipendam tak lagi mampu ditahan.Nathaniel menatap Elara, hatinya sesak sampai nyaris tak berani bernapas. Dia mengangkat tangan, menahan tubuhnya erat di pelukan, lalu menatap tajam ke arah kerumunan. "Berani-beraninya kalian menganiaya seorang tuna wicara.""A-apa… tapi dia selingkuhan! Perusak rumah tangga orang lain." Seseorang berani mencoba membela diri. Namun, sebagian besar masih takut pada Nathaniel. Amarahnya terlalu mengerikan."Wanita ini cuma memanfaatkan fakta bahwa dia tidak bisa bicara." Nathaniel menatap Evelyn. "Apa? Di aturan keluargamu, siapa yang punya anak, dia selalu benar? Wanita ini benar-benar tidak tahu malu, menggoda pria yang sudah menikah hingga melahirkan anaknya. Dan pria itu sendiri lebih parah. Menikah dua kali, pun

Elara menatap Darren dalam diam, ternyata ini rasanya putus asa yang menenggelamkan hati.Mantan suaminya, mantan kekasihnya ini sebelumnya diam saja saat dia dipukuli dan dihina, tak sedikit pun peduli. Namun, kini orang itu masih berani datang memohon padanya."Elara… lima tahun terakhir benar-benar penuh kejadian. Aku mabuk, mengemudi, dan nyaris mati terjun ke sungai. Dia dengan sekuat tenaga memecahkan jendela mobil untuk menyelamatkanku… Elara, jasa Evelyn menyelamatkan nyawaku lebih besar daripada apa pun. Kalau kamu benar-benar mencintaiku, demi aku, jangan hancurkan dia, oke?" Darren menggenggam tangan Elara erat-erat.Matanya menatap Elara dengan tajam penuh permohonan.Elara pun terus memandang Darren. Dia tak mampu berkata-kata, hanya merasa asing, seolah ingin menatapnya lebih seksama."Elara… dia itu putri direktur rumah sakit. Aku melakukan ini demi kebaikanmu. Kalau kamu ingin tetap bekerja di rumah sakit, kamu tak boleh menyinggungnya," kata Darren lagi, suaranya terde

Kediaman Keluarga AlvaroTuan Hardiman duduk di meja teh, dia menuangkan sendiri teh untuk Christina.Dari sikapnya, terlihat jelas bahwa beliau benar-benar menyukai Christina, calon cucu menantu yang akan masuk ke dalam keluarga."Evander memang sudah pulang, tapi kudengar dia terluka cukup parah. Selama ini aku selalu menentang keputusannya menjadi tentara. Kalau bukan karena cedera kali ini, mungkin dia masih akan terus berada di medan perang." Tuan Hardiman menghela napas berat.Christina tersenyum lembut, pandai sekali mengambil hati orang yang lebih tua. "Kakek, Evander itu berhati tulus dan penuh pengabdian. Ayahnya adalah seorang yang gagah berani, wajar kalau putranya juga sama. Sebagai cucu Anda, sudah sepatutnya dia membela negeri dan berbakti pada tanah air."Kakek tua itu mendengar ucapan itu dengan hati berbunga-bunga. Dia tersenyum sambil mengangguk. "Tapi…"Wajahnya tiba-tiba berubah serius. "Tadi paman Evander menelepon. Katanya, kali ini Evander terluka cukup parah. L