Sam jelas terkejut ketika bibirku mendadak menempel pada bibirnya. Dia membeku sesaat, tapi tidak menghindar lagi. Namun, justru itu yang membuat dadaku bergetar tak karuan.Aku mundur perlahan, menatapnya dengan senyum tipis yang kali ini tak lagi malu-malu.“Terima kasih,” ucapku lirih.Sam terdiam sebentar, kedua matanya menatapku intens, seolah sedang memutuskan sesuatu. Lalu perlahan, sudut bibirnya melengkung, menampilkan senyum tipis yang begitu berbahaya bagiku. Tanpa peringatan, dia meraih tengkukku dan membalas ciumanku.Ciumannya tak pernah kaku atau sekadar tempelan. Bibirnya bergerak penuh kendali, menuntut, menyalurkan sesuatu yang jelas-jelas sudah lama terpendam. Aku tercekat, tubuhku serasa meleleh saat genggamannya makin menekan, membuatku tak punya ruang untuk mundur.Tanganku refleks mencengkeram bahunya, merasakan kekuatan tubuhnya yang kokoh namun hangat. Napasku terseret di sela-sela ciuman yang kian dalam, lebih panas. Rasa takut dan ragu yang tadi sempat menye
Terakhir Diperbarui : 2025-09-27 Baca selengkapnya