Aku refleks menarik tanganku dari genggaman Sean.Suhu kulitnya masih terasa di telapak tanganku, tapi lebih dingin lagi tatapan Sam yang kini menembus dari ambang pintu. Tatapan itu sudah terlalu menusuk untuk diabaikan. Tak sekadar menyiratkan kecurigaan, tapi juga menuntut penjelasan yang tak mungkin kuberikan tanpa memperburuk keadaan. "Ada apa, Yah?" tanya Sean, mencoba memecah ketegangan yang menggantung di udara. Suaranya terdengar santai, namun aku tahu dia juga sedang gelisah. Sam tidak langsung menjawab. Dia menatap kami bergantian, rahangnya menegang. Lalu tiba-tiba berkata, “Mau temani ayah menonton pertandingan bola?”Sekilas nada suaranya terengar datar dan biasa saja, tapi aku bisa merasakan sesuatu di balik ajakan itu. Seolah sebuah peringatan halus untukku. Sean tampak bingung sejenak, walau tetap mencoba tersenyum. “Boleh, sebentar lagi.” Sam masih diam, sorot matanya tak lepas dariku. Aku lekas bangkit, berusaha mengembalikan kendali atas situasi yang sudah
Terakhir Diperbarui : 2025-10-08 Baca selengkapnya