Irish menyambutku setengah panik ketika aku akhirnya muncul di depan pintu. Nafasnya sedikit tersengal, matanya menatapku dengan campuran lega dan kesal.“Ke mana saja kau? Aku hampir menyusulmu ke toilet! Kukira kau pingsan karena gugup!” katanya dengan nada setengah berteriak, suaranya tenggelam di antara musik pesta dan percakapan para tamu.Aku menarik napas panjang, mencoba menormalkan detak jantung yang masih tak beraturan. “Aku tidak selemah itu,” gumamku, lebih pada diriku sendiri, namun Irish mendengarnya juga.“Ya, ya, aku tahu. Tapi tetap saja, jangan membuatku panik begini,” desaknya sambil menggenggam tanganku. “Ayo, tamu-tamu sudah datang semua. Acaranya harus segera dimulai!”Aku hanya mengangguk dan membiarkan dia menarikku kembali ke tengah aula.Begitu kami melangkah masuk, gemerlap ruangan menyambut dengan kilau yang memukau. Musik pelan dari grand piano memenuhi udara, aroma bunga putih dan lilin aromaterapi berpadu sempurna menciptakan suasana hangat nanmewah. Sem
Last Updated : 2025-10-29 Read more