Share

TAS 64

last update Last Updated: 2025-10-30 01:40:27

Sorak-sorai tamu menggema. Sean tertawa kecil, mengambil mikrofon dari tangan MC. "Sebenarnya ini rahasia,” katanya, membuat beberapa orang tertawa kecil. “Aku cuma berharap… bisa terus membuat orang-orang yang kucintai bangga. Dan terutama—”

Dia berhenti sejenak. Hening tiba-tiba menyelimuti aula. Semua orang menunggu lanjutan jeda kalimatnya.

“—aku berharap, bisa terus melihat Ayah dan Ibuku bersama-sama.”

Riuh tepuk tangan langsung memenuhi ruangan. Beberapa tamu bersiul menggoda. Cindy dan Sam saling berpandangan sejenak dan menoleh tersenyum pada para tamu. Namun aku hanya mematung.

Permohonan sederhana itu menusuk lebih dalam dari yang kukira. Mungkin, ini harapan pertama yang tak bisa kuaminkan. Bukan karena tak indah, tapi karena terlalu menyakitkan bagiku.

MC melanjutkan dengan nada gembira, “Baiklah Tuan dan Nyonya, sekarang kita lihat, potongan kue pertama akan diberikan untuk siapa?”

Lampu sorot beralih menyoroti Sean dan kue besar bertingkat itu. Dia mengambil pisau kue,
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Chuchan Kmk
author yang baik hati.. terimakasih untuk 2 episode nya...
goodnovel comment avatar
Yuni
Ya lu sadar posisi audrey astga.nggk ngerti2 ya dia
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • TERGODA AYAH SAHABATKU   TAS 89

    Aku mengangkat wajahku dengan mata memerah. Ingin sekali berteriak bahwa aku tidak baik-baik saja. Belum pernah kurasakan rindu segila ini. Aku bahkan tidak bisa berhenti memikirkannya.Namun yang bisa kulakukan hanya bungkam. Diam membendung semuanya dengan bibir terkatup rapat.Ibu tertawa kikuk melihat keganjilan responku. “Maaf ya, Tuan Arsen. Audrey sedang lelah, diia sepertinya malu menjawab,” ujarnya cepat, seolah takut aku terlihat tidak sopan.“Tidak apa,” jawab Sam lembut. Dia mengangguk memaklumi, tetapi dari lirikan matanya aku tahu, dia mengerti semuanya. Dia tahu betapa aku tertekan oleh kehadirannya yang tiba-tiba setelah memutuskan untuk saling menjaga jarak. Dan di wajahnya, rasa bersalah itu kembali lewat seperti bayangan gelap.Sam lalu menambahkan, “Audrey pasti mencemaskan kegiatan magangnya. Tapi tidak perlu khawatir. Semuanya sudah diatur. Insiden ini juga akan kami bantu laporkan ke kampus agar tidak memberatkannya.”Ibu langsung menatapnya dengan rasa lega yan

  • TERGODA AYAH SAHABATKU   TAS 88

    'Apa maksudmu?''Bukannya kita sudah sepakat?'Pesan itu kukirim tergesa pada Irish.Irish: 'Memang, tapi ini di luar kendaliku.'Alisku bertaut rapat tak mengerti. 'Aku butuh penjelasan.' Irish: 'Aku kehabisan alasan. Semua persiapan sudah rampung. Aku juga berusaha memintanya menemaniku memeriksa ulang setiap kostum, tapi dia kukuh mau ke rumah sakit.'Aku terdiam sejenak. Kurasa memang tak mungkin Irish melepaskan Sean begitu saja jika bisa menahannya. Kuhela napasku dengan berat lalu mengetik balasan.'Baiklah.''Terima kasih untuk semua bantuanmu sejauh ini.'Mataku kembali beralih pada Sean yang kini sibuk bermain dengan ibu. Tampaknya, aku memang tak punya pilihan.Satu-satunya cara agar semua gangguan ini berakhir adalah dengan mengukuhkan hubunganku bersama Sam. Sayangnya, itu butuh waktu lebih lama.Denting ponsel membuatku tersentak. Kutelan napas dalam-dalam sebelum membuka pesan yang masuk.Pesan dari Sam.Dan seketika, senyumku merekah. Penuh harapan yang selama ini ter

  • TERGODA AYAH SAHABATKU   TAS 87

    Aku sangat membutuhkan kehadirannya untuk menenangkanku. Tapi malam ini, aku benar-benar ditinggal sendirian. Pagi itu, sinar matahari menembus tirai tipis kamar rawat, menyilaukan mataku yang baru saja terpejam lagi setelah malam panjang penuh kegelisahan. Tubuhku terasa lemah saat aku mencoba duduk. Kepalaku pun sedikit pening karena menangis hingga tertidur. Namun sebelum aku sempat menarik napas panjang, suara lembut tapi tergesa memecah keheningan. “Sayang, kau sudah bangun?” Suara Ibu. Aku mendongak dan mendapati ibu telah berdiri di ambang pintu dengan wajah cemas. Penampilannya menyita perhatianku. Dia mengenakan baju asal-asalan, warna yang kontras dengan celana dan sweater yang dia pakai. Rambutnya bahkan belum sempat disisir rapi. “Ibu?” suaraku parau. “Kenapa Ibu di sini pagi sekali?” Ibu segera masuk menaruh tas kecil di kursi, lalu duduk di tepi ranjang sambil meraba dahiku. “Katanya kau jatuh kemarin. Perawat yang menelepon Ibu tadi malam. Ibu pikir kau bai

  • TERGODA AYAH SAHABATKU   TAS 86

    Aku masih terbuai dalam mimpi ketika samar-samar telingaku mendengar pintu diketuk pelan.Mataku memicing, berusaha menyesuaikan pandangan pada cahaya temaram ruangan. Seorang perawat senior berusia sekitar empat puluhan berjalan masuk dengan clipboard di tangan. Seperti biasa, dia bertugas malam ini untuk mengecek kondisiku.Namun langkahnya mendadak terhenti tiga meter dari tempat tidur. Matanya membelalak, nyaris menjatuhkan alat di tangannya.Aku mengerjap, mencoba memahami ekspresi terkejutnya. Hingga saat hendak bangun, gerakanku tertahan oleh sesuatu yang hangat di pinggangku. Itu membuatku tersadar ada lengan kokoh yang melingkar di sana.Nafasku tercekat. Aku baru ingat jika Sam ada di sini, dan dia tertidur bersamaku. Di ranjang. Dengan posisi yang jelas bisa disalahartikan siapa pun. Dan kini, perawat itu memergoki kami.“Oh Tuhan...” bisik si perawat, matanya membelalak tak percaya.Aku langsung duduk panik, menarik selimut menutupi tubuhku meski masih mengenakan pakaian

  • TERGODA AYAH SAHABATKU   TAS 85

    Aku memandangi layar ponsel yang terus bergetar di atas kasur. Nama Sean berkedip di sana, membuat hatiku ikut berdebar tak karuan. Jemariku sempat bergerak, tapi akhirnya berhenti di atas tombol hijau. Napasku memburu secara instan. Aku sadar, tak sanggup mengangkatnya. Dengan satu sentuhan, kupilih mematikan panggilan itu lalu kembali menatap Sam. Namun beberapa detik kemudian, nada dering yang sama kembali terdengar. Sam yang kini duduk di sisi ranjang menoleh tajam. “Siapa?” tanyanya terlihat curiga. Aku tertunduk menatap layar yang sudah gelap. “Kenapa tidak kau angkat?” suaranya meninggi sedikit karena penasaran. Aku menggigit bibir, lalu akhirnya berbisik, “Sean.” Sam terdiam. Pandangannya menelisik wajahku, seolah mencoba membaca isi kepalaku. Belum sempat aku bicara lagi, notifikasi pesan masuk terdengar. Sean: 'Bagaimana keadaanmu? Kau bersama siapa di sana? Mau kutemani malam ini?' Mataku membulat panik. Dia tak boleh ke sini. Aku segera mengetik balasan

  • TERGODA AYAH SAHABATKU   TAS 84

    Kulihat Sam tak berkedip menatap punggung Cindy yang menghilang di balik lorong taman. Dia pun mungkin tak menyangka Cindy akan memintanya bicara secara pribadi. Aku tahu, pertemuan itu bukan hal mudah baginya.Tanganku bergerak pelan menyentuh tangannya hingga dia teralihkan kembali padaku. Bibirku tak berucap apapun, meski begitu, aku berharap Sam paham apa yang kupertanyakan dalam kepalaku."Jangan khawatir, semua akan baik-baik saja," kata Sam tersenyum. Aku menggigit bibir. Yang kucemaskan bukan kecurigaan Cindy, melainkan kepergian Sam menemui wanita itu. Bermacam hal berputar di kepalaku. Kecemasan, ketakutan, juga sedikit rasa tak rela.Bagaimanapun, Cindy bukan sekadar istri di atas kertas. Dia juga bagian dari masa lalu yang masih menggenggam erat.Jujur saja, aku tak rela melepas tangannya saat ini. Meski wanita yang ingin dia temui adalah istrinya sendiri.**Aku gelisah menunggu Sam kembali. Sudah hampir setengah jam sejak dia meninggalkanku di kamar sendirian demi menem

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status