Pukul lima pagi, dering telepon dari perias membuat Rangga terbangun. Refleks, sebelum mengangkat, dia lebih dulu menoleh ke arah Sarah.Melihat wanita itu masih tertidur nyenyak, Rangga pun bangkit pelan-pelan, keluar kamar lalu menerima panggilan.“Ada apa?” tanyanya singkat.“Pak Rangga, kami sudah menekan bel berulang kali, tapi nggak ada yang membukakan pintu. Mungkin Bapak bisa menghubungi calon pengantin wanita?”Rangga mengusap dahinya, jelas kesal. Tanpa banyak basa-basi, dia menutup telepon itu, lalu langsung menelpon Vanya.Teguran hampir saja meluncur dari bibirnya, tapi yang terdengar hanyalah nada sambungan terputus, disusul suara mesin otomatis yang dingin menusuk telinga.“Nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif.”Rangga mengernyit. Menurutnya, Vanya hanya sedang ngambek. Dengan nada malas, dia menghubungi kembali perias.“Sudahlah, nggak usah repot-repot. Kalian bisa pulang dulu, biarkan saja dia.”Meski heran, para perias akhirnya tetap menuruti perintahnya.Begitu te
Read more