Hari itu rumah besar terasa lebih dingin dari biasanya. Aku berjalan menyusuri lorong panjang, jemariku menelusuri dinding sambil menahan getaran di hati. Semalam aku dan suamiku baru saja melewati badai lain—foto-foto palsu yang seolah membuktikan aku berselingkuh. Aku sudah menjelaskan semuanya, aku sudah menangis dan memohon agar ia percaya, dan ia memang percaya, tapi luka di antara kami masih nyata, masih terasa di setiap tatapan dan sentuhan.Di meja makan, ia duduk dengan jas rapi, wajahnya datar seperti marmer. Aku duduk di seberangnya, mencoba menenangkan diri, tapi udara penuh ketegangan. “Sarapanmu tidak kau sentuh,” katanya tanpa menoleh. Aku hanya menggeleng pelan. “Aku tidak lapar.” Ia berhenti mengaduk kopinya, lalu menatapku lama. “Jangan lagi sembunyikan apa pun. Kalau ada yang mengancammu, aku ingin tahu.” Aku menggenggam rokku erat, menahan perasaan takut yang tiba-tiba muncul. Aku ingin bicara, tapi lidahku kelu.Tak lama kemudian, pintu ruang m
ปรับปรุงล่าสุด : 2025-09-28 อ่านเพิ่มเติม