All Chapters of Dosenku Penyembuh Lukaku: Chapter 41 - Chapter 50

William mendorong keranjang dorong sambil memutari supermarket tersebut. Mereka mendatangi rak-rak sayuran dan juga buah-buahan.William mengambil beberapa sayuran seperti Bayam, Kol, dan juga Kangkung. "Kalau kamu mau sesuatu, bilang saja, nanti aku ambilkan."Eva menyilangkan kedua tangan di depan dada, "nggak asik banget sih, aku bener-bener kayak anak kecil disini..."William menoleh dan melihat wajah Eva yang cemberut, ia tidak bisa menahan senyumnya. Tiba-tiba sebuah kecupan lembut mendarat di pipi Eva.Mata Eva langsung membelalak, "ka-kamuu... kita 'kan lagi di tempat umum, jangan macam-macam yaa."William terkekeh, "memangnya di tempat umum ada tulisan 'dilarang bermesraan'?""Ka-" Eva menghentikan perkataannya.Eva tidak habis pikir, kenapa William selalu saja bisa memikirkan suatu alasan dengan cepat. Semenjak mereka saling terbuka satu sama lain, pria ini malah semakin berani, seakan-akan sudah tidak ada lagi jarak di anta

Di pagi hari, William membawa Eva pergi ke sebuah restoran yang ada di dalam Hotel. Restoran tersebut sangat ramai, ruangan dipenuhi oleh pembicaraan dari orang-orang. William menempati sebuah meja kosong yang tidak jauh dari mereka dan menurunkan Eva ke kursi.William mengambil sebuah kain serbet yang ada di atas meja dan William meletakkan kain di paha Eva. Setelah itu, William duduk di kursi sebelahnya. Seorang pelayan datang dan memberikan menu kepada William.William membuka menu tersebut, "kamu mau makan apa?""Aku ikut kamu saja.""Oke. Saya mau pesan makanan yang ini, terus ini, dan ini." William memperlihatkan menunya kepada pelayan sambil menunjuk gambar makanan.Pelayan tersebut membungkukkan badan, lalu ia pergi sambil membawa menunya. William menoleh ke arah Eva dan menggenggam tangan Eva."Gimana perasaanmu hari ini?"Eva diam sejenak sebelum menjawab, "perasaanku agak campur aduk... senang ada, gugup ada, kesal pun juga

William dan Eva sampai di tempat Turnamen. Saat mereka sedang berjalan masuk, Surya dan Clara menghampiri mereka dengan ekspresi yang penuh kekaguman."Woah, woah, woah... aku nggak salah lihat nih? Penampilan kalian... gilaaa, kereen banget. Satu orang penampilannya kayak tuan putri sedangkan satunya lagi penampilannya kayak orang-orang tampan yang penuh wibawa." ucap Surya.Mata William menyipit, "apa maksudmu 'kayak orang tampan'? Memangnya aku masih belum tampan?"Surya seketika menjadi gugup, "ehh, bukan gitu. Kamu memang tampan, tapi pakaian yang kamu kenakan justru bisa menambah ketampananmu bahkan aura-mu juga terasa kuat sekali, pasti orang-orang bakalan takut dan segan padamu."William tersenyum tipis, "hmph. Baguslah kalau begitu." William berjalan sambil mendorong kursi roda, melewati Surya.Surya mengelus-ngelus dadanya, 'fiuhh... untung saja aku jago memuji orang, kalau enggak aku sudah habis sekarang. Orang ini sensitif banget si

Bapak tersebut seketika merasa tegang, saat melihat wajah William yang sangat kusam. Ia berusaha untuk menenangkannya, "p-pak William... kita disini 'kan mau membahas mengenai hukuman yang akan diberikan kepada mahasiswa bernama Leo, tolong jangan dengarkan perkataannya ya.""Ada apa, pak William? Kenapa anda terlihat kesal?"William diam-diam mengepalkan tangannya."Apakah... perkataan saya barusan itu benar?"Bapak tersebut menoleh ke arah dosen perempuan dan membentaknya, "diam kamu! Kalau kamu bicara lancang lagi terhadap pak William, saya akan pecat kamu!"Dosen itu langsung terdiam, wajahnya menjadi gugup.William mengulurkan tangannya di depan bapak itu, "kalau dia mau tahu, biarkan saja. Toh, saya juga sudah terbiasa dengan sikap mereka yang selalu ingin tahu."William menyilangkan kedua tangannya di atas meja, wajahnya terlihat tenang dan juga datar, tidak terlihat sedikitpun emosi."Kalau saat itu ibu berada di posisi saya... apakah ibu akan ikut panik?"Dosen tersebut terli

"Di bagian Mid sedang ada pertarungan dan EVA MENABRAKNYA!" nada komentator mulai cepat dan meninggi, "mereka semua terkena stunt dan tim Aetherion melakukan penyerangan, tetapi anggota Corvus yang lain mulai berdatangan dan sekarang telah terjadi sebuah war yang sangat sengit!"Kedua tim memasang wajah yang sangat serius, jari mereka menekan layar ponsel dengan sangat cepat. Sedangkan di kursi belakang, tatapan William terfokus pada wajah serius Eva. Perlahan-lahan ujung bibir William bergerak naik.Para penonton hanya diam saja, mereka semua terlihat tegang saat sedang menyaksikan war antar kedua tim."Pertarungan ini sangat sengit, tetapi Eva berusaha untuk maju menjadi tameng bagi tim nya. Sehingga memberikan kesempatan pada Aprilia untuk menghabisi mereka semua dengan serangannya. Oh, oh, oohhh... ternyata war pertama ini berhasil dimenangkan oleh tim Aetherion!!"Penonton yang mendukung tim Aetherion bersorak, tak terkecuali Surya.Surya meng