All Chapters of Kembar Dua: Daddy, Berhenti Mengganggu Mommy!: Chapter 81 - Chapter 90

Matt tidak ingat kapan ia pernah tidur di atas sofa, rasanya sih belum sekalipun. Bahkan terakhir dia bermain di sofa bersama Kate, dia tak sampai tidur di situ.Badannya cukup manja dan pemilih karena sejak lahir punggungnya sudah terbiasa terbaring di atas tempat tidur nyaman. Maka ketika ia terbangun pagi-pagi sekali di atas sofa usang tengah rumah Kate, Matt merasa tulang punggung dan pinggangnya retak. Yah, itu berlebihan, tapi kenyataan yang dirasakan seluruh badannya saat ini membuat Matt mengumpati dirinya sendiri karena sok-sokan akrab dengan alasTapi cukup takjub juga, meski badannya pegal semua, tidur Matt terasa nyenyak untuk beberapa jam.Hembusan angin di wajahnya membuat laki-laki itu mengerutkan kening serta hidung. Matt sudah bangun namun masih belum membuka matanya. Angin yang menerpa pipi sontak membuat Matt membuka mata dan sosok imut dengan rambut berantakan menjadi pamandangan pertamanya pagi itu."Emmhhh..." lenguh Matt yang kedengarannya seperti merengek denga

From: Matt"Aku akan menjemput si kembar."Kate menatap layar ponselnya sejenak, membaca pesan yang dikirim Matt. Tepat saat ia hendak membalas, suara Nick terdengar dari ambang pintu."Ayok, Katherine."Kate mendongak dan langsung memberi senyum sopan pada atasannya itu. Setelah mematikan komputer dan menyampirkan tas ke bahu, ia berjalan mengikuti Nick menuju lift. Siang ini mereka ada meeting di luar kantor, sekalian makan siang. Hampir semua klien Nick memang lebih suka mengombinasikan pertemuan bisnis dengan makan bersama.Kate menekan tombol lift, dan saat pintu terbuka, ia benar-benar melupakan pesan Matt yang belum sempat dibalasnya. Mereka sampai di loby ketika suara agak gaduh terdengar di depan meja resepsionis."Aku tahu, tapi ini sangat penting dan mendesak. Kalau begitu pinjamkan aku telepon itu, karena aku lupa membawa ponsel."Suara lantang wanita di depan Resepsionis menarik perhatian siapa saja yang sedang lewat, tak terkecuali Kate dan juga Nick."Maaf, Nona. Tidak b

Tepat pukul 4 sore Kate merapikan barang-barangnya. Tak berpamitan pulang dengan Nick seperti biasanya karena setelah meeting siang tadi, Nick pergi dengan gadis itu lagi, entah ke mana, Kate tidak bertanya. Untung saja, hari ini jadwal Nick tidak terlalu padat.Kate berjalan santai menuju loby, dan sesampainya di luar, ia melihat ebuah mobil yang sangat Kate tahu menunggunya di loby kantor. Jendela di kursi supir turun, seketika wajah Matt terpampang."Masuklah," titah Matt arogan. Kate tidak berniat menolak sebab ia memiliki urusan dengan laki-laki itu. Dan wanita itu menurut.Melihat wajah Kate yang bertekuk, Matt bertanya, “Kau masih marah?” Kate tetap diam, menatap lurus ke depan seolah tak ingin memberi celah sedikit pun. “Katya, aku sungguh tidak mengerti,” lanjut Matt. Suaranya terdengar lelah. “Apa sebenarnya yang membuatmu marah?”Kate menoleh sekilas, tatapannya tajam. “Memang sejak kapan kau pernah mencoba mengerti?”Matt mengembuskan napas keras. “Gosh, baiklah. Aku tida

"Oke sekarang aku mengerti." Di belakang Kate pria itu berseru. Dan Kate hanya mendengkus tanpa menghentikan langkagnya."Rona membantuku mencari rumah untukmu dan anak-anak kita, Katya." Langkah Kate memelan saat informasi itu menelusup ke indera telinganya. Perlahan, tubuhnya berbalik. Menatap Matt yang tersenyum konyol ke arahnya. "Sudah cukup sekali saja aku menjadi seorang ayah dadakan." Matt membuat mimik wajah serius. "Karena bermain aman pun bisa kebobolan," lanjutnya yang sukses membuat pipi Kate entah mengapa memerah."Apa maksudmu?""Yah, kau tahu kita sering-""Bukan." Kate memotong, tak ingin semakin malu karena ucapan Matt. "Apa maksudmu membelikanku rumah? Dan dia bukan simpananmu?"Matt mendelik kesal. "Tuduhanmu itu." Jelas tak terima dituduh seperti itu oleh Kate. "Lagipula, kenapa aku harus mencari wanita lain jika sudah ada kau?""Jangan membuang waktuku Matthew." Di belakang mereka, Rona menginterupsi, sesekali melirik jam di pergelangan tangannya."Tunggulah Ro

"Hai, Ava. Mana si kembar?”“Uncle!” Jello langsung mendekat ketika wajah Alan muncul di layar ponsel Ava. Tangan mungilnya yang bebas dari cangkir susu melambai semangat.“Kau ditanya sedang apa,” ujar Ava sambil menahan tawa.“Jello minum susu,” jawab bocah itu polos.“Oh ya? Susu apa itu?” tanya Alan.“Susu manis,” balas Jello mantap.Alan mengangguk seolah sedang membahas sesuatu yang sangat penting. Lalu matanya bergerak mencari seseorang. “Mana kembaranmu?” Biasanya, jika Alan menelpon, selalu ada Angela dan Angelo berdampingan.“Angel sedang di toilet sama Kak Kate,” jawab Ava, masih memegang ponsel tanpa menampakkan wajahnya.Tak lama kemudian, terdengar suara cempreng Angel dari kejauhan. Angelo menoleh cepat dan mengatakan pada kembarannya bahwa sang paman sedang menelepon.“Uncleeeee!” teriak Angel begitu ia muncul, lalu langsung berlari dan memanjat kursi di samping Jello.“Woosh, slow down, sweety,” ujar Alan sambil tertawa kecil, menggeleng melihat tingkahnya.Tanpa aba-