Keduanya telah mencapai puncak kenikmatan, dan aroma percintaan menguar pekat. Keheningan sesaat terasa seperti jeda untuk mengembalikan kembali gairah keduanya. Napasnya mulai teratur kembali. Mereka berbaring berdampingan, kulit yang berkeringat saling bersentuhan, memancarkan panas yang menenangkan. Jari-jari Ares mengelus lembut rambut Raya yang basah, sementara Raya menyandarkan kepalanya di dada Ares, mendengarkan detak jantung pria itu yang mulai melambat. "Ini nyata, tapi kenapa aku merasa ini mimpi. Kamu sempurna, sayang," bisik Ares, suaranya kini kembali serak, tapi lebih tenang. Raya tertawa pelan, mendongak untuk mencium dagu Ares. "Tentu saja ini nyata, sayang. Dan pertunjukan ini belum usai." Perkataan Raya seperti percikan api. Ares menatap mata Raya dengan kilat yang kembali membara. Perlahan Raya beralih. Kini ia berada di atas Ares. Tatapan mereka bertemu, di sana ada pemujaan dan keinginan yang tak terucapkan. "Kamu ingin memimpin, Ratuku?" tanya Ares, sering
Terakhir Diperbarui : 2025-11-30 Baca selengkapnya