Di koridor, Raya berjalan beberapa langkah di belakang Ares, mengikuti dengan langkah kecil yang tergesa. Pria itu melangkah cepat, tubuh tegapnya memancarkan kemarahan yang masih belum sepenuhnya mereda. Ketegangan di udara begitu pekat hingga Raya hampir bisa merasakannya menusuk kulitnya. "Ares... maksudku, Pak Ares," panggil Raya pelan, suaranya nyaris tenggelam oleh suara langkah mereka. "Terima kasih sudah—" "Tunggu sampai kita di ruangan," potong Ares tanpa menoleh sedikit pun. Nada suaranya dingin, tak menyisakan celah diskusi. Raya menelan ludah, mengangguk, dan memilih diam. Ia tahu, saat Ares marah, kalimat apa pun hanya akan memicu ledakan lainnya. Sesampainya mereka di lift, pintunya menutup dan dunia seolah menyusut hanya untuk mereka berdua. Hening. Tak ada suara selain denting lift bergerak naik. Tiba-tiba Ares berbalik. Tanpa peringatan, ia menarik Raya ke dalam pelukan yang begitu erat, begitu mendesak, seakan takut Raya hilang jika tak digenggam sedekat itu.
Last Updated : 2025-11-29 Read more