Begitu Ares benar-benar pergi, semuanya terasa hening. Hanya terdengar suara jam dinding yang berdetak, seperti menghitung berapa banyak waktu yang dibutuhkan untuk Raya meledak. Dan akhirnya Raya melepaskan semua yang telah menyesakannya. Ia menjerit. Menjerit hingga suaranya serak. Tangannya mencengkeram bantal dengan erat, tubuhnya bergetar hebat. Semua rasa sakit, kebohongan, rasa takut, meledak sekaligus. Ia menangis seperti orang yang kehilangan segalanya. Karena memang begitu. Dalam satu malam, ia merasa segalanya. Kepercayaan, cinta, bahkan dirinya sendiri. Tangis dan jerit Raya akhirnya mereda dengan sendirinya, bukan karena rasa sakit itu hilang, tapi karena tubuhnya sudah tak punya tenaga lagi untuk melawan. Dadanya sakit. Tapi bukan sakit biasa. Seperti ada tangan tak terlihat yang mencengkeram kuat, memelintir, menghancurkan. Ia meraih dadanya pelan, mencoba bernapas. Tapi setiap tarikan napas justru membuatnya semakin sesak. "Ternyata... aku bukan hanya simpanan, a
Last Updated : 2025-11-24 Read more