Di luar, hujan semakin deras, tapi Kiara tak lagi peduli — entah pada hujan, atau pada gelap yang mulai menelan sore. Tangan Arhan perlahan menggenggam tangannya, lalu ia membuka halaman buku, dan mulai membaca pelan. “Ada pertemuan yang tidak pernah kita rencanakan,” suaranya lirih, nyaris tenggelam di antara gemericik hujan. “Namun, entah mengapa, ia terasa seperti rumah yang sejak lama kita cari.” Tanpa sadar, Kiara menggenggam tangan Arhan lebih kuat. Kepalanya miring, lalu bersandar di bahu pria itu. Ada sesuatu dalam kalimat itu yang menyentuhnya, pelan tapi dalam. Suara Arhan terus mengalun, membaca kalimat demi kalimat Kiara menutup matanya sejenak, membiarkan kata-kata itu meresap lembut di hatinya. Batas itu, ia tahu, sudah terlewati sejak kemarin. Kini, hatinya hanya ingin lebih lama menikmati rasa nyaman yang telah lama tak ia dapat. Namun, jauh di dalam, ia tahu — ketakutan akan datang sebagai harga dari setiap kebahagiaan yang ia curi. Mata Arhan sesekali menole
Dernière mise à jour : 2025-11-13 Read More