Rendra menatap Clara beberapa detik sebelum akhirnya berkata dengan tenang, "Berarti kamu sudah vonis mati aku, ya? Nggak ada ruang buat negosiasi sedikit pun?"Wajah Clara langsung memerah. "Bukan begitu, aku nggak maksud seperti itu."Nada suaranya terdengar gugup. Rendra hanya berkata datar, "Tidur."Clara buru-buru menjawab, "Oke."Begitu Rendra mematikan lampu, Clara masuk ke dalam selimut. Lampu kecil di sisi ranjang masih menyala, memancarkan cahaya lembut. Clara melirik ke arah Rendra, tapi sebelum sempat bicara, pria itu tiba-tiba berbalik dan menarik Clara ke dalam pelukannya.Clara terkejut, kedua tangannya spontan menahan dada Rendra. "Rendra, kamu sudah janji, setelah proyekmu selesai, kita bakal urus surat cerai," ucapnya cepat.Rendra tidak menindihnya, hanya tersenyum samar. "Kalau ucapanku seampuh itu, berarti kalau aku bilang pernikahan ini nggak jadi dibubarkan, kamu juga harus nurut dong."Clara menatapnya tak percaya. "Kenapa kamu begitu, sih?"Padahal dia sudah mi
Read more