Lavina buru-buru mengibaskan tangannya, tertawa kecil untuk menutupi rasa kikuknya.“Ah, nggak, Mas. Aku cuma kepikiran aja. Maksudku… kalau Mas Wisang belum menikah, siapa tahu nanti bisa cocok sama temanku. Ada beberapa yang belum menikah juga, orangnya baik-baik. Siapa tahu jodoh, kan?”Hanif sempat menoleh, keningnya berkerut. “Oh gitu… temenmu?” Nada suaranya terdengar datar, seolah belum benar-benar percaya alasan Lavina.“Iya, Mas.” Lavina cepat menambahkan, matanya melirik ke luar jendela agar tidak terlalu lama beradu pandang dengan Hanif. “Daripada beliau terlalu sibuk kerja terus. Sayang sekali kalau setulus itu, tapi nggak ada yang menemani. Temanku… siapa tau bisa pas. Jodoh kan misteri, Mas.”Hanif kembali menatap jalan, menghela napas singkat. “Hmm. Ya, kalau memang ada yang cocok, nanti biar waktu yang menentukan. Mas Wisang juga bukan tipe orang yang gampang didekati. Dia pasti pilihannya matang.”Lavina mengangguk, pura-pura setuju. “Iya, aku tahu, Mas. Makanya aku c
Last Updated : 2025-11-13 Read more